Info Populer 2022

Laporan Pendahuluan Otitis Media Akut (OMA), pdf dan doc

Laporan Pendahuluan Otitis Media Akut (OMA), pdf dan doc
Laporan Pendahuluan Otitis Media Akut (OMA), pdf dan doc
Teman - teman perawat dimanapun berada, postingan kali ini kami bagikan laporan pendahuluan otitis media akut (OMA), yaitu sebuah teori konsep hingga konsep asuhan keperawatan tentang penyakit otitis media akut (OMA)

bagi teman - teman yang membutuhkan file laporan pendahuluan otitis media akut, untuk bahan pembuatan asuhan keperawatan atau makalah, disini kami bagikan dalam bentuk doc dan pdf. Yang tidak lain tujuannya adalah mempermudah teman - teman sekalian dalam pembuatan tugas - tugas keperawatan.

untuk mendownload file laporan pendahuluan otitis media akut (OMA) dalam bentuk doc dan pdf, silahkan klik link dibawah ini :

untuk melihat isi dari file yang kami bagikan, silahkan lihat dibawah ini :


Laporan Pendahuluan Otitis Media Akut (OMA)


Pengertian

Otitis adalah infeksi telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar (Otitis Eksternal), saluran telinga tengah (otitis media), mastoid (mastoiditis), dan telinga bagian dalam (labyrinthitis). Otitis media, suatu inflamasi telinga tengah berhubungan dengan efusi telinga tengah. (Rahajoe, 2012)

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999).

Otitis media akut adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri pada ruang udara pada tulang temporal (CMDT, edisi 3 , 2004 ).


Etiologi

Penyebab otitis media akut menurut Wong et al 2008, h.943 ialah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Sedangkan penyebab dari noninfeksius tidak diketahui, meskipun sering terjadi karena tersumbatnya tuba eustasius akibat edema yang terjadi pada ISPA, rinitis alergik, atau hipertrofi adenoid. Merokok pasif juga menjadi faktor penyebab otitis media. Selain itu menurut Muscari 2005, h.220 otitis media terjadi karena mekanisme pertahanan humoral yang belum matang sehingga meningkatkan terjadinya infeksi, pemberian susu bayi dengan botol pada posisi terlentang akan memudahkan terkumpulnya susu formula di rongga faring, pembesaran jaringan limfoid yang menghambat pembukaan tuba eustachii. Posisi tuba eustachii yang pendek dan horisontal, perkembangan saluran kartilago yang buruk sehingga tuba eustachii terbuka lebih awal.


Klasifikasi

Otitis media akut dapat diklasifikasikan menjadi 5 stadium, yaitu :

1. Stadium oklusi tuba eustachius.

Tanda adanya oklusi tuba eustachius adalah gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorbsi udara. Kadang-kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi , tapi tidak dapat di deteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi .

2. Stadium hiperemis (stadium pre-supurasi).

Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.

3. Stadium supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.

Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga semakin bertambah berat.

4. Stadium perfrorasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotik atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan menurun dan anak dapat tertidur dengan nyenyak.

5. Stadium resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekretnya akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul. OMA dapat tibul gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.


Patofisiologi

Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan telinga tengah. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran menyebabkan transudasi, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.

Fathway OMA
Fathway OMA

Manifestasi Klinik

Gejala klinis OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien. Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan menetap. Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara. Pada anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam sampai 39,50oC, gelisah, susah tidur diare, kejang, memegang telinga yang sakit. Gendang telinga mengalami peradangan yang menonjol. Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jernih dan akhirnya berupa nanah (jika gendang telinga robek).

