Info Populer 2022

Download Laporan Pendahuluan / LP Kelainan jantung / gangguan Kardiovaskuler : Tetralogi Fallot dalam bentuk PDF dan Ms.Word

Download Laporan Pendahuluan / LP Kelainan jantung / gangguan Kardiovaskuler : Tetralogi Fallot dalam bentuk PDF dan Ms.Word
Download Laporan Pendahuluan / LP Kelainan jantung / gangguan Kardiovaskuler : Tetralogi Fallot dalam bentuk PDF dan Ms.Word
Laporan Pendahuluan / LP Kelainan jantung / gangguan Kardiovaskuler : Tetralogi Fallot lengkap - Untuk mendownload Laporan Pendahuluan / LP Kelainan jantung / gangguan Kardiovaskuler : Tetralogi Fallot dalam bentuk PDF dan Ms.Word silahkan klik link dibawah ini :

untuk membaca Laporan Pendahuluan / LP Kelainan jantung / gangguan Kardiovaskuler : Tetralogi Fallot Lengkap silahkan baca dibawah ini :

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KARDIOVASKULER: TETRALOGI FALLOT

DEFINISI

Adalah suatu penyakit kelainan jantung congenital dengan sianosis yang merupakan kombinasi dari 4 gejala utama yaitu:
  1. obstruksi aliran ke luar dari bilik kanan (stenosis pulmonalis), 
  2. cacat septum ventrikel, 
  3. posisi sebelah kanan dari aorta dan 
  4. hipertrofi ventrikel kanan bersama – sama membentuk tetralogi fallot.

ETIOLOGI

Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. Diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –factor tersebut antara lain :

Faktor Endogen
  1. Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom 
  2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan 
  3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan 
Faktor eksogen : Riwayat kehamilan ibu
  1. Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu) 
  2. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella 
  3. Pajanan terhadap sinar –X 
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.

PATOFISIOLOGI

Tetralogi fallot merupakan kelainan “Empat Sekawan“ yang terdiri dari defek septum ventrikel, overriding aorta, stenosis infundibuler dan hipertrofi ventrikel kanan. Secara anatomis sesungguhnya tetralogi fallot merupakan suatu defek ventrikel subaraortik yang disertai deviasi ke anteriol septum infundibuler (bagian basal dekat dari aorta).

Devisiasi ini menyebabkan akar aorta bergeser ke depan (dekstroposisi aorta), sehinnga terjadi overriding aorta terhadap septum interventrikuler, stenosis pada bagian infundibuler ventrikel kanan dan hipoplasia arteri pulmonal. Pada tetralogi fallot, overriding aorta biasanya tidak melebihi 50 %. Apabila overriding aorta melebihi 50 %, hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya suatu outlet ganda ventrikel kanan. Devisiasi septum infindibuler ke arah anteriol ini sesungguhnya merupakan bagian yang paling esensial pada tetralogi fallot. Itulah sebabnya suatu defek septum ventrikel dan overriding aorta yang disertai stenosis pulmonal valvuler misalnya, tidak bisa disebut sebagai tetralogi fallot apabila tidak terdapat devisiasi septum infundibuler ke anteriol. Kadang-kadang tetralogi fallot disertai pada adanya septum antrium sekunder dan kelompok kelainan ini disebut sebagai tetralogi fallot

Betapapun tekanan dalam ventrilel kanan meninggi karena obstruksi infundibuler, tapi dengan adanya defek septum ventrikel pada tetralogi fallot, daerah didorong ke kiri masuk ke aorta, sehingga tekanan dalam ventrikel kanan, ventrikel kiri dan aorta relative menjadi sama. Itulah sebabnya mungkin mengapa pada tetralogi fallot jarang terjadi gagal jantung kongestif, berbeda dengan stenosis pulmonal yang berat tanpa disertai defek septum ventrikel, gagal jantung kongestif bisa saja melebihi tekanan sistemik Sianosis merupakan gejala tetralogi fallot yang utama. Berat ringanya sianosis ini tergantung dari severitas stenosis infindibuler yang terjadi pada tetralogi fallot dan arah pirau interventrikuler.

