Info Populer 2022

Laporan Pendahuluan / LP Fraktur Femur / Patah Tulang Paha Lengkap, Download Doc Dan Pdf

Laporan Pendahuluan / LP Fraktur Femur / Patah Tulang Paha Lengkap, Download Doc Dan Pdf
Laporan Pendahuluan / LP Fraktur Femur / Patah Tulang Paha Lengkap, Download Doc Dan Pdf
Pada postingan kali ini kami bagikan laporan pendahuluan / lp fraktur femur yaitu sebuah tugas keperawatan yang berbentuk makalah membahas tentang suatu keadaan patah tulang pada daerah paha.

Laporan pendahuluan fraktur femur yang kami bagikan ini telah kami susun dengan lengkap mulai dari tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan berdasarkan refferensi terpercaya yang telah kami list dalam daftar pustaka diakhir artikel.

Bertujuan membantu teman-teman sejawat sekalian dimanapun berada dalam pembuatan tugas keperawatan baik askep, lp maupun makalah. Laporan pendahuluan / LP fraktur femur ini kami sediakan dalam dua format berbeda yaitu pdf dan doc yang dapat didownload menggunakan link unduhan yang kami letakkan diakhir artikel ini.

Laporan pendahuluan fraktur femur

Pengertian

Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang normal yang terjadi karena adanya tekanan yang besar, dimana tulang tidak dapat menahan tekanan tersebut dan disertai dengan perlukaan jaringan sekitarnya (Brunner dan Suddrat).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh cedera (Masjoer 2000)

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bias terjadi akibat trauma langsung  (kecelakaan dll) dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki laki dewasa. Patah pada daerah ini menimbulkan perdarahan yang cukup banyak menyebabkan penderitaan (FKUI,1995 : 543)

Fraktur femur adalah Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.


Anatomi Fisiologi

Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.


Klasifikasi 

Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :

1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan Melalui kepala femur (capital fraktur)
  • Hanya di bawah kepala femur
  • Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler; 
  • Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
  • Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di  bawah trokhanter kecil. 

Etiologi

Fraktur femur atau lainnya dapat disebabkan oleh tiga macam hal berikut :

a. Fraktur akibat peristiwa trauma

Sebagian fraktur disebabkanoleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan tempat. Bila tekanan kekuatan langsungan, tulang dapat pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak serta kerusakan pada kulit.

b. Fraktur Akibat kelelahan atau tekanan.
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang. Hal ini sering terjadi pada atlet, penari atau calon tentara yang berbaris atau berjalan dalam jarak jauh.

c. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal bila tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang sangat rapuh.


Patofisiologi

Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh.

Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar.

Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183).

Pathway fraktur femur


Untuk mendownload pathway fraktur femur doc, DISINI


Tanda Dan Gejala 

Adapun tanda dan gejala fraktur femur adalah sebagai berikut :
  • Nyeri hebat di tempat fraktur 
  • Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah 
  • Rotasi luar dari kaki lebih pendek
  • Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

Komplikasi

Komplikasi fraktur yang terpenting adalah :

a. Komplikasi awal
  • Syok, dapat berakibat fatal dalam beberapa jam setelah edema
  • Emboli lemak, dapat terjadi 24-72 jam
  • Sindrom kompartemen, perfusi jaringan dalam otot kurang dari kebutuhan
  • Infeksi dan tromboemboli
  • Koagulopati intravaskular diseminata
b. Komplikasi lanjutan
  • Mal-union/ non union
  • Nekrosis avaskular tulang
  • Reaksi terhadap alat fiksasi interna ( Suratun, 2008: 151).

Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan fisik fokus

Kaji kronologi dari mekanisme trauma pada paha. Sering didapatkan keluhan nyeri pada luka terbuka.
  • Look : pada fraktur femur terbuka terlihat adanya luka terbuka pada paha dengan deformitas yang jelas. Kaji seberapa luas kerusakan jaringan lunak yang terlibat. Kaji apakah pada luka terbuka ada fragmen tulang yang keluar dan apakah terdapatnya kerusakan pada jaringan beresiko meningkat respon syok hipovolemik. Pada fase awal trauma kecelakaan lalu lintas darat yang mengantarkan pada resiko tinggi infeks. Pada fraktur femur tertutup sering ditemukan kehilangan fungsi,deformitas, pemendekan ekstremitas atas karena kontraksi otot, kripitasi, pembengkakan, dan perubahan warna lokal pada  kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini dapat terjadi setelah beberapa jam atau beberapa setelah cedera.
  • Feel : adanya keluhan nyeri tekan dan adanya kripitasi
  • Move : daerah tungkai yang patah tidak boleh digerakan, karena akan memberika respon trauma pada jaringan lunak disekitar ujung fragmen tulang yang patah (Muttaqin, 2009: 303).

