Info Populer 2022

Laporan Pendahuluan / LP Erythema Multiforme Lengkap, Download Doc dan Pdf

Laporan Pendahuluan / LP Erythema Multiforme Lengkap, Download Doc dan Pdf
Laporan Pendahuluan / LP Erythema Multiforme Lengkap, Download Doc dan Pdf
Kami bagikan laporan pendahuluan / LP erythema multiforme lengkap pdf dan doc.

Teman - teman sejawat sekalian pada postingan kali ini kami share laporan pendahuluan / lp erythema multiforme yaitu sebuah tugas keperawatan yang berbentuk makalah tentang seuatu keadaan tidak normal pada kulit dengan tanda khas berupa lesi iris.

Laporan pendahuluan ini telah kami susun dengan sangat lengkap mulai dari tinjauan teori hingga konsep askep yang bersumber dari beberapa refferensi terpercaya dan telah kami sertakan dalam daftar pustaka.

Laporan pendahuluan ini kami sediakan dalam dua format yaitu pdf dan doc yang bisa teman -teman unduh pada link diatas.

Laporan pendahuluan erythema multiforme

Definisi

Erythema Multiforme merupakan erupsi mendadak pada kulit atau selaput lendir dengan tanda khas berupa lesi iris. Bila keadaan ini tidak segera ditangani maka akan menjadi penyakit kulit yang akut dan berat yang dinamakan Syndrom Steven Johnson (SSJ).

Erythema Multiforme merupakan erupsi mendadak dan rekuren pada kulit dan kadang-kadang pada selaput lendir dengan gambaran bermacam-macam spektrum dan gambaran khas bentuk iris.Pada kasus yang berat disertai simtom konstitusi dan lesi viseral.
            
Erythema Multiforme (EM) adalah merupakan suatu penyakit akut dari kulit dan membran mukosa yang dapat menyebabkan beberapa jenis lesi kulit, karenanya dinamakan multiforme (Greenberg,2003). Penyakit ini merupakan suatu reaksi hipersensitivitas, yang karakteristik dengan adanya lesi target pada kulit atau lesi ulserasi pada mukosa.

Erythema multiforme adalah sutau jenis reaksi kulit yang secara histologis ditandai mula – mula adanya infiltrat limfohistiositik pada batas antara dermis dan epidermis, dan kemudian dengan adanya vesikulasi sub-epidermis ; secara klinis ini ditandai oleh adanya berbagai lesi, termasuk lesi – lesi kulit yang khas seperi iris atau target/ sasaran (Kenneth A. 1985).


Klasifikasi

a. Erythema multiforme minor 
            
Terjadi pada kira-kira 80% kasus. Secara klinis lesi berbentuk makular, papular, atau urtikarial, serta ‘iris’ klasik atau lesi target, yang tersebar di distal ekstremitas. 

b. Erythema multiforme major 
            
Merupakan bentuk penyakit yang lebih parah dengan lesi target yang lebih besar dengan keterlibatan membran mukosa. Onset biasanya tiba-tiba, meskipun kemungkinan karena adanya masa prodromal selama 1-13 hari sebelum erupsi muncul. 


Etiologi

Pada lebih dari 50% kasus, faktor pemicu tidak diketahui. Yang paling umum adalah kasus dengan infeksi herpes simpleks (oral atau genital) yang mendahuluinya, atau dengan infeksi mikoplasma, infeksi bakteri atau virus yang lain juga telah dibuktikan. Berikut beberapa faktor pemicu yang menyebabkan eritema multiforme : 

a. Infeksi virus
  • Herpes simpleks 
  • Pneumonia atipikal primer, infeksi mikoplasma 
  • AIDS 
  • Adenovirus 
  • Cytomegalovirus 
  • Hepatitis B 
  • Mononukleasis infeksius 
  • Limfogranuloma inguinal 
  • Milker’s nodes 
  • Mumps 
  • Orf 
  • Poliomyelitis 
  • Psittacosis 
  • Variola 
  • Vaccinia 
  • Varicella 
b. Infeksi bakteri
  • Rickettsia 
c. Infeksi jamur
  • Histoplasmosis
  • Vaksinasi 
d. reaksi obat 

e. reaksi kontak 

f. Karsinoma, limfoma, leukemia 

g. Lupus eritematosus (Rowell’s syndrome) 

h. Poliarteritis nodosa 

i. Pregnansi, premenstrual,’dermatitis progesteron autoimun’ 

j. Sarkoidosis 

k. Wegener’s granulomatosis 

l. X-ray terapi 

m. Tidak diketahui 
            
Erythema multiforme telah dianggap sebagai contoh yang jelas dari reaksi akibat obat yang merugikan. Meskipun pada studi prospektif dari kasus-kasus eritema multiforme hanya 10% yang terkait penggunaan obat-obatan. Pada studi yang lain, riwayat penggunaan obat-obatan, khususnya golongan sefalosporin, tercatat pada 59% pasien eritema multiforme.
            