Sianosis dapat timbul semenjak lahir dan ini menandakan adanya suatu stenosis pulmonal yang berat atau bahkan atresia pulmonal atau bisa pula sianosois timbul beberapa bulan kemudian pada stenosis pulmonal yang ringan. Sianosis biasanya berkembang perlahan-lahan dengan bertambahnya usia dan ini menandakan adanya peningkatan hipertrofi infindibuler pulmonal yang memperberat obstruksi pada bagian itu

Stenosis infindibuler merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi ventrkel kanan, sehingga lama-lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi. Disamping itu, dengan meningkatnya usia dan meningkatnya tekanan dalam ventrikel kanan, kolateralisasi aorta pulmonal sering tumbuh luas pada tetralogi fallot, melalui cabang-cabang mediastinal, brokhial, esophageal, subklavika dan anomaly arteri lainya. Kolateralisasi ini disebut MAPCA ( major aorta pulmonary collateral arteries ).

Pathway
Pathway Tetralogi Fallot

MANIFESTASI KLINIS

  • Sianosis muncul setelah beberapa bulan : jarang tampak pada saat lahir dan bertambah berat secara progresif 
  • Serangan hipersianotik 
  1. Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan 
  2. Sianosis akut 
  3. Iritabilitas system syaraf pusat yang dapat berkembang sampai lemah dan pingsan dan akhirnya menimbulkan kejang, stroke dan kematian (terjadi pada 35 % kasus) 
  • Jari tubuh ( Clubbing finger ) 
  • Pada awalnya tekanan darah normal, dapat meningkat setelah beberapa tahun mengalami sianosis dan polisitemia berat 
  • Posisi jongkok klasik mengurangi aliran balik vena dari ekstremitas bawah dan meningkatkan aliran darah pulmoner dan oksigenisasi arteri sistemik 
  • Gagal tumbuh 
  • Anemia menyebabkan perburukan gejala 
  1. Penurunan toleransi terhadap latihan 
  2. Peningkatan dispneu 
  3. Peningkatan frekuensi hiperpnea proksismal 
  4. Asidosis 
  5. Murmur ( sistolik dan continue ) 
  6. Posisi lutut atau kepala ke dada selama serangan atau setelah latihan

KOMPLIKASI

Komplikasi dari gangguan ini antara lain :

  1. Penyakit vaskuler pulmonel 
  2. Deformitas arteri pulmoner kanan 
  3. Perdarahan hebat terutama pada anak dengan polistemia 
  4. Emboli atau thrombosis serebri, resiko lebih tinggi pada polisistemia, anemia, atau sepsis 
  5. Gagal jantung kongestif jika piraunya terlalau besar 
  6. Oklusi dini pada pirau 
  7. Hemotoraks 
  8. Sianosis persisten 
  9. Efusi pleura 
  10. Trombosis Pulmonal 
  11. Anemia relative

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium

Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH. Pasien dengan Hg dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.

2. Radiologis

Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.

3. Elektrokardiogram

Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal

4. Ekokardiografi

Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru

5. Kateterisasi

Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.


PENATALAKSANAAN

Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :

1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah

2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi takipneu.

3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis

4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian

5. Propanolol l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/ bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya

6. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative

7. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat. 

Lakukan selanjutnya

1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi 3. Hindari dehidrasi


Konsep Keperawatan

1. PENGKAJIAN
Data yang umum ditemukan pada pasien dengan tetralogi fallot adalah:

  • Cyanosis menyeluruh atau pada membran mukosa bibir, lidah, konjungtiva. Sianosis juga timbul pada saat menangis, makan, tegang, berendam dalam air --> dapat perifer atau sentral. 
  • Dispnea biasanya menyertai aktifitas makan, menangis atau tegang/stress. 
  • Kelemahan, umum pada kaki. 
  • Pertumbuhan dan perkembangan tidak sesuai dengan usia. 
  • Digital clubbing 
  • Sakit kepala 
  • Epistaksis

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

  1. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung. 
  2. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh. 
  3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social. 
  4. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.

3. RENCANA INTERVENSI

Diagnosa. 1

Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.

