Info Populer 2022

Jangan Gunakan Cara Ini Untuk Mendisiplinkan Anak

Jangan Gunakan Cara Ini Untuk Mendisiplinkan Anak
Jangan Gunakan Cara Ini Untuk Mendisiplinkan Anak
Sejak dini disiplin pada anak sudah bisa diajarkan. Dengan disiplin anak terhindar dari kesalahan dan adanya eksekusi atas sikap anak yang tidak sesuai. Setiap orangtua mempunyai cara berbeda dalam mendisiplinkan buah hatinya.


Namun, beberapa orangtua kadang mengadaptasi cara yang salah ketika berupaya menciptakan anaknya patuh dan nurut. Alih-alih patuh, cara mendisiplinkan yang tak efektif malah menciptakan anak cenderung melawan atau mengabaikan orangtua.

Dilansir dari Kompas.com (01/01/17), inilah cara mendisiplinkan anak yang kurang efektif yang sebaiknya orangtua hindari:

1. Sambil mengomel atau menceramahi panjang lebar

Mendisiplinkan anak dengan cara memberi ceramah dan klarifikasi panjang lebar dengan nada yang menyalahkan dan penuh tuntutan sering dilakukan orangtua. Namun sebenarnya, ceramah yang kepanjangan akan menciptakan bawah umur bosan dan cenderung tidak menimbulkan imbas jera apa pun.

Jika ingin mendisiplinkan lewat kata-kata, sampaikan secara padat, singkat, dan jelas. Jangan lupa juga jelaskan apa perubahan yang Anda ingin darinya, atau sikap apa yang tidak seharusnya beliau lakukan. Hal ini akan jauh lebih gampang diingat dan dipatuhi anak.

Makara contohnya anak membiarkan mainannya awut-awutan di lantai, daripada mengomel panjang lebar, cukup katakan, “Adik, sesudah main tanggung jawabmu ialah merapikan mainanmu sendiri. Yuk, bereskan supaya rapi lagi.”

2. Sambil berteriak-teriak atau membentak

Mungkin sulit rasanya bagi orangtua untuk tidak meninggikan suaranya ketika mendisiplinkan anak ketika ia tidak bisa patuh, atau melaksanakan perbuatan yang salah. Namun meneriaki anak menyerupai itu tidak membantunya menjadi lebih disiplin.

Ketika orangtua berteriak-teriak atau membentak anak, pesan apa pun yang disampaikan tidak akan dipahami. Mengapa? Saat Anda membentak, anak akan diselimuti rasa takut dan sakit hati.

Maka, bukannya meresapi betul kata-kata dan instruksi Anda, anak justru sibuk bertanya-tanya mengapa orangtuanya sendiri tega menyakiti perasaannya, padahal ia belum begitu mengerti apa yang salah dari perbuatannya.

Lihat juga : Cara Belajar Matematika dan Meyakinkannya Matematika Itu Mudah

3. Mengancam anak

Tak jarang, secara tidak sadar orangtua mengancam anaknya jikalau tidak menurut. Boleh mengancam, tapi tidak dilakukan dengan sering. Jika Anda memberi bawah umur bahaya berulang tanpa menindaklanjuti bahaya tersebut, anak akan menganggap bahwa Anda tidak serius.

Anda gres boleh mengancam untuk mengajarkan anak disiplin jikalau Anda memang berniat mengambil hak istimewa dari konsekuensi negatif yang anak lakukan. Misalnya melarang beliau nonton televisi jikalau tidak mau belajar.

4. Mempermalukan anak

Satu hal yang tidak boleh ketika mendisiplinkan anak yaitu membuatnya merasa malu. Misalnya anak rewel di daerah umum. Jangan menghukumnya dengan cara memarahi anak di depan semua orang, apalagi dengan bunyi keras.

Orangtua juga sebaiknya tidak menghukum anak dengan cara yang menciptakan anak aib dan kehilangan harga diri, contohnya menampar wajah anak atau memaki anak dengan kata-kata bergairah yang tidak pantas.

Ingat, sering kali anak tidak tahu kalau perbuatannya itu salah (atau seberapa besar kesalahannya). Orangtua harus bisa melihat dengan kacamata anak-anak, jangan selalu berasumsi bahwa anak seharusnya mengerti kalau perbuatannya salah.

Lihat juga : Cara Orang tua Menawarkan Rasa Gembira Pada Anak yang Tepat Saat Belajar

5. Menggunakan kekerasan

Senakal apa pun anak, kekerasan bukanlah solusi. Anak berguru berperilaku dari orangtuanya. Makara kalau Anda memakai kekerasan, yang akan dicontoh anak ialah bagaimana cara memakai kekerasan sebagai cara menuntaskan masalah. Anak juga akan menggandakan orangtuanya yang tidak bisa mengendalikan diri ketika sedang emosi.

Karena itu, anak yang dididik dengan penuh kekerasan justru lebih sulit diajarkan kedisiplinan. Anak tidak akan menghormati aturan dan mengetahui batasan perilaku. Akibatnya anak pun akan terus-terusan melaksanakan kesalahan atau pelanggaran aturan, apalagi tanpa sepengetahuan orangtua.
Advertisement

Iklan Sidebar