Info Populer 2022

Laporan Pendahuluan / LP Stroke Non Hemoragik atau SNH, Download Pdf dan Doc

Laporan Pendahuluan / LP Stroke Non Hemoragik atau SNH, Download Pdf dan Doc
Laporan Pendahuluan / LP Stroke Non Hemoragik atau SNH, Download Pdf dan Doc
Teman -teman perawat dimanapun berada, terima kasih telah setia mengunjungi bangsal sehat, semoga kesehatan selalu menyertai.

Kebahagiaan tersendiri bagi kami hingga saat ini bangsal sehat masih bisa share materi dan tugas keperawatan, seperti bahasan kita kali ini ialah LP stroke, kalau sebelumnya telah kami share LP stroke hemoragik kali ini kami bagikan lagi LP stroke non hemoragik.

Laporan pendahuluan / LP stroke non hemoragik ini telah kami susun dengan lengkap mulai tinjauan teori hingga konsep askep berdasarkan beberapa refferensi terpercaya yang telah kami lampirkan didaftar pustaka bagian bawah.

Laporan pendahuluan / LP stroke non hemoragik atau SNH ini kami sediakan dalam format pdf dan doc yang dapat didownload melalui link unduhan yang telah kami sediakan diakhir artikel.

Laporan Pendahuluan Stroke Non Hemoragik


Pengertian

Stroke adalah disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang terganggu (WHO, 1989).

Cidera serebro vaskuler atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neurologis karena insufisiensi suplai darah kesuatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh thrombus, biasanya sekunder pada arteri sclerosis, terhadap embolisme barasal dari tempat lain dalam tubuh atau terhadap perdarahan akibat rupfur arteri (aneurisma). (Linda Juall Carpenito, 1995).

Stroke non hemoregik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer, 2000, hal- 17).

Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 130).


Klasifikasi

Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses patologik (kausal):

1. Berdasarkan manifestasi klinis

a. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)

Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.

b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)

Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
c. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)

Gejala neurologik makin lama makin berat.

d. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)

Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.

2. Berdasarkan kausal

a. Stroke Trombotik

Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein(LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.

b. Stroke Emboli/Non Trombotik

Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.


Etiologi

Berdasarkan Pendapat beberapa ahli stroke non hemoragik dapat timbul akibat salah satu penyebab dibawah ini.

1. Trombosis cerebral
Thrombosit ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti disekitarnya.

Keadaan yang dapat menyebabkan thrombosit cerebral:
  • Atherosklerosis/arterioskerosis
adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya ketentuan atau elastisitas pembuluh darah
  • Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral
  • Arteritis (radang pada arteri)

2. Emboli

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.

3. Haemortologi

Perdarahan intrakranial atau intra serebral termasuk perdarahan dalam ruang sub arachnoid/kedalam jaringan otak sendiri. Ini terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pengerasan dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga terjadi infark otak, oedema dan mungkin hemiasi otak.

4. Hypoksia Umum
  • Hipertensi yang parah
  • Cardiac pulmonary arrest
  • CO turun akibat aritmia
5. Hypoksia setempat
  • Spasme arteri serebral yang disertai perdarahan sub aradinoid
  • Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migran.

Patofisiologi
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor penting trhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat revensibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.

Untuk mendownload pathway SNH, DISINI


Manifestasi Klinik

Gejala - gejala stroke muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu.

Gejala-gejala itu antara lain bersifat:

a. Sementara

Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.

b. Sementara,namun lebih dari 24 jam

Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)

c. Gejala makin lama makin berat (progresif)

Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution

d. Sudah menetap/permanen (Harsono,1996, hal 67)

Tanda dan gejala dari stroke menurut Baughman, C Diane.dkk adalah sebagai berikut:

1. Kehilangan motorik

Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia

2. Kehilangan komunikasi

Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara).

3. Gangguan persepsi

Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan kehilangan sensori.

4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).

5. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier, inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang berlanjut (dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang terkena:
  1. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah
  2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi, gangguan penglihatan
  3. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:

Hemisfer kiri
Hemisfer kanan
·         Mengalami hemiparese kanan
·         Perilaku lambat dan hati-hati
·         Kelainan lapan pandang kanan
·         Disfagia global
·         Afasia
·         Mudah frustasi
·         Hemiparese sebelah kiri tubuh
·         Penilaian buruk
·         Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sehingga memungkinkan terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut


Pemeriksaan Penunjang

1. CT Scan

Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark

2. Angiografi serebral

membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri

3. Pungsi Lumbal
  • menunjukan adanya tekanan normal
  • tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya  perdarahan 
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.

5. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik

6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena

7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal. (DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)


Penatalaksanaan

Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan tindakan sebagai berikut:
  • Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
  • Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
  • Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
  • Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
  • Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK, Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,
Pengobatan Konservatif
  • Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
  • Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
  • Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
  • Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
Pengobatan Pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
  • Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.
  • Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
  • Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
  • Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

a. Pengkajian Primer
  • Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
  • Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
  • Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut

b. Pengkajian Sekunder

1. Aktivitas dan istirahat

Data Subyektif:
  • kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.
  • mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
  • Perubahan tingkat kesadaran 
  • Perubahan tonus otot  ( flaksid atau spastic),  paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.
  • gangguan penglihatan
2. Sirkulasi

Data Subyektif:
  • Riwayat penyakit jantung (  penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
  • Hipertensi arterial
  • Disritmia, perubahan EKG
  • Pulsasi : kemungkinan bervariasi 
  • Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego

Data Subyektif:
  • Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
  • Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
  • kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi

Data Subyektif:
  • Inkontinensia, anuria
  • distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ),  tidak adanya suara usus( ileus paralitik )
5. Makan/ minum

Data Subyektif:
  • Nafsu makan hilang
  • Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
  • Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
  • Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
  • Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
  • Obesitas ( factor resiko )
6. Sensori neural

Data Subyektif:
  • Pusing / syncope  (sebelum CVA / sementara selama TIA)
  • nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral  atau perdarahan sub arachnoid.
  • Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
  • Penglihatan berkurang
  • Sentuhan  : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
  • Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
  • Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
  • Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam  ( kontralateral )
  • Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
  • Afasia  ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
  • Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
  • Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
  • Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
7. Nyeri / kenyamanan

Data Subyektif:
  • Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
  • Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi

Data Subyektif:
  • Perokok ( factor resiko )
9. Keamanan

Data obyektif:
  • Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
  • Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
  • Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
  • Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
  • Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri
10. Interaksi social

Data obyektif:
  • Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi (Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)

Diagnosa Keperawatan

  1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah  : penyakit oklusi,  perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
  2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan mengatasi lendir
  3. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan


Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan. 1.

Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah  : penyakit oklusi,  perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral

Dibuktikan oleh  :
  • Perubahan tingkat kesadaran , kehilangan memori
  • Perubahan respon sensorik / motorik, kegelisahan
  • Deficit sensori , bahasa, intelektual dan emosional
  • Perubahan tanda tanda vital
Tujuan  Pasien / criteria evaluasi ;
  • Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motor
  • Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK
  • Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran  / kekambuhan
Intervensi ;

Mandiri
  • Tentukan factor factor yang berhubungan dengan situasi  individu/ penyebab koma / penurunan perfusi serebral dan potensial PTIK
  • Monitor dan catat status neurologist secara  teratur 
  • Monitor tanda tanda vital
  • Evaluasi pupil  (ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya )
  • Bantu untuk mengubah pandangan , misalnay pandangan kabur, perubahan lapang pandang  / persepsi lapang pandang
  • Bantu meningkatakan fungsi, termasuk bicara jika pasien mengalami gangguan fungsi
  • Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral . 
  • Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang tenang , atur kunjungan sesuai indikasi
Kolaborasi
  • berikan suplemen oksigen sesuai indikasi
  • berikan medikasi sesuai indikasi :Antifibrolitik, misal aminocaproic acid ( amicar ), Antihipertensi, Vasodilator perifer, missal cyclandelate,  isoxsuprine, Manitol

Diagnosa Keperawatan. 2.

Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan mengatasi lendir

Kriteria hasil:
  • Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas
  • Ekspansi dada simetris
  • Bunyi napas bersih saat auskultasi
  • Tidak terdapat tanda distress pernapasan
  • GDA dan tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
  • Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi
  • Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan memberikan pengeluaran sekresi yang optimal
  • Penghisapan sekresi
  • Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam
  • Berikan oksigenasi sesuai advis
  • Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi

Diagnosa Keperawatan. 3

Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan

Tujuan :
  • Pola nafas efektif
Kriteria hasil:
  • RR 18-20 x permenit
  • Ekspansi dada normal
Intervensi :
  • Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.
  • Auskultasi  bunyi nafas.
  • Pantau penurunan bunyi nafas.
  • Pastikan kepatenan O2 binasal
  • Berikan posisi yang nyaman : semi fowler
  • Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam
  • Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan

Daftar Pustaka
  • Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996
  • Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan  pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993
  • Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996
  • Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth,   Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC ,2002
  • Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta,  EGC, 2000
  • Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996.
Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP stroke non hemoragik atau SNH pdf dan doc, dibawah.
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan / LP stroke non hemoragik atau SNH, download pdf dan doc kami bagikan, semoga bisa menjadi refferensi teman-teman perawat sekalian, terima kasih.
Advertisement

Iklan Sidebar