Info Populer 2022

Laporan Pendahuluan / LP CVA Lengkap, download dalam bentuk doc dan pdf

Laporan Pendahuluan / LP CVA Lengkap, download dalam bentuk doc dan pdf
Laporan Pendahuluan / LP CVA Lengkap, download dalam bentuk doc dan pdf
Masih tentang Laporan pendahuluan, pada kesempatan kali ini kami bagikan laporan pendahuluan CVA. 

seperti biasa file laporan pendahuluan CVA ini pun kami bagikan dalam bentuk file doc dan pdf. Jadi jika teman - teman sejawat sekalian membutuhkan nya untuk pembuatan tugas, seperti askep, makalah dan tentunya juga laporan pendahuluan.

dapat didownload dibawah ini :
adapun isi dari file laporan pendahuluan CVA yang kami bagikan diatas bisa anda lihat dibawah ini :

Laporan Pendahuluan CVA

Pengertian

CVA atau Cerebro Vaskuler Accident biasa di kenal oleh masyarakat dengan istilah Stroke. Istilah ini lebih populer di banding CVA, Kelainan ini terjadi pada organ otak, lebih tepatnya adalah Gangguan Pembuluh Darah Otak, Berupa penurunan kualitas pembuluh darah otak.

CVA (Cerebro Vascular Accident) merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak yang dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabakan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan lain hingga menyebabkan kematian (Muttaqin, 2008:234).

CVA Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi karena trombositosis dan emboli yang menyebabkan penyumbatan yang bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (arcus aorta) (Suzanne, 2002: 2131).


Etiologi

Ada dua penyebab CVA (Muttaqin, 2008: 235) yaitu :

1. Trombosis serebri

Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini disebabkan karena adanya:
  • Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan elastisitas dinding pembuluh darah
  • Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan menyebabkan viskositas/ hematokrit meningkat sehingga dapat melambatkan aliran darah cerebral
  • Arteritis: radang pada arteri

2. Emboli

Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah otak oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan emboli:
  • Penyakit jantung reumatik
  • Infark miokardium
  • Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpalan-gumpalan kecil yang dapat menyebabkan emboli cerebri
  • Endokarditis : menyebabkan gangguan pada endokardium

Faktor resiko 

ada dua macam faktor yang dapat menyebabkan terkena serangan CVA yaitu faktor resiko yang bisa dicegah dan faktor yang tidak bisa dicegah. yaitu :

1.Faktor resiko yang bisa diobati / dicegah :
  • Perokok.
  • Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )
  • Tekanan darah tinggi.
  • Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).
  • Transient Ischemic Attack ( TIAs)

2.Faktor resiko yang tidak bisa di cegah :
  • Usia di atas 65.
  • Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya artheriosklerosis yang meningkatkan resiko serangan stroke).
  • DM.
  • Keturunan ( Keluarga ada stroke).
  • Pernah terserang stroke.
  • Race ( Kulit hitam lebih tinggi )
  • Sex ( laki-laki lebih 30 % daripada wanita ).

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala berdasarkan bagian otak, menurut Hudak dan Gallo dalam buku keperawatan Kritis (1996: 258-260), yaitu:

1. Lobus Frontal

a. Deficit Kognitif : kehilangan memori, rentang perhatian singkat, peningkatan distraktibilitas (mudah buyar), penilaian buruk, tidak mampu menghitung, memberi alasan atau berpikir abstrak.

b. Deficit Motorik : hemiparese, hemiplegia, distria (kerusakan otot-otot bicara), disfagia (kerusakan otot-otot menelan).

c. Defici aktivitas mental dan psikologi antara lain : labilitas emosional, kehilangan kontrol diri dan hambatan soaial, penurunan toleransi terhadap stres, ketakutan, permusuhan frustasi, marah, kekacuan mental dan keputusasaan, menarik diri, isolasi, depresi.

2. Lobus Parietal

a. Dominan :

1) Defisit sensori antara lain defisit visual (jaras visual terpotong sebagian besar pada hemisfer serebri), hilangnya respon terhadap sensasi superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin), hilangnya respon terhadap proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi bagian tubuh).

