Info Populer 2022

Laporan Pendahuluan / LP Kusta Lengkap Hingga Konsep Askep, Download Pdf dan Doc

Laporan Pendahuluan / LP Kusta Lengkap Hingga Konsep Askep, Download Pdf dan Doc
Laporan Pendahuluan / LP Kusta Lengkap Hingga Konsep Askep, Download Pdf dan Doc
Kami bagikan laporan pendahuluan / LP kusta pdf dan doc.

Teman-teman perawat sekalian, pada postingan kali ini kami share laporan pendahuluan / LP kusta yang telah kami susun selengkap mungkin dari tinjauan teori hingga konsep askep, berdasarkan beberapa sumber terpercaya.

Bertujuan membantu teman-teman sekalian dalam pembuatan tugas kuliah keperawatan yaitu askep, makalah ataupun LP itu sendiri, disini kami posting laporan pendahuluan kusta lengkap yang kami sediakan juga dalam bentuk file pdf dan doc, agar mempermudah teman-teman perawat sekalian, hanya tinggal sedikit edit sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP kusta lengkap dalam bentuk format doc dan pdf, telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel ini agar teman-teman sekalian bisa mendapatkan filenya, dan juga telah kami sisipkan link download fathway kusta format doc dibawah gambar fathway.

Laporan Pendahuluan Kusta


Pengertian / Definisi

Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi,kulit dan jaringan tubuh lainnya. Kusta  juga merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh infeksi mikobakterium leprae.

kusta adalah penyakit menular yang menahun yang menyerang saraf perifer, kulit dan jaringan tubuh lainnya.

Lepra    : Morbus hansen, Hamseniasis

Reaksi : Episode akut yang terjadi pada penderita kusta yang masih aktiv disebabkan suatu interaksi antara bagian-bagian dari kuman kusta yang telah mati dengan zat yang telah tertimbun di dalam darah penderita dan cairan penderita.


Klasifikasi Kusta
      
Menurut Ridley dan Joplin membagi klasifikasi kusta berdasarkan gambaran klinis, bakteriologik, histo patologik, dan status imun penderita menjadi :

  1. TT : Lesi berupa makula hipo pigmantasi/eutematosa dengan permukaan kering dan kadang dengan skuama di atasnya. Jumlah biasanya yang satudenga yang besar bervariasi. Gejala berupa gangguan sensasibilitas, pertumbuhan langsung dan sekresi kelenjar keringat. BTA ( - ) dan uji lepramin ( + ) kuat.
  2. BT : Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa dengan permukaan kering bengan jumlah 1-4 buah, gangguan sensibilitas ( + )
  3. Lesi berupa mamakula/infiltrat eritematosa permukaan agak mengkilat. Gambaran khas lesi ”punched out” dengan infiltrat eritematosa batas tegas pada tepi sebelah dalam dan tidak begitu jelas pada tepi luarnya. Gangguan sensibilitas sedikit, BTA ( + ) pada sediaan apus kerokan jaringan kulit dan uji lepromin ( - ).
  4. BL  : Lesi infiltrat eritematosa dalam jumlah banyak, ukuran bervariasi, bilateral tapi asimetris, gangguan sensibilitas sedikit/( - ), BTA ( + ) banyak, uji Lepromin ( - ).
  5. LL : Lesi infiltrat eritematosa dengan permukaan mengkilat, ukuran kecil, jumlah sangat banyak dan simetris. BTA ( + ) sangat banyak pada kerokan jaringan kulit dan mukosa hidung, uji Lepromin ( - ).
WHO membagi kusta menjadi dua kelompok, yaitu :





  1. Pansi Basiler (PB) : I, TT, BT
  2. Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL

Etiologi
      
M. Leprae atau kuman Hansen adalah kuman penyebab penyakit kusta yang ditemukan oleh sarjana dari Norwegia, GH Armouer Hansen pada tahun 1873. Kuman ini bersifat tahan asam berbentuk batang dengan ukuran 1,8 micron, lebar 0,2-0,5 micron. Biasanya ada yang berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat di kultur dalam media buatan. Kuman ini dapat mengakibatkan infeksi sistemik pada binatang Armadillo.
      
Mikobakterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) bersifat obligat intraseluler, menyerang syaraf perifer,kulit dan organ lain seperti mukosa saluran nafas bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan syaraf pusat. Masa membelah diri mikobakterium leprae 12-21 hari dan masa tunasnya antara 40 hari sampai dengan 40 tahun. 


Patofisiologi
      
Meskipun cara masuk M. Leprae ke tubuh belum diketahui pasti, beberapa penelitian, tersering melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh bersuhu dingin dan melalui mukosa nasal.
      
Pengaruh M. Leprae ke kulit tergantung factor imunitas seseorang, kemampuan hidup M. Leprae pada suhu tubuh yang rendah, waktu regenerasi lama, serta sifat kuman yang Avirulen dan non toksis.
      
