Teman-teman Perawat dimanapun berada, kali ini kami bagikan laporan pendahuluan thypoid pada anak lengkap dengan format doc dan pdf.
laporan pendahuluan thypoid pada anak ini telah kami susun sedemikian rupa, guna mempermudah teman - teman perawat dalam pembuatan tugas, baik yang masih belajar diakademik ataupun sebagai bahan teman-teman perawat yang sudah bekerja.
Jika teman-teman perawat sekalian sedang mencari bahan untuk pembuatan makalah keperawatan dengan judul thypoid maka kalian datang pada tempat yang tepat. Karena laporan pendahuluan thypiod pada anak ini bisa kalian gunakan dan hanya tinggal sedikit mengedit saja sesuai dengan kebutuhan masing- masing.
Untuk mendownload laporan pendahuluan thypoid pada anak ini telah kami sediakan link diakhir artikel yang bisa teman-teman gunakan untuk mengambil file ini dalam bentuk doc dan pdf.
Laporan Pendahuluan Thypoid Pada Anak
Pengertian
Thypoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Typhoid adalah penyakit infeksi mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. ( Ngastiyah, 1997).
Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, ganggun pada saluran cerna, dan gangguan kesadaran (Rampengan, 1990)
Penyebab / Etiologi
Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai oleh demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi b dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997)
Patofisiologi
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari penderita thypoid akut dan para pembawa kuman/karier.
Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)
Masa inkubasi demam thyfoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)
Fathway Thypoid pada Anak.
Untuk mendownload fathway thypoid pada anak dalam format doc DISINI
Gejala Klinis
Gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi dibandingkan dengan orang dewasa. Walaupun gejala demam tifoid pada anak lebih bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu minggu/lebih, terdapat gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu badan yang meningkat.
Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
Sejalan dengan perkembangan penyakit, suhu tubuh meningkat dengan gambaran ‘anak tangga’. Menjelang akhir minggu pertama, pasien menjadi bertambah toksik. (Vanda Joss & Stephen Rose, 1997)
Gambaran klinik tifus abdominalis
Keluhan:
- Nyeri kepala (frontal) : 100%
- Kurang enak di perut : 50%
- Nyeri tulang, persendian, dan otot : 50%
- Berak-berak : 50%
- Muntah : 50%
Gejala:
- Demam : 100%
- Nyeri tekan perut : 75%
- Bronkitis : 75%
- Toksik : 60%
- Letargik : 60%
- Lidah tifus (“kotor”) : 40% (Sjamsuhidayat,1998)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus
3. Pemeriksaan Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:
- Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh bakteri
- Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela bakteri
- Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakter.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001)
Penatalaksanaan / Therapi
- Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas
- Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
- Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)
- Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
- Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari
- Golongan Fluorokuinolon : Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari, Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari, Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari, Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari dan Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
- Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001)
Komplikasi
Perdarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis, ensefalopati, bronkopneumonia, hepatitis. (Arif mansjoer & Suprohaitan 2000)
Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10% penderita demam tifoid. Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2 penyakit dan umumnya didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan darah serta kenaikan denyut jantung.Pneumonia sering ditemukan selama stadium ke-2 penyakit, tetapi seringkali sebagai akibat superinfeksi oleh organisme lain selain Salmonella. Pielonefritis, endokarditis, meningitis, osteomielitis dan arthritis septik jarang terjadi pada hospes normal. Arthritis septik dan osteomielitis lebih sering terjadi pada penderita hemoglobinopati. (Behrman Richard, 1992)
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Thypoid
Pengkajian
- Riwayat keperawatan
- Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran
Diagnosa Keperawatan
- Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual, dan kembung
- Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan, dan peningkatan suhu tubuh
Intervensi Keperawatan
1. Mempertahankan suhu dalam batas normal
- Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia
- Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan
- Berri minum yang cukup
- Berikan kompres air biasa
- Lakukan tepid sponge (seka)
- Pakaian (baju) yang tipis dan menyerap keringat
- Pemberian obat antipireksia
- Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat
2. Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan
- Menilai status nutrisi anak
- Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
- Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
- Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
- Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama
- Mempertahankan kebersihan mulut anak
- Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
- Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral jika pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak
3. Mencegah kurangnya volume cairan
- Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap 4 jam
- Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun, memberan mukosa kering, bibir pecah-pecah
- Mengobservasi dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
- Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
- Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (Insensible Water Loss/IWL) dengan memberikan kompres dingin atau dengan tepid sponge
- Memberikan antibiotik sesuai program
(Suriadi & Rita Y, 2001)
Discharge Planning
- Penderita harus dapat diyakinkan cuci tangan dengan sabun setelah defekasi
- Mereka yang diketahui sebagai karier dihindari untuk mengelola makanan
- Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman.
- Penderita memerlukan istirahat
- Diet lunak yang tidak merangsang dan rendah serat. (Samsuridjal D dan Heru S, 2003)
- Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
- Jelaskan terapi yang diberikan: dosis, dan efek samping
- Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut
- Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan. (Suriadi & Rita Y, 2001)
Daftar Pustaka
- Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000.
- Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke Tiga. FKUI. Jakarta. 1997.
- Behrman Richard. Ilmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja Siregar & Manulang. Editor: Peter Anugrah. EGC. Jakarta. 1992.
- Joss, Vanda dan Rose, Stephan. Penyajian Kasus pada Pediatri. Alih bahasa Agnes Kartini. Hipokrates. Jakarta. 1997.
- Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001.
- Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi Dewasa. FKUI. Jakarta. 2003.
- Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998.
- Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta. 2002.
- Suriadi & Rita Yuliani. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. CV Sagung Seto. Jakarta. 2001.
- Widiastuti Samekto. Belajar Bertolak dari Masalah Demam Typhoid. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2001.
Download Laporan Pendahuluan Thypoid pada Anak dibawah :
- Laporan Pendahuluan Thypoid pada anak doc (Ambil File)
- Laporan Pendahuluan Thypoid pada anak pdf (Ambil File)
link Alternatif
- Alternatif LP Thypoid pada Anak doc 1 (Ambil File)
- Alternatif LP Thypoid pada Anak pdf 1 (Ambil File)
- Alternatif LP Thypoid pada Anak doc 2 (Ambil File)
- Alternatif LP Thypoid pada Anak pdf 2 (Ambil File)
Demikianlah Laporan pendahuluan thypoid pada anak kami bagikan, silahkan diambil bagi yang membutuhkan, terima kasih.
Semoga Bermanfaat.
Advertisement