Obat-obatan sering dianggap sebagai penyebab berdasarkan bukti yang kurang adekuat.; konfirmasi sensitivitas obat memerlukan paparan ulang terhadap obat tersebut, yang mungkin dapat menimbulkan resiko yang tidak diinginkan.


Patofisiologi

Erythema Multiforme merupkan suatu jenis reaksi kulit yang secara histologis ditandai mula-mula adanya infiltrat limfositolitik pada batas antara dermis dan epidermis dan kemudian dengan adanya vesiculasi sub – epidermis. Secara klinis ini ditandai oleh adanya berbagai lesi, termasuk lesi-lesi kulit yang khas seperti iris atau target (sasaran). Erythema multiforme dianggap sebaga syndrom hipersensitivitas, tetapi mekanisme imunologisnya yang tepat belumlah diketahui. Penyakit yang akut sering kambuh ini, paling sering muncul dalam musim dingin dan awal musim semi pada kanak-kanak dan orang dewasa.

Banyak faktor penyebab yang telah diketemukan, termasuk infeksi obat-obatan, perubahan hormonal, penyakit-penyakit kanker. Infeksi herpes simpleks merupakan asal mula penyebab infeksi yang paling sering, meskipun berbagai penyakit infeksi yang lain seperti virus,bakteri dan myobakteri. Juga sering dijumpai mycoplasma pnemoniae pernah dapat dibiakkan dari tenggorokan dan bulo dari bebepa pasien. Penicillin, barbiturat, sulfonamide dan banyak obat lainnya bisa menimbulkan gambaran yang sama.

Bentuk Erythema Multiforme ringan sembuh dengan sendirinya dalam    2 – 3 minggu, bentuk yang lebih berat dimana ikut juga terkena secara luas selaput lendir, disebut sebagai Syndrom Steven Johnson, bisa berlangsung 6 – 8 minggu dan merupakan penyakit sangat berbahaya dan sering fatal.

Pathway Erythema multiforme


Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang ditimbulkan tergantung dengan tipe Erythema Multiforme itu sendiri.

a. Tipe Makula-eritema 
            
Erupsi timbul mendadak, simetrik dengan tempat predileksi di punggung tangan, telapak tangan, bagian ekstensor ekstremitas, dan selaput lendir. Pada keadaan berat dapat juga mengenai badan. Lesi tidak terjadi serentak, tetapi berturut-turut dalam 2-3 minggu. 
            
Gejala khas ialah bentuk iris (Target lesion) yang terdiri atas 3 bagian, yaitu bagian tengah berupa vesikel atau eritema yang keungu-unguan, dikelilingi lingkaran konsentris yang pucat kemudian lingkaran yang merah. 

b. Tipe Vesikobulosa 
            
Lesi mula-mula berbentuk macula,papul dan urtika yang kemudian timbul lesi vesikobulosa di tengahnya. Bentuk ini dapat juga mengenai selaput lendir. Lesi pada membran mukosa terjadi pada 70% pasien dan seringkali terbatas di rongga mulut. 
            
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Laboratorium Oral Pathology di Universitas Sao Paolo sejak tahun 1974 hingga 2000 di dapatkan bahwa kasus eritema multiforme sebagai penyakit autoimun yang bermanifestasi oral sebanyak 7,82%. Kasus terbanyak adalah Liken planus pemfigoid (75,56%), pemfigus membran mukosa (9,37%). Lesi ditemukan di palatum durum. Dengan masa evolusi lesi mencapai lebih dari 12 bulan. 

Berdasarkan jenis/lokalisasi

a. Minor Erythema Multiforme

1. Pada mukosa rongga mulut
            
Hal ini terjadi pada 20-30 % kasus. Pada tipe erythema multiforme minor jarang sekali terjadi hanya pada bagian rongga mulut saja. Lesi berupa vesikula yang banyak dan pecah, meninggalkan daerah erosi yang sakit dan ditutupi pseudomembran putih.

