Organisasi Pergerakan Nasional pada Masa Pendudukan Jepang - Organisasi pergerakan nasional pada masa pendudukan Jepang banyak mengalami tekanan dan hambatan. Terlebih lagi ketika pergantian jabatan oleh Gubernur Jenderal de Jonge menjadi Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Pada masa tersebut organisasi nasional tidak dapat bertindak lebih banyak meskipun telah diwakili oleh Gapi (Gabungan Politik Indonesia), Parindra (Partai Indonesia Raya), maupun Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia). Akibatnya pemerintahan Indonesia dalam keadaan yang semakin buruk. Untuk menyikapi hal tersebut jalan terbaiknya ialah melalui parlementer. Keadaan pemerintahan seperti ini pernah dialami pada masa pendudukan Jerman bulan Mei 1940 meskipun banyak kelongggaran terkait tindakan reperensif.
Kelonggaran tersebut diberikan karena politik kolonial mengalami kondisi yang terjepit. Selain itu kelonggaran yang diberikan secara terpaksa harus menganut sistem kerjasama dengan para nasionalis. Meskipun sebenarnya para nasionalis tidak diperbolehkan untuk mengetahui jalannya politik nasional. Namun karena desakan keadaan maka mengharuskan para kolonial untuk memberikan kelonggaran tersebut meski tidak tulus. Nah pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang macam macam organisasi pergerakan nasional pada masa pendudukan Jepang. Untuk lebih jelasnya dapat anda simak di bawah ini.
Kelonggaran tersebut diberikan karena politik kolonial mengalami kondisi yang terjepit. Selain itu kelonggaran yang diberikan secara terpaksa harus menganut sistem kerjasama dengan para nasionalis. Meskipun sebenarnya para nasionalis tidak diperbolehkan untuk mengetahui jalannya politik nasional. Namun karena desakan keadaan maka mengharuskan para kolonial untuk memberikan kelonggaran tersebut meski tidak tulus. Nah pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang macam macam organisasi pergerakan nasional pada masa pendudukan Jepang. Untuk lebih jelasnya dapat anda simak di bawah ini.
Organisasi Pergerakan Nasional pada Masa Pendudukan Jepang
Organisasi pergerakan nasional pada masa pendudukan Jepang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara menempuhnya dapat melalui perjuangan terbuka (organisasi bentukan Jepang), melalui gerakan bawah tanah, maupun melalui perjuangan bersenjata melawan Jepang. Berikut ulasan selengkapnya.
12 Peninggalan Peradaban Mesopotamia di Berbagai Bidang
Perjuangan Terbuka
Organisasi pergerakan nasional pada masa pendudukan Jepang yang pertama dilakukan dengan menempuh perjuangan terbuka. Perjuangan terbuka ini dilakukan dengan cara melalui organisasi bentukan dari Jepang. Organisasi bentukan Jepang tersebut meliputi gerakan 3A, organisasi Putera (Pusat Tenaga Rakyat), Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan Pusat), Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa), dan MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia).
Gerakan 3A
Organisasi pergerakan nasional yang pertama yaitu melalui gerakan 3A. Gerakan 3A merupakan usaha Jepang yang pertama dalam mencari dan memikat dukungan agar menang dalam pembentukan negara Asia Timur Raya. Organisasi bentukan jepang ini memiliki semboyan yaitu Nippon Pemimpin Asia, Nippon Cahaya Asia, dan Nippon Pelindung Asia. Gerakan 3A didirikan pada bulan April 1942 dengan pimpinan Mr. Samsudin dari Indonesia dan Syimizu dari propangandis Jepang. Gerakan ini didukung oleh barisan Pemuda Asia Raya yang dipimpin oleh Sukarjo Wiryopranoto. Selain itu gerakan 3A juga menerbitkan surat kabar bernama Asia Raya. Kemudian gerakan 3A dibubarkan karena dianggap kurang efektif.
Organisasi Putera (Pusat Tenaga Rakyat)
Organisasi pergerakan nasional selanjutnya melalui organisasi Putera atau Pusat Tenaga Rakyat. Pada masa pendudukan Jepang terdapat pembentukan organisasi baru setelah gerakan 3A. Organisasi ini bernama Putera (Pusat Tenaga Rakyat) yang didirikan pada bulan Maret 1943 dibawah pimpnan Empat Serangkai (Ir. Soekarno, K.H. Mas Mansur, Drs. Moh. Hatta, dan Ki Hajar Dewantara). Organisasi bentukan jepang ini bertujuan untuk membantu Jepang memenangkan perang Asia Pasitik melalui seluruh potensi masyarakat di Indonesia. Bangsa Indonesia memanfaatkan organisasi Putera sebagai alat untuk menghidupkan dan membangun kembali cita cita bangsa karena pengaruh sistem imperialisme Belanda terdahulu.