2) Defisit bahasa/komunikasi
  • Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola bicara yang dapat dipahami)
  • Afasia reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang diucapkan)
  • Afasia global (tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat)
  • Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)
  • Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam tulisan).

b. Non Dominan

Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat dan menginterpretasi diri/lingkungan) antara lain:
  • Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap ekstremitas yang mengalami paralise)
  • Disorientasi (waktu, tempat dan orang)
  • Apraksia (kehilangan kemampuan untuk mengguanakan obyak-obyak dengan tepat)
  • Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan melalui indra)
  • Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruangan
  • Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat
  • Disorientasi kanan kiri

3. Lobus Occipital: deficit lapang penglihatan penurunan ketajaman penglihatan, diplobia(penglihatan ganda), buta.

4. Lobus Temporal : defisit pendengaran, gangguan keseimbangan tubuh


Patofisiologi

Pada stroke atau CVA, iskemik terjadi dalam jaringan otak yang aliran darah arterinya terganggu akibat trombus atau emboli sehingga menimbulkan gangguan fungsi otak. Iskemik dapat menyebabkan hipoksia atau anoksia dan hipoglikemik pada jaringan otak. Proses ini dapat mengakibatkan kematian pada neuron, sel ganglia dan struktur otak disekitar area infark. Edema yang terjadi akan memperberat infark itu sendiri. Edema dapat berlangsung dalam beberapa jam atau beberapa hari.

Setelah terjadinya infark dan edema, maka secara otomatis akan terjadi penurunan kemampuan fungsi otak dalam menjalankan fungsi neurologisnya seperti semula. Hal ini mengakibatkan terjadinya defisit neurologis pada area kontralateral dari area lesi otak yang terkena, sesuai dengan karakteristik dari otak.

Fathway CVA.

Fathway CVA
Download Pathway CVA doc, DISINI

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien CVA infark:

1. Laboratorium :

a. Pada pemeriksaan paket stroke: Viskositas darah pada apsien CVA ada peningkatan VD > 5,1 cp, Test Agresi Trombosit (TAT), Asam Arachidonic (AA), Platelet Activating Factor (PAF), fibrinogen (Muttaqin, 2008: 249-252)

b. Analisis laboratorium standar mencakup urinalisis, HDL pasien CVA infark mengalami penurunan HDL dibawah nilai normal 60 mg/dl, Laju endap darah (LED) pada pasien CVA bertujuan mengukur kecepatan sel darah merah mengendap dalam tabung darah LED yang tinggi menunjukkan adanya radang. Namun LED tidak menunjukkan apakah itu radang jangka lama, misalnya artritis, panel metabolic dasar (Natrium (135-145 nMol/L), kalium (3,6- 5,0 mMol/l), klorida,) (Prince, dkk ,2005:1122)

2. CT scan : pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel atau menyebar ke permukaan otak (Muttaqin, 2008:140).

3. Pemeriksaan sinar X toraks: dapat mendeteksi pembesaran jantung (kardiomegali) dan infiltrate paru yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif (Prince,dkk,2005:1122)

4. Ultrasonografi (USG) karaois: evaluasi standard untuk mendeteksi gangguan aliran darah karotis dan kemungkinan memmperbaiki kausa stroke (Prince,dkk ,2005:1122).

5. Angiografi serebrum : membantu menentukan penyebab dari stroke secara Spesifik seperti lesi ulseratrif, stenosis, displosia fibraomuskular, fistula arteriovena, vaskulitis dan pembentukan thrombus di pembuluh besar (Prince, dkk ,2005:1122).