2. Bagian mukosa lainnya
            
Pada mukosa genital, dan jarang terjadi pada konjungtiva.Pada kulit Biasanya muncul macula papula kemerahan. Paling sering muncul dengan khas berupa lesi target (Laskaris, 2005).

b. Mayor Erythema Multiforme
            
Tipe ini melibatkan dua atau lebih membran mukosa dengan lebih banyak lagi daerah kulit yang terlibat (Scully, 2007)

1. Pada mukosa rongga mulut
            
Lesi pada mukosa rongga mulut lebih sering terjadi pada kasus EM tipe mayor. Awalnya adalah daerah kemerahan, berubah dengan cepat menjadi bentuk vesikula dan segera pecah dan meninggalkan daerah erosi kemerahan yang ditutupi pseudomembran putih dan krusta akibat perdarahan.

2. Bagian mukosa lainnya
            
Terjadi pada mata, genital, pharyng, laryng, esophagus, dan bronchial terutama pada kasus yang sangat parah.Pada kulit Lesi ini lebih sering terjadi, dengan bentukan lesi merah yang edematous, melepuh, dan adanya lesi target (Laskaris, 2005).


Gambaran Histologi 
            
Eritema multiforme memberikan gambaran histologi yang bervariasi sesuai dengan gambaran kliniknya yang bermacam-macam. Pada penyakit ini terdapat reaksi jaringan yang spektrumnya bervariasi mulai dari yang sangat ringan hingga perubahan yang berat
            
Hasil dari tindakan biopsi multipel dari kasus-kasus eritema multiforme pada beberapa spesimen biopsi menunjukkan bahwa perubahan dermal lebih dominan, sementara pada spesimen lain perubahan epidermal lebih dominan, dan kedua tipe perubahan ini berada pada derajat yang hampir sama. 

a. Tipe Dermal 
            
Tipe dermal terlihat pada lesi makular dan kebanyakan lesi papular.Pada lesi makular hanya terlihat infiltrat perivaskuler yang lebih ramping. Pada lesi papular ditemukan sebuah infiltrat perivaskuler yang lebih terang, sel mononuklear yang lebih besar dan biasanya berisi eosinofil. 

b. Tipe Dermal-epidermal 
            
Pada tipe campuran dari eritema multiforme terlihat campuran antara papular, lesi mirip plak dan dan lesi target. Mononuklear infiltrat terdapat pada bagian superfisial pembuluh darah dan disepanjang pinggiran epidermal, dengan sel basal menunjukkan degenerasi hidrofik. Pada epidermis terdapat keratinosit yang rusak dengan gambaran eosinofilik yang lebih jelas, sitoplasma tampak homogenik, piknotik, tidak berinti dan umumnya disebut colloid body. Pada beberapa lesi tertentu infiltrasi mononuklear meluas dari lapisan dermis ke epidermis sehingga timbul edema intraseluler di epidermis. 

c. Tipe epidermal 
            
Pada tipe ini terlihat beberapa sel target yang merupakan bentuk berat dari eritema multiforme yang disebut Sindrom Steven Johnson dan Nekrolisis epidermal toksis. Disini terjadi infiltrasi sel-sel mononuklear yang mengelilingi permukaan pembuluh darah, dan lesi di lapisan epidermis mengandung keratinosit yang nekrosis. 


Pemeriksaan penunjang

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk eritema multiforme. Pada kasus yang berat dapat terjadi elevasi tingkat sedimentasi eritrosit, leukositosis moderat, peningkatan level protein fase akut, dan dapat pula terjadi elevasi aminotranferase hati yang ringan. Apabila terdapat tanda-tanda kelainan di saluran pernapasan maka pemeriksaan radiologi dibutuhkan.


Komplikasi

Beberapa komplikasi yang bisa ditimbulkan erythema multiforme adalah sebagai berikut :
  • SSJ ( Syndrom Steven Johnson)
  • Bronkopnemonia.
  • Dehidrasi.
  • Syok.
  • Kebutaan.

Penatalaksanaan 

a. Terapi secara sistemik
            
Menghindari faktor penyebab atau mengobatinya, terutama karena adanya reaksi hipersensitivitas karena pemakaian obat . 

Pemakaian kortikosteroid secara oral, terutama setelah hari ke2-4, untuk mengurangi periode erupsi akut dan gejala. Tipe minor pemberian kortikosteroid oral antara 20-40 mg/hari selama 4-6 hari lalu diberikan secara tapering dosis tak lebih dari 2 minggu. Pada tipe mayor perlu pemberian antara 40-80 mg/hari selama 2-3 minggu. Pemberian antibiotik untuk menghindari infeksi sekunder (Laskaris, 2005). 
            