Manifestasi klinis pada bayi :
  • Menangis 
  • Rewel, gelisah, sensitif 
  • Kecenderungan menggosok, memegang, atau menarik telinga yang sakit 
  • Menggeleng-gelengkan kepala 
  • Sulit untuk memberi kenyamanan pada anak 
  • Kehilangan nafsu makan
Manifestasi klinis pada anak - anak :
  • Menangis dan/atau mengungkapkan perasaan tidak nyaman 
  • Iritabilitas 
  • Letargi 
  • Kehilangan nafsu makan 
  • Limfadenopati servikal anterior 
  • Pada pemeriksaan otoskopi menunjukkan membran utuh yang tampak merah terang dan menonjol, tanpa terlihat tonjolan tulang dan refleks ringan.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Muscari 2005, h.220 ialah :
  1. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani. 
  2. Kultur dan uji sensitivitas hanya dapat dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membran timpani). Uji sensitivitas dan kultur dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme pada sekret telinga. 
  3. Pengujian audiometrik menghasilkan data dasar atau mendeteksi setiap kehilangan pendengaran sekunder akibat infeksi berulang.

Penatalaksanaan

Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.

1. Stadium Oklusi

Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,25 % untuk anak < 12 tahun atau HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis untuk anak diatas 12 tahun dan dewasa. Sumber infeksi lokal harus diobati. Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman.

2. Stadium Presupurasi

Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.

3. Stadium Supurasi

Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.

4. Stadium Perforasi

Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.

5. Stadium Resolusi

Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap, mungkin telah terjadi mastoiditis.


Konsep Asuhan Keperawatan

1.Pengkajian

Data yang muncul saat pengkajian:
  • Sakit telinga/nyeri
  • Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga
  • Tinitus
  • Perasaan penuh pada telinga
  • Suara bergema dari suara sendiri
  • Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan
  • Vertigo, pusing, gatal pada telinga
  • Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
  • Penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)
  • Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40o C), demam
  • Kemampuan membaca bibir atau memakai bahasa isyarat
  • Reflek kejut
  • Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras
  • Tipe warna 2 jumlah cairan
  • Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning
  • Alergi
  • Dengan otoskop tuba eustacius bengkak, merah, suram
  • Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga sebelumnya, alergi

2. Diagnosa Keperawatan.
  1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga
  2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pengobatan 
  3. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan sensori auditorius

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa. 1

Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga

Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Intervensi:
  • Beri posisi nyaman ; dengan posisi nyaman dapat mengurangi nyeri.
  • Kompres panas di telinga bagian luar ; untuk mengurangi nyeri.
  • Kompres dingin ; untuk mengurangi tekanan telinga (edema)
  • Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotik
Evaluasi: nyeri hilang atau berkurang

Diagnosa. 2

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pengobatan

Tujuan : tidak terjadi tanda-tanda infeksi
Intervensi:
  • Kaji tanda-tanda perluasan infeksi, mastoiditis, vertigo ; untuk mengantisipasi perluasan lebih lanjut.
  • Jaga kebersihan pada daerah liang telinga ; untuk mengurangi pertumbuhan mikroorganisme
  • Hindari mengeluarkan ingus dengan paksa/terlalu keras (sisi) ; untuk menghindari transfer organisme dari tuba eustacius ke telinga tengah.
  • Kolaborasi pemberian antibiotik
Evaluasi: infeksi tidak terjadi.

Diagnosa. 3

Resiko injuri berhubungan dengan penurunan sensori auditorius

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien tidak terjadi injuri
Kriteria hasil : Tidak terjadi injury atau perlukaan
  • Pegangi atau dudukkan pd saat makan
  • Pasang restraint pada sisi tempat tidur
  • Jaga saat beraktivitas jika jatuh.
  • Tempatkan perabot teratur.

Daftar Pustaka
  • Arsyad, ES & Is kandar,N. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. FKUI: Jakarta.
  • Betz, CL. 2002. Buku saku keperawatan pediatri. EGC: Jakarta.
  • Schwartz, M. 2004. Pedoman klinis pediatri. EGC: Jakarta.
  • Wong, DL et al. 2008. Buku ajar keperawatan pediatrik. EGC: Jakarta.
  • Mansjoer,Arief,dkk.1999.Kapita Selekta Kedokteran,Edisi 3: Jakarta, Mediaacs culapius
Advertisement

Iklan Sidebar