6. Pemindaian dengan Positron Emission Tomography (PET): mengidentifikasi seberapa besar suatu daerah di otak menerima dan memetabolisme glukosa serta luas cedera (Prince, dkk ,2005:1122)

7. Ekokardiogram transesofagus (TEE): mendeteksi sumber kardioembolus potensial (Prince, dkk ,2005:1123).

8. MRI : menggunakan gelombang magnetik untuk memeriksa posisi dan besar / luasnya daerah infark (Muttaqin, 2008:140).


Penatalaksanaan

Ada beberapa penatalaksanaan pada pasien dengan CVA infark (Muttaqin, 2008:14):

1. Untuk mengobati keadaan akut, berusaha menstabilkan TTV dengan :

  • Mempertahankan saluran nafas yang paten 
  • Kontrol tekanan darah 
  • Merawat kandung kemih, tidak memakai keteter 
  • Posisi yang tepat, posisi diubah tiap 2 jam, latihan gerak pasif.

2. Terapi Konservatif

  • Vasodilator untuk meningkatkan aliran serebral 
  • Anti agregasi trombolis: aspirin untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma. 
  1. Anti koagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosisiatau embolisasi dari tempat lain ke sistem kardiovaskuler. 
  2. Bila terjadi peningkatan TIK, hal yang dilakukan: 1) Hiperventilasi dengan ventilator sehingga PaCO2 30-35 mmHg 2) Osmoterapi antara lain : - Infus manitol 20% 100 ml atau 0,25-0,5 g/kg BB/ kali dalam waktu 15-30 menit, 4-6 kali/hari. - Infus gliserol 10% 250 ml dalam waktu 1 jam, 4 kali/hari 
  3. Posisi kepala head up (15-30⁰) 
  4. Menghindari mengejan pada BAB 
  5. Hindari batuk 
  6. Meminimalkan lingkungan yang panas

Konsep Asuhan Keperawatan CVA.

Pengkajian

Biodata

Pengkajian biodata di fokuskan pada :

Umur : karena usia di atas 55 tahun merupakan resiko tinggi terjadinya serangan stroke.Jenis kelamin : laki-laki lebih tinggi 30% di banding wanita.Ras : kulit hitam lebih tinggi angka kejadiannya.

Keluhan Utama

Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi : penurunan kesadaran atau koma serta disertai kelumpuhan dan keluhan sakit kepala hebat bila masih sadar.

Upaya yang telah dilakukan

Jenis CVA Bleeding memberikan gejala yang cepat memburuk.Oleh karena itu klien biasanya langsung di bawa ke Rumah Sakit.

Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu di kaji adanya riwayat DM, Hipertensi, Kelainan Jantung, Pernah TIAs, Policitemia karena hal ini berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh darah otak menjadi menurun.

Riwayat Penyakit Sekarang

Kronologis peristiwa CVA Bleeding sering setelah melakukan aktifitas tiba-tiba terjadi keluhan neurologis misal : sakit kepala hebat, penurunan kesadaran sampai koma.

Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu di kaji mungkin ada anggota keluarga sedarah yang pernah mengalami stroke.

Pemenuhan Kebutuhan Sehari - hari

Apabila telah mengalami kelumpuhan sampai terjadinya koma maka perlu klien membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dari bantuan sebagaian sampai total.Meliputi :
  • mandi
  • makan/minum
  • bab / bak
  • berpakaian
  • berhias
  • aktifitas mobilisasi
Pemeriksaan Fisik

BI ( Bright / pernafasan).

Perlu di kaji adanya :
  • Adakah tanda-tanda lidah jatuh ke belakang.
  • Auskultasi suara nafas mungkin ada tanda stridor.
  • Catat jumlah dan rama nafas

B2 ( Blood / sirkulasi ).

Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu peningkatan Tekanan Darah disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi.

B3 ( Brain / Persyarafan, Otak )

Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat.Periksa adanya pupil unilateral, Observasi tingkat kesadaran.
B4 ( Bladder / Perkemihan ).
Tanda-tanda inkontinensia urin

B5 ( Bowel : Pencernaan )

Tanda-tanda inkontinensia alfi.

B6 ( Bone : Tulang dan Integumen ).

Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan.Tanda-tanda decubitus karena tirah baring lama.Kekuatan otot.

Interaksi Sosial

Biasanya di jumpai tanda kecemasan karena ancaman kematian diekspresikan dengan menangis, klien dan keluarga sering bertanya tentang pengobatan dan kesembuhannya.


