Info Populer 2022

Laporan Pendahuluan Tumor Otak, Download dalam bentuk pdf dan doc

Laporan Pendahuluan Tumor Otak, Download dalam bentuk pdf dan doc
Laporan Pendahuluan Tumor Otak, Download dalam bentuk pdf dan doc
Teman Perawat dimanapun berada, kali ini bangsal sehat coba menulis dan membagikan sebuah tugas keperawatan yaitu laporan pendahuluan tumor otak.

Laporan pendahuluan tumor otak adalah sebuah tulisan atau makalah berupa tinjauan teori tumor otak hingga konsep asuhan keperawatan.

Kali ini kami coba tulis dan bagikan laporan pendahuluan tumor otak, yang telah kami usahakan selengkap mungkin, agar memudahkan teman perawat sekalian dalam pembuatan tugas.

Laporan pendahuluan tumor otak ini kami bagikan dalam bentuk file pdf dan doc.

untuk mendownload silahkan..!! dibawah ini..
Untuk melihat isi dari laporan pedahuluan tumor otak yang kami bagikan silahkan lihat dibawah


Laporan Pendahuluan Tumor Otak

Pengertian

Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak (buku ajar patofisiologi)

Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono, MA, Standard Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000)

Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.

Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakarnial yang menempati ruang didalam tengkorak (bruner and suddarti,20020. Tumor otak adalah neoplasma yang berasal dari sel saraf,neuro ephitelium,saraf cranial,pembuluh darah,kelenjar pineal,hipofisis (donna L wong,2002).


Klasifikasi

Tumor otak ada bermacam-macam menurut price,Sylvia ardeson,2000,yaitu :
  1. Giloma adalah tumor jaringan gila (jaringan penunjang dalam system saraf pusat, bertanggung jawab atas kira-kira 40 sampai 50% tumor otak). 
  2. Tumor meningen merupakan tumor asal meningen,sel-sel mesofel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling penting. 
  3. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob,eosinofil atau basofil dari hipofisis anterior 
  4. Tumor metastasis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5- 10% dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat primer. 
  5. Tumor pembuluh darah antara lain angioma, hemangimablastoma,sindrom non hippel-lindon.

Epidemiologi

Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥60 tahun (31,85 persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang dioperasi penuli,s dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.


Etiologi

Etiologi pasti terjadinya tumor otak belum diketahui,namun menurut bebrapa ahli dapat terjadi akibat proses primer dan sekunder.
  • primer 
  1. gangguan pada otak 
  2. gangguan imunologi tubuh 
  3. gangguan fungsi hipofisis 
  4. virus 
  5. taxin 
  6. factor genetic 
  7. riwayat trauma kepala 
  8. paparan bahan kimia yang bersifat carsinogenik 
  • sekunder : metastase tumor lain, biasanya tumor paru dan payudara.

Patofisiologi 

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu.

Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.

Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan otak.

Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.

Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oelh karena ity tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.

Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranial yang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).

Fathway Tumor Otak

Fathway Tumor Otak
Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala tumor otak dapat dibedakan Menurut lokasi tumor :
  • Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
  • Kortek presentalis posterior
Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari
  • Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah
  • Lobus Oksipitalis
Kejang, gangguan penglihatan
  • Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah
  • Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan penglihatan
  • Cerebelum
Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperekstremitas esndi

Tanda dan Gejala Umum :
  1. Nyeri kepala berat pada pagi hari, main bertambah bila batuk, membungkuk
  2. Kejang
  3. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial : Pandangan kabur, mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia.
  4. Perubahan kepribadian
  5. Gangguan memori
  6. Gangguan alam perasaan

Pemeriksaan Diagnosatik

Pemeriksaan yang dilakukuan untuk mengkaji tumor otak adalah :
  • Pengkajian saraf
  • Pergerakan mata
  • Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
  • Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
  • Pengkajian reflek
  • Keseimbangan dan koordinasi
  • Penciuman dan sentuhan
  • Abstract thinking
  • Memori
  • Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi
  • Jantung : bradikardi, hipertensi
  • Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler
  • Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus

Pemeriksaan Penunjang
  • Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan cisterna.
  • CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
  • Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
  • Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
  • Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.
  • Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.

