Info Populer 2022

Asuhan Keperawatan (Askep) Ablasio Retina Lengkap dengan Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan (Askep) Ablasio Retina Lengkap dengan Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan (Askep) Ablasio Retina Lengkap dengan Laporan Pendahuluan

Untuk mendownload Asuhan Keperawatan (Askep) Ablasio Retina Lengkap dengan Laporan Pendahuluan silahkan klik - DISINI -

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP ABLASIO RETINA

PENGERTIAN

Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne, 2002).


PENYEBAB
  1. Malformasi kongenital 
  2. Kelainan metabolisme 
  3. Penyakit vaskuler 
  4. Inflamasi intraokuler 
  5. Neoplasma 
  6. Trauma 
  7. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina (C. Smelzer, Suzanne, 2002).

MANIFESTASI KLINIS
  • Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya atau keduanya 
  • Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba 
  • Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang pandang ketika retina benar-benar terlepas dari epitel berpigmen 
  • Penurunan tajam pandangan sentral aau hilangnya pandangan sentral menunjjukkan bahwa adanya keterlibatan makula 


PATOFISIOLOGI

Retina adalah jaringan tipis dan transparan yang peka terhadap cahaya, yang terdiri dari sel-sel dan serabut saraf. Retina melapisi dinding mata bagian dalam seperti kertas dinding melapisi dinding rumah. Retina berfungsi seperti lapisan film pada kamera foto: cahaya yang melalui lensa akan difokuskan ke retina. Sel-sel retina yang peka terhadap cahaya inilah yang menangkap “gambar” dan menyalurkannya ke otak melalui saraf optik. Sebab dan Gejala Lepasnya Retina Sebagian besar lepasnya retina terjadi akibat adanya satu atau lebih robekan-robekan kecil atau lubang-lubang di retina. Kadang-kadang proses penuaan yang normal pun dapat menyebabkan retina menjadi tipis dan kurang sehat, tetapi yang lebih sering mengakibatkan kerusakan dan robekan pada retina adalah menyusutnya korpus vitreum, bahan jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata. Korpus vitreum erat melekat ke retina pada beberapa lokasi di sekeliling dinding mata bagian belakang. Bila korpus vitreum menyusut, ia dapat menarik sebagian retina bersamanya, sehingga menimbulkan robekan atau lubang pada retina. Walaupun beberapa jenis penyusutan korpus vitreum merupakan hal yang normal terjadi pada peningkatan usia dan biasanya tidak menimbulkan kerusakan pada retina, korpus viterum dapat pula, menyusut pada bola mata yang tumbuh menjadi besar sekali (kadang-kadang ini merupakan akibat dari rabun jauh), oleh peradangan, atau karena trauma. Pada sebagian besar kasus retina baru lepas setelah terjadi perubahan besar struktur korpus vitreum. Bila sudah ada robekan-robekan retina, cairan encer seperti air dapat masuk dari korpus vitreum ke lubang di retina dan dapat mengalir di antara retina dan dinding mata bagian belakang. Cairan ini akan memisahkan retina dari dinding mata bagian belakang dan mengakibatkan retina lepas. Bagian retina yang terlepas tidak akan berfungsi dengan baik dan di daerah itu timbul penglihatan kabur atau daerah buta. Perlu diketahui bahwa ada beberapa jenis lepasnya retina yang disebabkan oleh penyakit mata lain, seperti tumor, peradangan hebat, atau sebagai komplikasi dari diabetes. Ini disebut ablasio retina sekunder. Dalam hal ini tidak ditemukan robekan ataupun lubang-lubang di retina, dan retina hanya bisa kembali ke posisinya yang normal dengan mengobati penyakit yang menyebabkan lepasnya retina.

Pathway
Pathway Ablasio Retina


PENATALAKSANAAN
  • Tirah baring dan aktivitas dibatasi
  • Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah cidera
  • Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina
  • Pasien tidak boleh terbaring terlentang 
  • Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi 

Cara Pengobatannya:
  1. Prosedur laser : Untuk menangani ablasio retina eksudatif/serosa sehubungan dengan proses yang berhubungan dengan tumor atau inflamasi yang menimbulkan cairansubretina yang tanpa robekan retina. Tujuannya untuk membentuk jaringan parut pada retina sehingga melekatkannya ke epitel berpigmen. 
  2. Pembedahan : Retinopati diabetika /trauma dengan perdarahan vitreus memerlukan pembedahan vitreus untuk mengurangi gaya tarik pada retina yang ditimbulkan. Pelipatan (buckling) sklera merupakan prosedur bedah primer untuk melekatkan kembali retina. 
  3. Krioterapi  : transkleral Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan adhesi korioretina yang melipat robekan sehingga cairan vitreus tak mampu lagi memasuki rongga subretina. Sebuah/ beberapa silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam skler, secara fisik akan mengindensi/melipat sklera, koroid, danlapisan fotosensitif ke epitel berpigmen, menahan robekan ketika retina dapat melekat kembali ke jaringan pendukung dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya ormalnya dapat dikembalikan. (C. Smelzer, Suzanne, 2002).