Diagnosa Keperawatan
  1. Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan penambahan isi otak sekunder terhadap perdarahan otak.
  2. Intoleransi aktifitas (ADL) berhubungan dengan kehilangan kesadaran,kelumpuhan.
  3. Gangguan Persepsi Sensosri : Perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori
  4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi dan kehilangan kesadaran.
  5. Resiko Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan dengan kelemahann otot mengunyah dan menelan sekunder kehilangan kesadaran.

Intervensi Keperawatan

Diagnosa. 1

Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan penambahan isi otak sekunder terhadap perdarahan otak.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak mengalami peningkatan tekanan intra kranial.

Kriteria hasil :

Tidak terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial :
  • Peningkatan tekanan darah.
  • Nadi melebar.
  • Pernafasan cheyne stokes
  • Muntah projectile.
  • Sakit kepala hebat.

Pencegahan TIK meningkat di laksanakan.

intervensi

NO
INTERVENSI
RASIONAL
1.       
Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK
§  tekanan darah
§  nadi
§  GCS
§  Respirasi
§  Keluhan sakit kepala hebat
§  Muntah projectile
§  Pupil unilateral
Deteksi dini peningkatan TIK untuk melakukan tindakan lebih lanjut.
2.       
Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 derajat kecuali ada kontra indikasi.Hindari mengubah posisi dengan cepat.
Meninggikan kepala dapat membantu drainage vena untuk mengurangi kongesti vena.
3.       
Hindari hal-hal berikut :
Masase karotid



Fleksi leher atau rotasi > 45 derajat.



Rangsangan anal dengan jari(boleh tapi dengan hati-hati ) hindari mengedan, fleksi ekstrem panggul dan lutut.




Masase  karotid memperlambat frekuensi jantung dan mengurangi sirkulasi sistemik yang diikuti peningkatan sirkulasi secara tiba-tiba.
Fleksi atau rotasi ekstrem leher mengganggu  cairan cerebrospinal dan drainage vena dari rongga intra kranial.
Aktifitas ini menimbulkan manuver valsalva yang merusak aliran balik vena dengan kontriksi vena jugularis dan peningkatan TIK.
4.       
Konsul dokter untuk mendapatkan pelunak feces jika di perlukan.
Mencegah konstipasi dan mengedan yang menimbulkan manuver valsalva.
5.       
Pertahankan lingkungan  tenang, sunyi dan pencahayaan redup.
Meningkatkan istirahat dan menurunkan rangsangan membantu menurunkan TIK.
6.       
Berikan obat-obatan sesuai dengan pesanan:
§  Anti hipertensi.

§  Anti koagulan.

§  Terapi intra vena pengganti cairan dan elektrolit.
§  Pelunak feces.
§  Anti tukak.
§  Roborantia.

§  Analgetika.
§  Vasodilator perifer.


§  Menurunkan tekanan darah.
§  Mencegah terjadinya trombus.
§  Mencegah defisit cairan.

§  Mencegah obstipasi.
§  Mencegah stres ulcer.
§  Meningkatkan daya tahan tubuh.
§  Mengurangi nyeri.
§  Memperbaiki sirkulasi darah otak.

Diagnosa. 2

Intoleransi aktifitas (ADL) berhubungan dengan kehilangan kesadaran,kelumpuhan.

Tujuan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya

Kriteria hasil
  • Tidak terjadi kontraktur sendi, Bertambahnya kekuatan otot
  • Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Ubah posisi klien tiap 2 jam


2.      Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
3.      Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
4.      Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya
5.      Tinggikan kepala dan tangan
6.      Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

§  Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan
§  Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
§  Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan


Diagnosa. 3

Gangguan Persepsi Sensosri : Perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori

Tujuan : Meningkatnya persepsi sensorik : perabaan secara optimal.

