Info Populer 2022

Dahsyatnya Lisan Wanita

Dahsyatnya Lisan Wanita
Dahsyatnya Lisan Wanita


      Wanita berbicara hingga 20000 kata perhari, sedangkan pria hanya sekitar 7000 kata. Itu artinya wanita lebih banyak bicara daripada laki-laki.
      Ada pepatah mengatakan bahwa "Lisan itu bisa menembus apa yang tidak dapat ditembus oleh jarum." Karena lisan erat kaitannya dengan hati, baik buruknya lisan kita bisa membekas di hati orang lain, maka dari itu seorang muslimah patutlah untuk menjaga lisannya dari keburukan yang mungkin akan menyakitkan hati orang lain.
Lisan kita sangat menentukan bagaimana baik buruknya kita.
     Ada cerita, di zaman dahulu ada seorang pedagang yang memiliki istri yang sangat penuntut padanya, lisannya hanya mengatakan tuntutan padanya, sehingga ia pun berusaha melakukan berbagai cara agar bisa memenuhi tuntutan istrinya, tak peduli dengan cara yang halal maupun haram. Ia mendagangkan dagangannya dengan teriakan serta memaksa orang lain agar membeli dagangannya. Namun pada suatu hari, ia mulai tidak tahan pada istrinya yang sangat penuntut. Ia pun lalu menceraikan istrinya. Dan waktu berlalu, kini ia mendagangakan dagannya dengan cara yang berbeda ,tidak ada lagi teriakan dan paksaan agar orang-orang membeli dagannya. Ternyata si pedagang ini sudah menikah lagi dengan wanita yang berbanding terbalik dengan mantan istrinya. Istri yang shalihah. Disaat ia hendak pergi berdagang, istrinya selalu berkata kepadanya, "Aku dan anakku mampu untuk menahan lapar tapi tidak mampu untuk menahan panasnya api neraka, maka nafkahilah kami dengan yang halal".
Maksud dari cerita ini adalah bahwa lisan wanita sangat menentukan tabiat suaminya.
Wanita merupakan mayoritas penghuni neraka.
"Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku melihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita". Mereka bertanya "Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?" Beliau menjawab "Disebabkan kekufuran mereka". Kemudian ada yang bertanya kepada beliau "Apakah para wanita ini kufur kepada Allah?". Beliau menjawab "Tidak, melainkan mereka kufur kepada suami mereka dan mengkufuri kebaikan suami mereka. Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, 'aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu'," (HR Bukhari No. 5197 dan Muslim No. 907).

Ada 6 jenis ketergelinciran lisan :



1. Menyandarkan nikmat kepada selain Allah



Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :

"Pada pagi hari, di antara hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Barang siapa yang mengatakan 'Muthirna bi Fadhlillahi Wa Rahmatih' (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah) maka dialah yang beriman kepada-Ku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan 'Muthirna binnau kadza wa kadza' (kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini) maka dialah yang kufur kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang." (HR Bukhari, No, 846 dan Muslim, No. 71)

2. Mencela makhluk-makhluk yang tak berdaya

Dalam hadits qudsi disebutkan, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Allah 'Azza wa Jalla berfirman, 'Aku disakiti oleh anak adam. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang." (HR. Muslim No. 6000)
Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shalllallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Janganlah kalian mencaci ayam jantan, karena ia yang membangunkan untuk shalat."
(HR Abu Daud, No. 5101 dan Ahmad, 5:192. Al-Hafidz Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
       Dikala kita mendapati kesakitan, terkadang kita sering mengeluh dan banyak mencela, padahal di setiap kesakitan itu akan menjadi kafarat bagi dosa-dosa kita, dan akhirnya kita merugi karena luput dari ampunan Allah sebab banyak mengeluh dan mencela.
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah masuk menemui Ummu As-Sa'ib, lalu bersabda, "Ada apa denganmu wahai Ummu As-Sa'ib hingga gemetar seperti itu?" Ia menjawab, "Deman, sungguh Allah tidak memberkahinya." Lalu beliau bersabda "Janganlah engkau memaki demam, karena demam itu menghapus dosa-dosa Bani Adam seperti bakaran pandai besi menghilangkan kotoran besi." (HR Muslim No. 2575)

3. Mengghibah/menggosip/menggunjing membicarakan aib dan keburukan orang lain

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
"Tahukah engkau apa itu ghibah?" Mereka menjawab : "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu". Ia berkata : "Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain." Beliau ditanya, "Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?" Jawab Nabi : "Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya." (HR Muslim No. 2589)

4. Berdusta dan mengelabui orang

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
 وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ 
Celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Daud no. 4990 dan Tirmidzi no. 3315)

5. Mengingkari janji

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مِنْ عَلاَمَاتِ الْمُنَافِقِ ثَلاَثَةٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ
Di antara tanda munafik ada tiga: jika berbicara, dusta; jika berjanji, tidak menepati; jika diberi amanat, ia khianat.” (HR. Muslim no. 59)
6. Kurang zikir

Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang yang berdzikir (mengingat) Rabbnya dan yang tidak bagaikan orang yang hidup dan orang yang mati.” (HR. Bukhari, no. 6407 dan Muslim, no. 779).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf: 18)
      Imam Ahmad pernah didatangi oleh seseorang dan beliau dalam keadaan sakit. Kemudian beliau merintih karena sakit yang dideritanya. Lalu ada yang berkata kepadanya "sesungguhnya rintihan sakit juga dicatat oleh malaikat" setelah ,mendengar nasehat ini Imam Ahmad langsung diam {tidak merintih}, karena beliau takut rintihannya dicatat oleh malaikat
        Berhatihatilah dengan perkataan dan perbuatan karena jika sudah melukai hati seseorang bagaikan sebuah paku yang menancap pada kayu walaupun sudah dicabut tetap meninggalkan bekasnya.
Ibnu mas'ud mengatakan "tidak ada yang lebih pantas dipenjara dalam waktu yang lama melainkan lisanku ini". (Mulhtashor Minhajil Qoshidin, hal 165. Maktabah Darul Bayan).
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka bicaralah yang baik atau diam. (HR Bukhari)

Advertisement

Iklan Sidebar