Tidaklah gampang merubah gambaran atau budaya suatu bisnis. Banyak perusahaan yang mencoba mengubah hal tersebut namun kebanyakan berakhir dengan kegagalan. Perubahan gambaran tidak hanya dengan mengubah logo. Akan tetapi, juga menuntut kehadiran sebuah visi yang menginspirasi para pelanggan, investor, dan orang orang lainnya.
Membangun gambaran gres dengan menggunakan konsep pemasaran cerdas, dan kontrol kualitas yang lebih baik, tidak hanya menciptakan beberapa perusahaan berdiri dari keterpurukan, bahkan menciptakan mereka menjadi lebih besar lengan berkuasa dari sebelumnya. Berikut ulasannya:
1. Walmart
Untuk memperkuat citranya, raksasa ritel Wal-Mart mengganti tagline “Always Low Prices,” yang berarti selalu murah menjadi “Save Money. Live Better” pada 2007. Tagline tersebut mengatakan gambaran kasatmata bagi perusahaan untuk mengatakan barang dengan harga terendah, dan menyarankan untuk membeli barang dengan harga yang murah akan membantu meningkatkan gaya hidup pelanggan.
Dalam mengaungkan slogannya, Wal-Mart memajang slogan tersebut di hampir setiap aspek yang ada di gerai tersebut, dan agenda rebranding tersebut sepertinya berhasil. Pada 2010, Wal-Mart ialah perusahaan publik yang meraup keuntungan terbesar pada tahun tersebut, berdasarkan Forbes Global 2000. Sedangkan perusahaan ritel lainnya harus mengalami pukulan telak dikarenakan krisis ekonomi global pada 2008 lalu. Menurut sang CEO Wal-Mart Lee Scott, Wal-Mart melaksanakan “hal luar biasa baik,” pada 2008, dan memang dirancang untuk sanggup berkembang di tengah perlambatan ekonomi.
2. Apple
Apple nyaris saja gulung tikar pada 1997, namun kini perusahaan berlogo buah apel tersebut menjadi kiblat bagi banyak perusahaan teknologi di dunia. Rahasia kesuksesan Apple terletak pada kualitas produk yang handal dan didesain elegan seperti, iMac, iPod, dan iPad, iphone sehingga mengantarkan Apple menjadi raksasa di bidang teknologi.
Hampir setiap produk yang dirilis menjadi perhatian masyarakat dan media.”Jobs ialah seorang pekerja teknologi dengan hati seorang seniman,” kata Marc Shillum penulis buku Brands as Patterns.”Tindakan berdasarkan merek,” ujar Shillum.
“Semua orang mulai dari CEO sampai tenaga penjualan perlu memahami misi perusahaan dan bebas untuk beropini sesuai kata hati mereka sendiri,” tambah Shillum.
3. Harley - Davidson
Harley-Davidson pernah hampir mengalami kebangkrutan pada 1985. Akan tetapi, pabrikan motor gede ini menjadi terkenal. Menurut sang mantan CEO Richard F. Teerlink, bangkitnya Harley-Davidson dikarenakan menyuguhkan produk lebih baik yang disandingkan dengan nama besar Harley-Davidson itu sendiri. Teerlink juga menceritakan, pada 1982 Harley-Davidson bahkan terlilit hutang sampai US$ 90 juta, sampai banyak bank tidak mau mengatakan pemberian hutang sepeserpun.
“Kami mempunyai merek yang baik, dan konsumen yang setia, tapi kami tidak menghasilkan keuntungan alasannya ialah kita tidak mempunyai produk yang berkualitas pada dikala itu. Kami harus meningkatkan kualitas produk kami untuk bersikap adil kepada pelanggan. Jika kami tidak meningkatkan keandalan produk Harley Davidson, perusahaan tidak akan berada di sini hari ini,” papar Teerlink.
4. McDonald
Dicap sebagai penyebab obesitas di Amerika dan kini menyajikan salad
Selama bertahun-tahun, McDonald telah dibebani gambaran negatif sebagai restoran yang tidak sehat. Film dokumenter “Super Size Me” memperingatkan masyarakat kalau makanan McDonald ialah penyebab utama obesitas.
Sejak itu, McDonald mencoba untuk mengubah gambaran perusahaan menjadi lebih lebih sadar kesehatan dengan banyak salad dan pilihan makanan sehat lainnya, juga dengan harga yang lebih terjangkau.
Dengan slogan “I lovin it,” dengan diiringi lagu Justin Timberlake, dan menciptakan gambaran baru, keluarga dan pasangan muda terlihat menikmati makanan mereka di McDonald. Meskipun mendapat kritik dari masyarakat, gambaran McDonald yang gres menjawab keraguan masyarakat. (Sumber Artikel Copy dari Laruno.com)
Advertisement