Info Populer 2022

jenis, indikasi, tujuan serta hal yang harus diperhatikan perawat / petugas kesehatan dalam memberikan transfusi darah

jenis, indikasi, tujuan serta hal yang harus diperhatikan perawat / petugas kesehatan dalam memberikan transfusi darah
jenis, indikasi, tujuan serta hal yang harus diperhatikan perawat / petugas kesehatan dalam memberikan transfusi darah
Sebagai seorang tenaga kesehatan kita diwajibkan untuk paham bagaimana aturan yang benar dan sesuai dengan kaidah - kaidah dalam pemberian transfusi darah.transfusi darah merupakan salah satu tindakan inti dari 12 tindakan inti (dasar) perawat menurut SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) dengan kode KES.PG02.053.01 yakni mengelola pemberian darah dan produk darah secara aman.

Transfusi darah
transfusi darah merupakan tindakan yang di lakukan pada klien yang membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan set transfusi untuk memenuhi volume sirkulasi darah, memperbaiki kadar hemoglobin dan protein serum.

Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang kehilangan darah, seperti pada operasi besar, perdarahan post partum, kecelakaan, luka bakar hebat, dan penyakit kekurangan kadar Hb atau kelainan darah dan juga bisa dilakukan pada pasien yang mengalami defisit cairan atau curah jantung menurun.

tenaga medis, perawat dan analis merupakan tenaga kesehatan yang berperan penting dalam melaksanakan tindakan transfusi darah. khususnya perawat yang bertugas untuk memastikan pasien aman untuk dilakukan transfusi, memasang transfusi darah dan juga sebagai petugas yang mengobservasi jalannya proses transfusi darah.

Jenis - jenis sediaan tansfusi darah

1. Transfusi darah lengkap (Whole Blood)

Darah lengkap diberikan untuk memperbaiki kemampuan transportasi zat asam oleh eritrosit (seperti anemia) dan memperbaiki jumlah darah yang beredar seperti perdarahan hebat.

2. Packed Red Cells (Sel Darah Merah)

Secara umum pemakaian SDM ini yaitu pada keadaan anemia hemolitik, anemia hipoplastik kronik, leukemia akut, leukemia kronik, penyakit keganasan, talasemia, anemia akibat defisiensi vitamin B12 dan Fe.

3.Platelet Concentrated (Suspensi Trombosit)

Jenis ini digunakan Penderita dengan perdarahan karena trombositopenia, Sebagai profilaksis pada penderita leukemia atau neoplasma yang mendapat kemoterapi sehingga jumlah trombositnya menurun, dan Sebagai profilaksis pada penderita yang akan dioperasi, tapi jumlah trombositnya kurang (resiko perdarahan yang besar).

4.Cryprecipitate = AHF Concentrate

Jenis ini digunakan untuk Hemophilia A (defisiensi faktor VIII), Von Willebrand”s disease , Hypofibrinogenemia, Acquired Defisiensi faktor VIII (DIC dan dilution in massive transfusion), dan Defisiensi faktor XIII.

5. Fresh Frozen Plasma

Penderita yang mengalami perdarahan dengan defisiensi faktor-faktor pembekuan misalnya penyakit hati dengan hematemesis dan melena Hemofilia Defisiensi prothrombin kompleks Defisiensi faktor V.

6.Transfusi Plasma

Untuk mengatasi keadaan shock (sebelum darah datang), Memperbaiki volume sirkulasi darah , Mengganti protein plasma yang hilang pada luka bakar yang luas, dan Mengganti dan menambah jumlah faktor-faktor tertentu yang hilang misalnya fibrinogen albumin dan globulin

7.Leucocyte Concentrate = Granulocyte Concentrate

biasa digunakan untuk Penderita neutropenia dengan febris tinggi yang gagal dengan antibiotik, Aplastik anemia dengan leukosit kurang dari 2000 / ml, dan Penyakit-penyakit keganasan lainnya

Adapun indikasi pemberian Transfusi darah adalah sebagai berikut :

  • Kehilangan darah akut, bila 20–30% total volume darah hilang dan perdarahan masih terus terjadi. 
  • Anemia berat 
  • Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi darah dan sebagai tambahan dari pemberian antibiotik) 
  • Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan faktor pembekuan, karena komponen darah spesifik yang lain tidak ada. 
  • Transfusi tukar pada neonatus dengan ikterus berat.

Adapun tujuan dari pemberian transfusi darah adalah sebagai berikut :

  • Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma atau heragi). 
  • Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia. 
  • Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi sulih (misalnya: faktor pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).
Didalam melakukan transfusi darah sebagai seorang tenaga kesehatan agar tidak terjadinya hal - hal yang tidak diinginkan dan proses tansfusi berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan, haruslah memperhatikan tahapan - tahapan dalam melakukan tansfusi darah berikut ini.

Tahapan dalam pemberian Tansfusi darah :

1. Persetujuan Pasien atau Keluarga (inform Conset)

Sebelum dilakukan transfusi darah tenaga medis atau perawat menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang manfaat dari transfusi darah dan apa saja reaksi (efek samping) dari transfusi darah, bila pasien dan keluarga sudah mengerti dan menyetujui maka pasien/keluarganya menandatangani lembar persetujuan ( Inform Consent) yang juga ditanda tangani oleh dokter dan perawat.


2. Pengisian Formulir Permintan Darah Harus Lengkap dan Jelas

Sebelum formulir permintaan darah berserta contoh darah dikirim ke bank darah harus diisi lengkap dan jelas. formulir yang mencakup identitas pasien (nama lengkap, alamat, nomor rekam medik, diagnosa penyakit), alasan pemberian transfusi darah, berapa darah yang diminta, permintaan darah ini bersifat segera diberikan atau biasa, dokter yang meminta transfusi darah dan siapa yang mengambil contoh darah. agar supaya tidak terjadinya kesalahan pemberian tanfusi darah baik itu pasien maupun produk darah yang sesuai indikasi.