Pemeriksaan Penunjang

Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnose fraktur femur adalah sebagai berikut.
  • Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
  • Scan tulang, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
  • Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
  • Hitung darah lengkap: HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel.
  • Kreatinin : trauma otot meningkatkan beeban kreatinin untuk klirens ginjal.
  • Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multipel, atau cidera hati ( Doenges dalam Jitowiyono, 2010:21).

Penatalaksanaan
a.  Penatalaksanaan kedaruratan
Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari adanya fraktur, dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah. Maka bila dicurigai adanya fraktur, penting untuk mengimobilisasi bagian tubuh segera sebelum pasien dipindahkan. Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat dilakukan pembidaian, ektremitas harus disangga diatas dan dibawah tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi dan angulasi. Gerakan angulasi patahan tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak, dan perdarahan lebih lanjut.
Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan bantalan yang memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang. Pada cedera ekstremitas atas  lengan dapat dibebat dengan dada, atau lengan yang cedera dibebat dengan sling. Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam.
b.  Prinsip penanganan fraktur
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengambilan fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.
1. Reduksi fraktur
Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis.
  • Reduksi tertutup : pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan  fragmen tulang keposisinya ( ujung-ujungnya saling berhubungan ) dengan manipulasin atau traksi manual.
  • Traksi : dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
  • Redusi terbuka : pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dapat berupa pin, kawat, skrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
2. Imobilisasi fraktur
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna dan interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna.

3. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi : segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan.

4. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur: diperlukan berminggu-minggu sampai berbulan–bulan untuk kebanyakan fraktur untuk mengalami penyembuhan. Adapun faktor yang mempercepat penyembuhan fraktur adalah:
  • Imobilisasi fragmen tulang
  • Kontak fragmen tulang maksimal
  • Asupan darah yang memadai
  • Nutrisi yang baik
  • Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang
  • Hormon– hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik
  • Potensial listrik pada patahan tulang
Faktor – faktor yang memperhambat penyembuhan tulang
  • Trauma lokal ekstensif
  • Kehilangan tulang
  • Imobilisasi tak memadai
  • Rongga atau jaringan diantara fragmen tulang
  • Infeksi
  • Penyakit tulang metabolik
  • Nekrosis avaskuler
  • Usia (lansia sembuh lebih lama)  (Smeltzer & Bare, 2002 : 2359)

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Riwayat keperawatan

a. Riwayat Perjalanan penyakit
  • Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan
  • Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma
  • Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll
  • Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan
  • Kehilangan fungsi
  • Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis
b. Riwayat pengobatan sebelumnya
  • Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid dalam jangka waktu lama
  • Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada wanita
  • Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
  • Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
  • Proses pertolongan pertama yang dilakukan
  • Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan gerakan diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum dipindahkan
  • Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema
2. Pemeriksaan fisik

a. Mengidentifikasi tipe fraktur 

b. Inspeksi daerah mana yang terkena
  • Deformitas yang nampak jelas
  • Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera
  • Laserasi
  • Perubahan warna kulit
  • Kehilangan fungsi daerah yang cidera
c. Palpasi
  • Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran
  • Krepitasi
  • Nadi, dingin
  • Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur

Diagnosa Keperawatan
  1. Potensial terjadinya syok berhubungan dengan perdarahan yg banyak
  2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri  s/d perubahan fragmen tulang, luka pada jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dan cemas
  3. Potensial infeksi berhubungan dengan luka terbuka
  4. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal, nyeri, immobilisasi.
  5. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosa, dan pengobatan berhubungan dengan kesalahan dalam penafsiran, tidak familier dengan sumber informasi

Intervensi Keperawatan

Untuk Intervensi Keperawatan fraktur femur silahkan lihat DISINI


Daftar Pustaka
  • Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
  • Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar KeperawatanMedikalBedahdari Brunner &Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
  • FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara : Jakarta
  • Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta
  • Carpenito, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
  • Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
  • Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
  • Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
  • Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
  • Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
  • Smeltzer, S.C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,EGC, Jakarta.
Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP fraktur femur / patah tulang paha pdf dan doc dibawah :
Link alternatif
Demikian laporan pendahuluan / LP fraktur femur / patah tulang paha lengkap, Download doc dan pdf kami bagikan. silahkan didownload bagi yang membutuhkan. Terima kasih.
Advertisement

Iklan Sidebar