Kriteria hasil :
  • Klien dapat mempertahankan tingakat kesadaran dan fungsi persepsi
  • Klien mengakui perubahan dalam kemampuan untuk meraba dan merasa
  • Klien dapat menunjukkan perilaku untuk mengkompensasi terhadap perubahan sensori
Intervensi

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Tentukan kondisi patologis klien


2.      Kaji kesadaran sensori, seperti membedakan panas/dingin, tajam/tumpul, posisi bagian tubuh/otot, rasa persendian



3.      Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan, seperti memberikan klien suatu benda untuk menyentuh, meraba. Biarkan klien menyentuh dinding atau batas-batas lainnya.

4.      Lindungi klien dari suhu yang berlebihan, kaji adanya lindungan yang berbahaya. Anjurkan pada klien dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan terhadap suhu air dengan tangan  yang normal
5.      Anjurkan klien untuk mengamati kaki dan tangannya bila perlu dan menyadari posisi bagian tubuh yang sakit. Buatlah klien sadar akan semua bagian tubuh yang terabaikan seperti stimulasi sensorik pada daerah yang sakit, latihan yang membawa area yang sakit melewati garis tengah, ingatkan individu untuk merawata sisi yang sakit.
6.      Hilangkan kebisingan/stimulasi eksternal yang berlebihan.


7.      Lakukan validasi terhadap persepsi klien

1.      Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan, sebagai penetapan rencana tindakan
2.      Penurunan kesadaran terhadap sensorik dan perasaan kinetik berpengaruh terhadap keseimbangan/posisi dan kesesuaian dari gerakan yang mengganggu ambulasi, meningkatkan resiko terjadinya trauma.
3.      Melatih kembali jaras sensorik untuk mengintegrasikan persepsi dan intepretasi diri. Membantu klien untuk mengorientasikan bagian dirinya dan kekuatan dari daerah yang terpengaruh.
4.      Meningkatkan keamanan klien dan menurunkan resiko terjadinya trauma.




5.      Penggunaan stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu dalan mengintegrasikan sisi yang sakit.







6.      Menurunkan ansietas dan respon emosi yang berlebihan/kebingungan yang berhubungan dengan sensori berlebih.
7.      Membantu klien untuk mengidentifikasi ketidakkonsistenan dari persepsi dan integrasi stimulus.


Diagnosa. 4


4.Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi dan kehilangan kesadaran.

Tujuan

Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi

Kriteria hasil
  • Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
  • Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
Intervensi
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri.

2.      Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sikap sungguh
3.      Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan.





4.      Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya
5.      Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi

1.      Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
2.      Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus
3.      Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri-sendiri untuk mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan
4.      Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu
5.      Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus


Diagnosa. 5

Resiko Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan dengan kelemahann otot mengunyah dan menelan sekunder kehilangan kesadaran.

Tujuan

Tidak terjadi gangguan nutrisi

Kriteria hasil
  • Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
  • Hb dan albumin dalam batas normal
Intervensi
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk
2.      Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan
3.      Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan
4.      Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu


5.      Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang

6.      Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien dapat menelan air
7.      Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan

8.      Anjurkan klien untuk berpartisipasidalam program latihan/kegiatan.

9.      Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv  atau makanan melalui selang
1.      Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien
2.      Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi
3.      Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler


4.      Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan
5.      Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar
6.      Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan terjadinya aspirasi
7.      Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan menurunkan resiko terjadinya tersedak
8.      Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan
9.      Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut


Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang. (Lismidar, 1990).


Daftar Pustaka
  • Marylin Doengus , TERJEMAHAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN , EGC, 1999.
  • Lynda Jual C ,RENCANA ASUHAN DAN DOKUMENTASI KEPERAWATAN, EGC,1999.
  • Anna Owen ,PEMANTAUAN PERAWATAN KRITIS, , EGC, 1997.
  • Susan C.dewit, ESSENTIALS OF MEDICAL SURGICAL NURSING, W.B SOUNDERS COMPANY, 1998
  • Harsono,ED, NEUROLOGI KLINIS, GAJAH MADA UNIVERSITY PRESS, 1996.
  • 2000, Harsono ED, KAPITA SELEKTA NEUROLOGI, Gajah Mada UP.

Advertisement

Iklan Sidebar