3. Pengambilan Sampel darah

Tindakan pengambilan sampel darah diambil berdasarkan SPO yang telah diterapkan oleh rumah sakit pada umumnya meliputi cuci tangan enam langkah, identifikasi identitas klien, jelaskan prosedur, biasanya darah diambil 3 sampai 5 ml dalam tabung darah dan diberi label lalu dikirim ke bank darah ataupun PMI beserta persayaratan nya.

4.Penyimpanan darah

Apabila darah belum digunakan segera darah harus disimpan pada alat khusus yakni kulkas khusus dengan suhu sekitar 2-6 celcius (WB & PRC) atau container dengan suhu < 10 derajat celcius.
Note :darah tidak bisa dipakai lebih dari 6 jam didalam temperatur ruangan.

5. Proses Pelaksanaan transfusi darah
  1. Cek dan ricek label darah pasien dengan petugas transporter darah, register, nama, umur, ruang/RS, tanggal kadaluarsa 
  2. Cek kantong darah: golongan darah sesuai, cross matsch sesuai, macam (WB, PRC, FFFP, dll) kondisi (periksa keadaan darah apa sesuai warna dll). 
  3. Persiapan set transfusi 
  4. Tidak perlu dihangatkan karena dapat menyebabkan eritrosit rusak
  5. Cek kembali identitas pasien dan label 
  6. Cek dan catat TTV (Tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, warna kulit, dan kesadaran) 
  7. Kecepatan transfusi : 15 pertama (10-15 tts/menit) dan maintenance (1 cc/kg/jam kurang dari 5 jam bila ada hipovolemi dan jika ada hipovolemi (atasi dulu dengan kristaloid/koloid pelan dulu pada menit pertama, diguyur cepat menyesuaikan respon hemodinamik)

6. Tata Cara Transfusi Darah
  1. Infusi NaCl 0.9% gunakan jarum ukuran besar (18-20 G). Pakai macrofilter 170 mikron untuk menyaring gumpalan/mikroagregates yang terbentuk selama penyimpanan 
  2. Kantong darah dari lemari es jangan diguncang 
  3. Jika lapisan plasma diatas berwarna coklat hitam (tanda hemolisis) darah jangan diberikan 
  4. Sebelum memulai transfusi, ukur dulu tekanan darah, nadi, nafas dan suhu badan 
  5. Darah diteteskan pelan, 100ml pertama jangan lebih cepat dari 10 menit 
  6. 15 menit pertama harus ditunggui disamping pasien, awasi keluhan (awasi keluhan, tekanan darah, nadi, nafas, suhu adakah rasa gatal, sesak nafas, demam, mual, nyeri pinggang) jika banyak yang dikerjakan oleh perawat minta kerja sama dengan pasien dan keluarga melaporkan jika pasien mengalami kondisi tersebut 
  7. Jika jantung baik dan tidak ada hipovolemia, batas aman transfusi darah adalah 1 ml/kg/jam (1 unit dalam 3 jam) atau 1000 ml per 24 jam. 
  8. Satu unit jangan lebih lama dari 5 jam agar tidak tumbuh kuman selama darah berada dalam satu ruangan 
  9. Tidak perlu obat antihistamin, antipiretika atau diuritika sebelum transfusi kecuali ada indikasi khusus, hal ini karena obat premedikasi mungkin menutupi tanda-tanda awal reaksi transfusi yang lebih berbahaya. 
  10. Evaluasi dan pengukuran diulang tiap jam sampai 2 jam setelah transfusi berakhir. 
  11. Setiap selesai transfusi satu unit, infus set dibilas dengan NaCl sebelum transfusi berikutya. 
  12. Pada transfusi masif pakai micfilter 20 micron untuk menyaring mikro-emboli untuk prevensi “Adul Respiratory Disstress Syndrome” 
Note : Jangan transfusi pada malam hari jika tidak sangat mendesak.
Perlu diingat 1 unit menaikan Hb 0.25-0.5 gr/dl dan untuk 1 unit trombosit (TC) menaikkan 5000. Jika pasien mengalami anemia disertai hipovolemia berikan kecepatan pemberian 15-30 menit/unit dan jika tidak menalami hipovolemia berikan 1-3 jam/unit. Darah tidak usah dipanaskan kecuali pada transfusi masik lebih 1 liter perjam. Tiap kantong darah paling lama 3 jam harus habis.

7. Tindak lanjut

monitoring /observasi pada pemberian transfusi darah dilakukan dengan sangat ketat. Hentikan transfusi bila ada gejala keluhan/tanda reaksi transfusi, segera ganti blood set yang baru dan bila cairan NaCl 0.9%, ambil contoh darah pasien 5 ml, isi formulir reaksi transfusi darah dengan lengkap, bawa formulir reaksi transfusi darah, contoh darah pasien dan sisa darah donor pasien ke bank darah atau PMI, dan segera lapor dokter yang merawat untk mendapat penanganan sesuai dengan reaksi transfusi darah yang terjadi pada pasien.


8. Dokumentasi

dokumentasi sangat penting sekali sebagai bukti tertulis pelayanan kesehatan yang nantinya akan disimpan sebagai pedoman pemeriksaan selanjutnya. dalam setiap pemberian transfusi darah, kita harus selalu mendokumentasikan tindakan yang kita lakukan baik tidak ada reaksi maupun terjadi reaksi. 
Advertisement

Iklan Sidebar