Tujuan: penurunan cardiac output tidak terjadi.

Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung, urine output adekuat: 0,5 – 2 ml/kgBB.

Rencana intervensi dan rasional:

Intervensi
Rasional
· Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam.
·   Catat bunyi jantung.
· Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.


·   Pantau intake dan output setiap 24 jam.
·   Batasi aktifitas secara adekuat.


·  Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang.
· Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin.
·  Mengetahui adanya perubahan irama jantung.
· Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer terhadap tidak adekuatnya curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.
· Ginjal berespon untuk menurunkna curah jantung dengan menahan produksi cairan dan natrium.
· Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan.
· Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yangmeningkatkan TD dan meningkatkan kerja jantung.


Diagnosa. 2

Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.

Tujuan: Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat.

Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan, istirahat tidur tercukupi.

Rencana intervensi dan rasional:

Intervensi
Rasional
·   Ikuti pola istirahat pasien, hindari pemberian intervensi pada saat istirahat.
·   Lakukan perawatan dengan cepat, hindari pengeluaran energi berlebih dari pasien.
·   Bantu pasien memilih kegiatan yang tidak melelahkan.

·   Hindari perubahan suhu lingkungan yang mendadak.

·   Kurangi kecemasan pasien dengan memberi penjelasan yang dibutuhkan pasien dan keluarga.
·   Respon perubahan keadaan psikologis pasien (menangis, murung dll) dengan baik.
·   Menghindari gangguan pada istirahat tidur pasien sehingga kebutuhan energi dapat dibatasi untuk aktifitas lain yang lebih penting.
·   Meningkatkan kebutuhan istirahat pasien dan menghemat energi paisen.

·   Menghindarkan psien dari kegiatna yang melelahkan dan meningkatkan beban kerja jantung.
·   Perubahan suhu lingkungna yang mendadak merangsang kebutuhan akan oksigen yang meningkat.
·   Kecemasan meningkatkan respon psikologis yang merangsang peningkatan kortisol dan meningkatkan suplai O2.
·   Stres dan kecemasan berpengaruh terhadap kebutuhan O2 jaringan.

Diagnosa. 3

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.

Tujuan: Pertumbuhan dan perembangan dapat mengikuti kurca tumbuh kembang sesuai dengan usia.

Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sesuia dengan usia, pasien terbebas dari isolasi social.

Rencana intervensi dan rasional:

Intervensi
Rasional
·   Sediakan kebutuhan nutrisi adekuat.


·   Monitor BB/TB, buat catatan khusus sebagai monitor.
·   Kolaborasi intake Fe dalam nutrisi.
·   Menunjang kebutuhan nutrisi pada masa pertumbuhan dan perkembangan serta meningkatkan daya tahan tubuh.
·   Sebagai monitor terhadap keadaan pertumbuhan dan keadaan gizi pasien selama dirawat.
·   Mencegah terjadinya anemia sedini mungkin sebagi akibat penurunan kardiak output.

Diagnosa. 4

Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.

Tujuan: Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil: Bebas dari tanda – tanda infeksi.

Rencana intervensi dan rasional:

Intervensi
Rasional
·   Kaji tanda vital dan tanda – tanda infeksi umum lainnya.
·   Hindari kontak dengan sumber infeksi.
·   Sediakan waktu istirahat yang adekuat.
·   Sediakan kebutuhan nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan.

·   Memonitor gejala dan tanda infeksi sedini mungkin.
·   Menghindarkan pasien dari kemungkinan terkena infeksi dari sumber yang dapat dihindari.
·   Istirahat adekuat membantu meningkatkan keadaan umum pasien.
·   Nutrisi adekuat menunjang daya tahan tubuh pasien yang optimal.



DAFTAR PUSTAKA

  1. Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 
  2. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 
  3. Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 3. Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak: Textbook of Pediatrics Edisi 12, Buku kedokteran EGC, Jakarta. 
  4. Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit Edisi 4, Buku kedokteran EGC, Jakarta. 
  5. Wong and Whaley’s (1996), Clinical Manual of Pediatrics Nursing 4th Edition, Mosby-Year Book, St.Louis, Missouri.
Advertisement

Iklan Sidebar