KOMPLIKASI

a. Komplikasi awal setelah pembedahan
  • Peningkatan TIO 
  • Glaukoma 
  • Infeksi 
  • Ablasio koroid 
  • Kegagalan pelekatan retina 
  • Ablasio retina berulang 

b. Komplikasi lanjut
  • Infeksi 
  • Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata 
  • Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina) 
  • Diplopia 
  • Kesalahan refraksi 
  • astigmatisme

ASUHAN KEPERAWATAN ABLASIO RETINA


A. PENGKAJIAN

a. Data Subyektif
  • Pasien mengeluh tiba-tiba melihat kilatan cahaya terang dan bintik-bintik hitam yang beterbangan di ruang pandang. 
  • Pasien mengeluh melihat tirai yang menutupi lapang pandang. 
  • Pasien menyatkan takut dan cemas karena kehilangan fungsi penglihatan secara tiba-tiba. 

b. Data Obyektif
  • Dengan pemeriksaan ophtalmoskop indirek terlihat gambaran gelembung abu-abu atau lipatan-lipatan pada retina yang bergetar dan bergerak 
  • Aktifitas pasien terbatas 
  • Mata pasien tertutup dengan gaas 
  • Pasien mendapat obat tetes mata midryatil 
  • Wajah pasien tampak tegang dan cemas 
  • Pada pemeriksaan visus : OD 1/4 Os 2/60 

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 

Diagnosa Keperawatan yang mungkin ditemukan pada pasien Ablatio Retina

Pre Operatif
  1. Gangguan persepsi sensori penglihatan 
  2. Cemas 
  3. Kurang perawatan diri  

Post Operatif
  1. Nyeri akut 
  2. Resiko infeksi 
  3. Kurang perawatan diri 

C. INTERVENSI KEPERAWATAN PRE OP

1. Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d lepasnya retina

Kriteria Hasil :
  • Kooperatif dalam tindakan
  • Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen 

Intervensi :
  • Kaji dan catat ketajaman pengelihatan Rasional: Menetukan kemampuan visual
  • Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat dilihat/tidak. Rasional: Memberikan keakuratan thd pengelihatan dan perawatan.
  • Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan pengelihatan. Rasional: Meningkatkan self care dan mengurangi ketergantungan.
  • Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima klien. Rasional : Meningkatkan rangsangan pada waktu kemampuan pengelihatan menurun. 

2. Cemas b.d kurang pengetahuan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan klien bertambah

Kriteria Hasil :
  1. Kien tidak gelisah 
  2. Klien tenang 
  3. Klien dapat mengatakan tentang proses penyakit,metode pencegahan dan instruksi perawatan di rumah 
Intervensi :
  • Kaji tingkat kecemasan Rasional : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien 
  • Berikan kesampatan Klien untuk mengungkapkan perasaannya Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan 
  • Beri Support pada klien Rasional : Agar klien mempunyai semangat 
  • Berikan dorongan spiritual Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. 
  • Berikan penkes Rasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya 
  • Memberikan kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak diketahui tentang penyakitnya. Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidaktahuan pasien tentang penyakitnya 
  • Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menbuat pilihan berdasarkan informasi. 

3. Kurang Perawatan diri b.d ketidak berdayaan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri pasien terpenuhi

Kriteria Hasil :
  • Kien tidak kotor 
  • Klien tenang 
  • klien merasa nyaman 
Intervensi :
  • Bantu klien melakukan hygiene Rasional : memenuhi perawatan diri klien 
  • Berikan program perawatan dir pada klien Rasional : agar perawatan diri klien teratur 
  • Kontrol hygiene klien dua kali sehari Rasional : mengetahui perawatan diri klien
  • Berikan HE tentang personal hygiene Rasional : agar klien faham pentingnya perawatan diri. 

POST OP
1. Nyeri akut b.d luka post op

Tujuan : setelah di lakukan tidakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :
  • klien mengatakan nyeri berkurang/hilang 
  • skala nyeri menurun 
  • klien tampak rileks 
Intervensi:
  • Kaji skala nyeri Rasional : mengetahui seberapa nyeri yang di alami klien 
  • Berikan posisi relaks pada pasien. Rasional : agar klien merasa nyaman 
  • Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi. Rasional : menurunkan nyeri klien 
  • Kolaborasi pemberian analgesic. Raional : analgesic menghilangkan nyeri 

2. Resiko infeksi b.d insisi post op

Tujuan : setelah di lakukan tidakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi.

Kriteria Hasil :
  • tidak ada tanda-tanda infeksi 
  • leukosit stabil 
Intervensi:

  • Pantau tanda-tanda infeksi Rasional : mengetahui tanda awal infeksi 
  • Lakukan rawat luka secara steril Rasional : mencegah terjadinya infeksi 
  • Oleskan alkohol di sekitar luka post op Rasional : mencegah terjadinya infeksi 
  • Berikan antibiotik sesuai advis dokter Rasional : antibiotik mencegah infeksi 

3. Kurang Perawatan diri b.d ketidak berdayaan 

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perawatan diri pasien terpenuhi 

Kriteria Hasil : 
  • Kien tidak kotor 
  • Klien tenang 
  • klien merasa nyaman 
Intervensi : 
  • Bantu klien melakukan hygiene Rasional : memenuhi perawatan diri klien 
  • Berikan program perawatan dir pada klien Rasional : agar perawatan diri klien teratur 
  • Kontrol hygiene klien dua kali sehari Rasional : mengetahui perawatan diri klien 
  • Berikan HE tentang personal hygiene Rasional : agar klien faham pentingnya perawatan diri.

DAFTAR PUSTAKA

  • Bare, B.G & Smeltzer, S.C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jarkarta: EGC. 
  • Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. 
  • Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
  • Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
  • Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi 2. Jakarta: EGC.
  • Tim Penyusun. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
  • Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta Kedokteran 2. Jakarta: Media Aesculapius.

Demikian Asuhan keperawatan (Askep) Ablasio Retina Lengkap dengan laporan pendahuluan, semoga bermanfaat, dan dapat membantu teman - teman sejawat. terima kasih.
Advertisement

Iklan Sidebar