Organisasi pergerakan nasional pada masa pendudukan Jepang tersebut melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuannya. Adapun usaha yang dilakukan Putera untuk mencapai tujuannya yaitu mempererat rasa persaudaraan antara Jepang dengan Indonesia, memperkuat dan bertanggung jawab dalam menghapus pengaruh Belanda, Amerika maupun Inggris di masyarakat, memperhatikan beberapa tugas dalam bidang sosial ekonomi, berperan serta dalam memperjuangkan Asia Raya, dan bersungguh sungguh dalam belajar bahasa Jepang.
Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan Pusat)
Organisasi pergerakan nasional dalam perjuangan terbuka selanjutnya melalui organisasi Cuo Sangi In atau Badan Pertimbangan Pusat. Tugas Cuo Sangi In ialah memberikan saran kepada pemerintahan milter Jepang sesuai kebutuhannya, memberikan usulan kepada pemerintahan Jepang, dan memberikan jawaban pertanyaan terkait hal hal politik. Badan pertimbangan pusat ini didirikan pada tanggal 1 Agustus 1943 dibawah pimpinan Ir. Soekarno dengan jumlah anggota 43 orang Indonesia.
Kondisi Bangsa Indonesia Sebelum Tahun 1908 Lengkap
Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
Organisasi pergerakan nasional dalam perjuangan terbuka selanjutnya melalui organisasi Jawa Hokokai atau himpunan kebaktian Jawa. Organisasi putera lebih dominan bermanfat bagi rakyat Indonesia dibandingkan untuk Jepang. Maka dari itu, Jepang mengganti organisasi Putera menjadi organisasi Jawa Hokokai. Organisasi ini bertugas untuk menggalang kebaktian dan mengumpulkan kekuatan rakyat. Jepang memiliki tiga tradisi kebaktian yaitu melakukan sesuatu dengan bakti, mengorbankan diri dan mempertebal persaudaraan.
Pemerintahan Jepang menuntut tiga kebaktiannya kepada rakyat Indonesia. Bahkan organisasi pergerakan nasional bentukan Jepang ini melaksanakan distribusi barang yang berguna untuk perang. Misalnya besi, emas, alumunium, permata, dan sebagainya.
MIAI (Majelis A'la Indonesia)
Organisasi pergerakan nasional dalam perjuangan terbuka selanjutnya melalui organisasi MIAI atau Majelis A'la Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang, MIAI merupakan salah satu organisasi yang tetap diperkenankan untuk berdiri. Organisasi ini mudah dirangkul karena bersifat anti Barat, maka dari itu diberikan beberapa kelonggaran. Pengakuan MIAI sebagai organisasi Islam resmi harus mematuhi beberapa syarat penting dalam pengubahan tujuan dan asasnya. Kegiatan MIAI cukup terbatas yaitu menjalankan peringatan hari besar keagamaan dan membentuk badan amal.
Organisasi pergerakan nasional ini mempunyai tujuan dan asas baru seperti pencapaian kemakmuran bersama lingkungan Asia Raya dengan pimpinan Dai Nippon dan berkerja sama sekuat tenaga dalam menyelesaikan pekerjaan pembangunan masyarakat baru. MIAI memperoleh banyak simpati dari kalangan umat Islam dan merupakan organisasi golongan Islam tunggal. Namun organisasi MIAI kemudian dibubarkan karena terdapat beberapa kegiatan yang berbahaya untuk Jepang. Pada akhirnya MIAI digantikan oleh Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) yang dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari dan berdiri pada tanggal 22 November 1943.
Perjuangan Bawah Tanah
Organisasi pergerakan nasional pada masa pendudukan Jepang selanjutnya dilakukan dengan menempuh perjuangan bawah tanah. Perjuangan bawah tanah ialah perjuangan yang dijalankan secara rahasia dan tertutup. Biasanya perjuangan ini dilakukan oleh para instansi pemerintah Jepang yang termasuk dalam pemimpin bangsa Indonesia. Mereka berlaku sebagai pegawai Jepang meskipun sebenarnya terdapat tindakan penyatuan dan pengumpulan rakyat demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Perjuangan bawah tanah dilakukan dibeberapa daerah Indonesia seperti Surabaya, Jakarta, Bandung, Medan dan Semarang. Untuk perjuangan di wilayah Jakarta telah dibentuk beberapa kelompok penting yaitu:
Kelompok Sukarni
Organisasi pergerakan nasional dalam perjuangan bawah tanah yang pertama melalui kelompok sukarni. Moh. Hatta bekerja sama dengan Sukarni di barisan Propaganda Jepang, Sendenbu pada masa pendudukan Jepang. Gerakan tersebut bertujuan untuk menebarkan cita cita kemerdekaan, mengumpulkan berbagai orang yang memiliki jiwa revolusioner dan menutupi kebohongan dari pengetahuan Jepang. Kelompok Sukarni membentuk Asrama politik bernama Angkatan Baru Indonesia dengan maksud menutupi gerakan yang dilakukannya. Dalam asrama tesebut terdapat tokoh pergerakan nasional seperti Ir. Soekarno, Mr. Sunaryo, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Subarjo. Para tokoh ini mendidik para pemuda dengan pengetahuan terkait politik maupun umum.