M. Leprae ( Parasis Obligat Intraseluler ) terutama terdapat pada sel macrofag sekitar pembuluh darah superior pada dermis atau sel Schwann jaringan saraf, bila kuman masuk tubuh ---> tubuh bereaksi mengeluarkan macrofag ( berasal dari monosit darah, sel mn, histiosit ) untuk memfagosit.
      
Tipe LL ; terjadi kelumpuha system imun seluler tinggi ---> macrofag tidak mampu menghancurkan kuman ----> dapat membelah diri dengan bebas ---> merusak jaringan.
      
Tipe TT ; fase system imun seluler tinggi ---> macrofag dapat menghancurkan kuman hanya setelah kuman difagositosis macrofag, terjadi sel epitel yang tidak bergerak aktif, dan kemudian bersatu membentuk sel dahtian longhans, bila tidak segera diatasi ---> terjadi reaksi berlebihan dan masa epitel menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan sekitar.

Fathway Kusta

Untuk mendownload Fathway kusta format doc, DISINI


Gambaran Klinis
   
Menurut klasifikasi Ridley dan Jopling

1. Tipe Tuberkoloid ( TT )

  • Mengenai kulit dan saraf.
  • Lesi bisa satu atau kurang, dapat berupa makula atau plakat, batas jelas, regresi, atau, kontrol healing ( + ).
  • Permukaan lesi bersisik dengan tepi meninggi, bahkan hampir sama dengan psoriasis atau tinea sirsirata. Terdapat penebalan saraf perifer yang teraba, kelemahan otot, sedikit rasa gatal.
  • Infiltrasi Tuberkoloid ( + ), tidak adanya kuman merupakan tanda adanya respon imun pejamu yang adekuat terhadap basil kusta.

2. Tipe Borderline Tuberkoloid ( BT )

  • Hampir sama dengan tipe tuberkoloid
  • Gambar Hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skauma tidak sejelas tipe TT.
  • Gangguan saraf tidak sejelas tipe TT. Biasanya asimetris.
  • Lesi satelit ( + ), terletak dekat saraf perifer menebal.

3. Tipe Mid Borderline ( BB )

  • Tipe paling tidak stabil, jarang dijumpai.
  • Lesi dapat berbentuk macula infiltrate.
  • Permukaan lesi dapat berkilat, batas lesi kurang jelas, jumlah lesi melebihi tipe BT, cenderung simetris.
  • Lesi sangat bervariasi baik ukuran bentuk maupun distribusinya.
  • Bisa didapatkan lesi punched out, yaitu hipopigmentasi berbentuk oralpada bagian tengah dengan batas jelas yang merupaan ciri khas tipe ini.

4. Tipe Borderline Lepromatus ( BL )

Dimulai makula, awalnya sedikit lalu menjadi cepat menyebar ke seluruh tubuh. Makula lebih jelas dan lebih bervariasi bentuknya, beberapa nodus melekuk bagian tengah, beberapa plag tampak seperti punched out. Tanda khas saraf berupa hilangnya sensasi, hipopigmentasi, berkurangnya keringat dan gugurnya rambut lebih cepat muncil daripada tipe LL dengan penebalan saraf yang dapat teraba pada tempat prediteksi.

5. Tipe Lepromatosa ( LL )

  • Lesi sangat banya, simetris, permukaan halus, lebih eritoma, berkilap, batas tidak tegas atau tidak ditemuka anestesi dan anhidrosis pada stadium dini.
  • Distribusi lesi khas : Wajah : dahi, pelipis, dagu, cuping telinga dan Badan : bagian belakang, lengan punggung tangan, ekstensor tingkat bawah.
  • Stadium lanjutan :Penebalan kulit progresif, Cuping telinga menebal, Garis muka kasar dan cekung, membentuk fasies leonine, dapat disertai madarosis, intis dan keratitis.
  • Lebih lanjut : Deformitas hidung, Pembesaran kelenjar limfe, orkitis atrofi, testis, Kerusakan saraf luas, gejala stocking dan glouses anestesi, Penyakit progresif, makula dan popul baru, Timbul lesi lama terjadi plakat dan nodus.
  • Stadium lanjut : Serabut saraf perifer mengalami degenerasi hialin/fibrosis menyebabkan anestasi dan pengecilan tangan dan kaki.

6. Tipe Interminate ( tipe yang tidak termasuk dalam klasifikasi Redley & Jopling)

  • Beberapa macula hipopigmentasi, sedikit sisik dan kulit sekitar normal.
  • Lokasi bagian ekstensor ekstremitas, bokong dan muka, kadang-kadang dapat ditemukan makula hipestesi dan sedikit penebalan saraf.
  • Merupakan tanda interminate pada 20%-80%  kasus kusta.
  • Sebagian sembuh spontan.