Penatalaksanaan

a. Pembedahan

Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan untuk mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor tertentu yang tidak dapat direseksi.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembedahan tumor otak yakni: diagnosis yang tepat, rinci dan seksama, perencanaan dan persiapan pra bedah yang lengkap, teknik neuroanastesi yang baik, kecermatan dan keterampilan dalam pengangkatan tumor, serta perawatan pasca bedah yang baik, Berbagai cara dan teknik operasi dengan menggunakan kemajuan teknologi seperti mikroskop, sinar laser, ultrasound aspirator, bipolar coagulator, realtime ultrasound yang membantu ahli bedah saraf mengeluarkan massa tumor otak dengan aman.

b. Radiotherapi

Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi tunggal.Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.

c. Chemotherapy

Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif.Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah.Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.

d. Manipulasi hormonal.

Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase

e. Terapi Steroid

Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak berefek langsung terhadap tumor.


Pengkajian 

1. Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat, penanggung jawab, dll

2. Riwayat kesehatan :
  • keluhan utama
  • Riwayat kesehatan sekarang
  • Riwayat Kesehatan lalu
  • Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Pemeriksaan fisik :
  • Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia, penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai, berdesis
  • Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
  • Pendnegaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
  • Jantung : bradikardi, hipertensi
  • Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler
  • Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus
  • Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi

Diagnosa Keperawatan 
  1. Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol terhadap otot pernafasan ), ditandai dengan : perubahan kedalamam nafasn, dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
  2. Gangguan rasa nyaman, nyer kepla b.d peningkatan TIK, ditndai dengan : nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila klien batuk, mengejan, membungkuk.
  3. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP, ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran
  4. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi.
  5. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema.
  6. Cemas b.d kurang informasi tentang prosedur

Intervensi Keperawatan

Diagnosa. 1

Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol terhadap otot pernafasan ), ditandai dengan : perubahan kedalamam nafasn, dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.

Tujuan : Gangguan pertukaran gas dapat teratasi

Intervensi :
  • Bebaskan jalan nafas
  • Pantau vital sign
  • Monitor pola nafas, bunyi nafas
  • Pantau AGD
  • Monitor penururnan gas darah
  • Kolaborasi O2

Diagnosa. 2

Gangguan rasa nyaman, nyer kepla b.d peningkatan TIK, ditndai dengan : nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila klien batuk, mengejan, membungkuk

Tujuan : rasa nyeri berkurang

Intervensi :
  • pantau skala nyeri
  • Berikan kompres dimana pada area yang sakit
  • Monitor tanda vital
  • Beri posisi yang nyaman
  • Lakukan Massage
  • Observasi tanda nyeri non verbal
  • Kaji faktor defisid, emosi dari keadaan seseorang
  • Catat adanya pengaruh nyeri
  • Kompres dingin pada daerah kepala
  • Gunakan teknik sentuham yang terapeutik
  • Observasi mual, muntah
  • Kolaborasi pemberian obat : analgetik, relaksan, prednison, antiemetik

Diagnosa. 3

Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP, ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran

Tujuan : tidak terjadi cidera

Intervensi :
  • Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien
  • Pantau tingkat kesadaran
  • Orientasikan klien pada tempat, orang, waktu, kejadian
  • Observasi saat kejang, lama kejang, antikonvulsi,
  • Anjurkan klien untuk tidak beraktifitas

Diagnosa. 4

Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi

Tujuan : mempertahankan orientasi mental dan realitas budaya

Intervensi :
  • kaji rentang perhatian
  • Pastikan keluarga untuk membandingkan kepribadian sebelum mengalami trauma dengan respon klien sekarang
  • Pertahankan bantuan yang konsisten oleh staf, keberadaan staf sebanyak mungkin
  • Jelaskan pentingnya pemeriksaan neurologis
  • Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif
  • Dengarkan klieen dengan penuh perhatian semua hal yang diungkapkan klien/keluarga
  • Instruksikan untuk melakukan rileksasi
  • Hindari meninggalkan klien sendiri

Diagnosa. 5

Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema

Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang

Intervensi :
  • Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK
  • Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan nilai standart
  • Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
  • Pantau tekanan darah

Diagnosa. 6

Cemas b.d kurang informasi tentang prosedur

Tujuan : rasa cemas berkuang

Intervensi :
  • kaji status mental dan tingkat cemas
  • Beri penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala
  • Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian
  • Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan piiran dan perasaan takut
  • Libatkan keluarga dalam perawatan

Daftar Pustaka
  • Doenges, E Marylin (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
  • Engram, Barbara (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
  • FKUI, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Gesapius
  • Reeves C, J, (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, Salemba Medika
  • Suddart, Brunner (2000), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
  • Ganong, WF, (1996), Fisiologi Kedokteran, Jakarta, EGC
  • Talbot, LA (1997), Pengkajian Keperawatan Kritis, Jakarta, EGC
Advertisement

Iklan Sidebar