Obat-obat antivirus diindikasikan untuk pasien HAEM, dengan pemberian acyclovir 200 mg, lima kali sehari sejak terlihat pertamakali munculnya lesi atau 400 mg, empat kali sehari selama 6 bln atau melanjutkan terapi menggunakan valacyclovir, pemberian 500 mg dua kali sehari disarankan sebagai profilaksis (Scully,

b. Terapi secara topikal

Instruksi pada pasien untuk diet lunak, pemakaian anastesi topikal, obat kumur yang berisi antibiotik, dan kortikosteroid topikal untuk mengurangi ketidaknyamanan pada pasien (Laskaris, 2005).

Kemungkinan penyebab yang banyak pada kasus eritema multiforme menghalangi pengobatan yang spesifik, kecuali penyebab spesifik telah diketahui. 
            
Tujuan pengobatan dari eritema multiforme ialah untuk mengurangi lamanya waktu demam, erupsi maupun perawatan di rumah sakit. 
            
Pada kasus ringan diberi pengobatan simtomatik, meskipun sedapat-dapatnya perlu dicari penyebabnya. Pemberian kortikosteroid sistemik dihindari mengingat komplikasi yang dapat timbul. Pengobatan simptomatik meliputi pemberian analgesic atau NSAID; kompres dingin dengan menggunakan larutan saline;pengobatan oral seperti saline kumur; lidokain dan diphenhydramine. 
            
Pada kasus-kasus berat, dapat diberikan kortikosteroid (prednisolon) dengan dosis awal 30-60 mg/hari, kemudian dosis diturunkan dalam 1-4 minggu. Kegunaan kortikosteroid hingga saat ini masih diperdebatkan, namun perbaikan gejala sistemik seperti demam dapat tercapai dengan kortikosteroid. 
            
Tujuan pemberian antivirus adalah untuk mempersingkat perjalanan klinis penyakit, mencegah komplikasi, mencegah perkembangan rekurensi yang tersembunyi dan atau yang muncul kemudian, mengurangi penyebaran serta mengeliminasi rekurens laten yang tidak dapat dihindari. Acyclovir mengurangi lamanya gejala lesi. Diberikan pada pasien dengan lesi yang muncul dalam waktu 48 jam. Pasien yang diberikan acyclovir merasakan nyeri berkurang dan penyembuhan yang cepat dari lesi pada kulit. 

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan Erythema Multiformis antara lain :
  • Riwayat kesehatan.
  • Keluhan utama.
  • Riwayat alergi obat atau riwayat terkena infeksi.
  • Kaji adanya demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk pilek, nyeri tenggorokan, stomatitis, konjungtivitis, balanitis / uretritis.

Diagnosa Keperawatan
  1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan edema mukosa saluran pernafasan.
  2. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
  3. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan.
  4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan destruksi permukaan kulit.

Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan. 1

Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan edema mukosa saluran pernafasan.

Intervensi
  • Kaji frekuensi, irama, spuntum, auskultasi paru.
  • Kaji adanya stridor dan wheezing.
  • Kaji adanaya cyanosis.
  • Beri Oksigen bila pasien mengalami sesak.
Diagnosa Keperawatan. 2

Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

Intervensi
  • Kaji TTV.
  • Monitor intake dan output cairan selama 24 jam.
  • Kolaborasi pemberian cairan infus.
Diagnosa Keperawatan. 3

Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan.

Intervensi
  • Kaji skala nyeri.
  • Kolaborasi untuk dilakukan perawatan kulit.
  • Lakukan instruksi pengobatan.
Diagnosa Keperawatan. 4

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan destruksi permukaan kulit.

Intervensi
  • Kaji warna , kedalaman luka, jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
  • Berikan perawatan luka yang tepat dan kontrol infeksi.

Daftar Pustaka
  • Kenneth A. Arnd., M.D. Pedoman Dermatologys. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.
  • Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
  • Prince, Sylvia Anderson. (1995). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit : Patofisiologi. Jakarta : EGC
  • Sudiarto, Suharto, Sumanto. (2004). Modul Askep Pasien dengan Gangguan Sistem Integumen. Semarang.
Demikian laporan pendahuluan erythema multiforme lengkap, download pdf dan doc kami bagikan, semoga bisa menjadi refferensi teman -teman sekalian dalam pembuatan tugas - tugas keperawatan seperti askep dan makalah.
Advertisement

Iklan Sidebar