Setiap kita memiliki ego. Menurut Sigmund Freud, ego adalah bagian tak terpisahkan dari kepribadian manusia. Bahkan, ego adalah bagian dari identitas kita. Disebutkan pada laman Hello Sehat, ego fokus pada kepentingan mengutamakan diri sendiri – dan membenarkan diri sendiri.
But every one of us wants to be a better person, don't we? Kita ingin menjadi teman, saudara, maupun sosok yang tak egois, merasa lebih unggul dan selalu benar. Nah, bagaimana agar kita dapat melakukannya?
1. Dengan Rajin Menambah Wawasan
Sikap egois muncul sebagian disebabkan oleh ketidak(ingin)tahuan kita pada situasi dan keadaan orang lain. Misalnya, Sobat Pintar impulsif mengajak hangoutmendadak, sementara teman-teman masih sibuk mengerjakan tugas yang belum selesai, membantu orang tua mengurus bisnis, atau yang lain. Do you care enough to look further?
Bila terhenti pada keadaan diri sendiri, tanpa mau mencari tahu bagaimana keadaan orang lain, maka sikap egoislah yang muncul. Demikianlah bila kita sibuk menggunakan sudut pandang sendiri tanpa mau mencari tahu keadaan yang sebenarnya.
Semakin sedikit yang kita tahu, semakin kita merasa paling tahu – dan paling benar. Bukankah tong kosong nyaring bunyinya? So, open your mind, read a lot, and listen carefully. Don't make yourself a silly joke.
2. Dengan Membiasakan Berpikir Logis dan Positif
Kembali pada contoh diatas. Misalnya, Sobat sudah menyelesaikan tugas yang akan dikumpulkan besok. Sayangnya, teman yang diajak hangout tersebut belum menuntaskan tugasnya. Bukankah cukup logis bila ajakan hangout Sobat ditolak? Bila berada pada posisinya, bukankah Sobat Pintar juga akan mengambil keputusan yang sama?
Sometimes it's all a logical cause-effect relationship rather than a complicated plot of manipulation. Jadi, cobalah untuk berpikir positif – find good excuses why people do what they do. Most of the time, it's not about you.
3. Dengan Berlatih Menjadi Pendengar yang Baik
Masih pada contoh yang sama, terkadang yang kita perlukan hanya mendengar. Beri waktu pada teman tersebut untuk menjelaskan keadannya, seberapa banyak tugas yang belum dikerjakannya. Bila kita mengetahui keadaannya, bisa jadi kita justru membantunya alih-alih tetap pada keinginan semula untuk hangout.
Jangan terburu menghakimi, "bukan teman yang baik, tak setia kawan," atau yang lain. It takes a little more patience to listen. Barangkali tak sampai lime menit, kita bisa memahami keadaan orang lain. Saat empati kita terlatih, maka semakin terkikis pula sikap egois kita.
4. Jangan Membandingkan Diri Sendiri dengan Orang Lain
Every one is unique, and so special. Jadi, tak adil bila Sobat Pintar selalu merasa tak puas dengan diri sendiri karena orang lain tampak lebih baik. Walaupun tak memperoleh nilai sempurna pada matapelajaran Matematika, Sobat Pintar dapat mengerjakan praktikum Biologi dengan teliti, misalnya.
Tak perlu merasa iri atau dengki dengan keadaan orang lain. Lakukan saja sebaik-baiknya, tanpa harus merasa menjadi pecundang bila gagal mencapai sesuatu – SBMPTN sekalipun. Alih-alih tujuan, setiap tahapan hidup adalah bagian dari proses yang panjang, dengan fase senang, sedih, marah, kecewa, bahagia, dan berbagai emosi yang lain.
Memang penanganan profesional terkadang diperlukan, oleh Konselor Pintar misalnya. But it's our individual duty to enjoy our own life journey.
5. Dengan Berpikir Sebelum Bicara dan Bertindak
Always take time to think, and rethink, before you say something, post something on social media, and do something. Laman Dosen Psikologi menyebutkan bahwa kematangan berpikir sangat menunjukkan kualitas dan kedewasaan seseorang. Ingat pepatah: sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna.
6. Dengan Tak Segan untuk Introspeksi Diri
Kedewasaan seseorang juga tampak pada sikap dan tindakannya yang tak egois, mengunggulkan diri sendiri, dan merasa benar sendiri. Bagaimana menyadarinya? Dengan instrospeksi, Sobat.
Coba cermati lagi, kalau perlu tuliskan, apa saja kemajuan yang telah Sobat capai selama ini. Sudahkah dapat berpikir positif tentang orang lain? Sudahkah mampu menjadi pendengar yang baik? Memang butuh waktu untuk menjadi pribadi yang lebih baik – but it's always worth the effort.
Kita semua bertambah umur setiap tahun – apakah Sobat Pintar merayakannya? Tapi seiring pertambahan usia tersebut, tak semua kita bertambah dewasa. Itu pilihan, Sobat.
Advertisement