Kelompok Ahmad Subarjo
Organisasi pergerakan nasional dalam perjuangan bawah tanah selanjutnya melalui kelompok Ahmad Subarjo. Pada masa pendudukan Jepang, Ahmad Subarjo berlaku sebagai Kepala Perhubungan Angkatan Laut (Biro Riset Kaigun Bukanfu) yang berada di Jakarta. Selain itu para tokoh Indonesia yang bekerja di Angkatan Laut Jepang dikumpulkan oleh beliau. Kelompok Ahmad Subarjo mendorong adanya pembentukan asrama pemuda bernama Asrama Indonesia Merdeka. Para pemimpin Indonesia melaksanakan pengajaran pendidikan kepada pemuda Indonesia didalam asrama tersebut dengan tujuan menanamkan semangat nasionalisme.
Sejarah Organisasi Budi Utomo Lengkap
Kelompok Sutan Syahrir
Organisasi pergerakan nasional dalam perjuangan bawah tanah selanjutnya melalui kelompok Sutan Syahrir. Kelompok ini mengumpulkan rekan seorganisasi pada jaman Belanda dan teman teman mantan sekolah terdahulu secara sembunyi sembunyi. Sutan Syahrir juga menjalin kerjasama dengan pemimpin bangsa yang bekerja dengan Jepang secara terpaksa demi melakukan perjuangan. Selain itu, Sutan Syahrir bersama Iwa Kusuma Sumantri, Ir. Soekarno, Ahmad Subarjo, dan Drs. Moh. Hatta juga berperan sebagai pengajar di Asrama Indonesia Merdeka dibawah naungan Angkatan Laut Jepang.
Kelompok Pemuda
Organisasi pergerakan nasional dalam perjuangan bawah tanah yang terakhir melalui kelompok pemuda. Pada masa pendudukan Jepang, kelompok pemuda berguna sebagai alat untuk mencapai kepentingan Jepang. Bahkan pemerintahan militer Jepang memberikan pengaruh terhadap kelompok pemuda melalui lembaga pendidikan maupun kursus seperti di Asrama Angkatan Baru Indonesia di bawah naungan Angkatan Laut Jepang. Tetapi pengaruh propaganda Jepang tidak diserap oleh pemuda pemuda di Indonesia.
Organisasi pergerakan nasional pada masa pendudukan Jepang ini mulai aktif di Jakarta. Kelompok pemuda tersebut tergabung dalam BAPEPPI (Badan Permusyawaratan/Perwakilan Pelajar Indonesia) dan Sekolah Tinggi Kedokteran (Ika Gaigakhu). Organisasi ini saling bekerja sama dengan kelompok lain untuk memperjuangkan Indonesia. Adapun nama nama tokoh pejuangnya yaitu E.A.Ratulangi, Johan Nur, Syarif Thayeb dan Eri Sadewa.
Perjuangan Bersenjata Melawan Jepang
Organisasi pergerakan nasional pada masa pendudukan Jepang yang terakhir dilakukan dengan menempuh perjuangan bersenjata. Rakyat semakin menderita dan sengsara akibat perlakukan Jepang. Akhirnya sebagian pemimpin pergerakan nasional bangkit untuk melawan Jepang melalui perlawanan bersenjata. Perjuangan bersenjata melawan Jepang tersebut dilakukan dibeberapa daerah seperti:
Di Aceh
Pada bulan November 1942 terdapat perlawanan meletus di Cot Plieng dengan pimpinan Tengku Abdul Jalil. Organisasi pergerakan nasional tersebut berhasil diakhiri dengan tertembaknya Abdul Jalil oleh tentara Jepang. Kemudian pada bulan November 1944, terdapat perlawanan Teuku Hamid bersama prajuritnya di Giyugun. Perlawanan ini dimulai ketika ia bersama prajurtinya lari ke dalam hutan. Namun perlawanan ini berhasil diberantas oleh Jepang melalui taktik licik. Taktik tersebut dilakukan dengan menyendera semua anggota keluarga dari Teuku Hamid. Pada akhirnya pasukan Teuku Hamid menyerah dan bubar.
Di Jawa Barat
Pada bulan Februari 1944 terdapat perlawanan meletus di Sukamanah dengan pimpinan K.H. Zainal Mustafa. Organisasi pergerakan nasional ini dilakukan karena rakyat semakin menderita dan melarat akibat kerja paksa dan kewajiban setoran. Perlawanan ini disebabkan oleh penolakan K.H. Zainal Mustafa terhadap Seikerei (menganggap Kisar Jepang sebagai Dewa Matahari).
Di Blitar
Pada tanggal 14 Februari 1945 terdapat perlawanan meletus di Blitar dengan pimpinan Komandan Pleton I Kompi III dari Batalion II Pasukan Peta yaitu Supriyadi. Organisasi pergerakan nasional yang dilakukan Supriyadi termasuk kedalam perlawanan paling besar terhadap Jepang.
Sekian penjelasan mengenai organisasi pergerakan nasional pada masa pendudukan Jepang. Pergerakan nasional ini dapat dilakukan melalui perjuangan terbuka (organisasi bentukan Jepang), melalui gerakan bawah tanah, maupun melalui perjuangan bersenjata melawan Jepang. Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Advertisement