Gambaran klinis organ lain

  • Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai kebutaan
  • Tulang rawan : epistaksis, hidung pelana
  • Tulang & sendi : absorbsi, mutilasi, artritis
  • Lidah : ulkus, nodus
  • Larings : suara parau
  • Testis : ginekomastia, epididimitis akut, orkitis, atrofi
  • Kelenjar limfe : limfadenitis
  • Rambut : alopesia, madarosis
  • Ginjal  : glomerulonefritis, amilodosis ginjal, pielonefritis,      nefritis interstitial.


Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Bakteriologis

Ketentuan pengambilan sediaan adalah sebagai berikut :

  • Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif
  • Kulit muka sebaiknya dihindari karena alas dan kosmetik kecuali tidak ditemukan lesi ditempat lain.
  • Pemeriksaan ulang yang dilakukan pada lesi kulit yag sama dan bila perlu ditambah dengn lesi kulit yang baru timbul.
  • Lokasi sediaan apus untuk pemeriksaan mikobakterium laprae ialah : Cuping telinga kiri atau kanan dan Dua sampai empat lesi kulit yang aktif ditempat lain
  • Sediaan dari selaput lendir hidung sebaiknya dihindari karena : Tidak menyenangkan pasien, Positif palsu karena ada mikobakterium lain dan Tidak pernah ditemukan mikobakterium leprae pada selaput lendir hidung .


Penatalaksanaan / Pengobatan

Antibiotik dapat menahan  perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya. Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, karena itu sebaiknya diberikan lebih dari 1 macam obat, terutama pada penderita lepra lepromatosa. Antibiotic yang paling banyak digunakan untuk mengobati lepra adalah dapson,relatif tidak mahal dan iasanya aman. Kadang obat ini menyebabkan reaksi alergi berupa ruam kulit dan anemia. Rifampin adalah obat yang lebih mahal dan lebih kuat daripada dapson. Efek samping yang paling serius adalah kerusakan hati dan gejala-gejala dilenyapkan. Pengobatab bias dilanjutkan sampai 6 bulan atau lebih,tergantung pada beratnya infeksi dan penilaian dokter. Banyak penderita lepra lepromatosi yang mengkonsumsi dapson seumur hidupnya.

Dalam pengobatannya ada dua jenis diantaranya :

1.Terapi Medik

Tujuan utama terapi medik ini adalah penyembuhan pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan dari pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan insiden penyakit.

  • Program Multi Drug Therapy (MDT) dengan kombinasi rifampisin,klofazimin,dan DDS dimulai tahun 1981.


2.Perawatan Umum

Perawatan pada morbus Hansen umumnya untuk mencegah kecacatan.terjadinya cacat pada kusta disebabkan kerusakan fungsi saraf tepi.baik karena kuman kusta maupun karena peradangan sewaktu keadaan reaksi netral.

Adapun diantaranya perawatan umum :

  • Perawatan mata dengan lagophthalmos
  • Perawatan tangan yang mati rasa
  • Perawatan kaki yang mati rasa
  • Perawatan luka


Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Pada pengkajian klien penderita kusta dapat ditemukan gejala-gejala sebagai berikut:a. 

a. Aktivitas/ istirahat.

Tanda: Penurunan kekuatan otot, gangguan massa otot, perubahan tonus otot.

b. Sirkulasi.

Tanda: Penurunan nadi perifer, Vasokontriksi perifer.

c. Integritas ego.

Gejala: Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.Tanda: Ansietas, menyangkal, menarik diri.

d.Makanan/cairan : Anoreksia.

e. Neurosensori.

Gejala: Kerusakan saraf terutama saraf tepi, penekanan saraf tepi.Tanda: Peruubahan perilaku, penurunan refleks tendon.

f. Nyeri kenyamanan.

Gejala: Tidak sensitive terhadap sentuhan, suhu, dan tidak merasakan nyeri.

g.Pernapasan.Gejala: Ventilasi tidak adekuat, takipnea.

h.Keamanan.

Tanda: lesi kulit dapat tunggal/multiple, biasanya hipopigmentasi tetapi kadang-kadang lesi kemerahan atau berwarna tembaga, lesi dapat berpariasi tetapiumumnya berupa macula, papula dan nodul.


Diagnosa Keperawatan

  1. Gangguan konsep diri : HDR b/d inefektif koping indifidu
  2. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d proses reaksi
  3. Gangguan aktivitas b/d post amputasi
  4. Resti injuri b/d invasif bakteri


Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan 1

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah berhubungan dengan inefektif koping indifidu

Tujuan : Klien dapat memnerima perubahan dirinya setelah diberi penjelasan 


kriteria hasil :
  • Klien dapat menerima perubahan dirinya
  • Klien tidak merasa kotor (selalu menjaga kebersihan)
  • Klien tidak merasa malu

Intervensi :

  • Bantu klien agar realistis, dapat menerima keadaanya dengan menjelaskan bahwa perubahan fisiknya tidak akan kembali normal.
  • Ajarkan pada klien agar dapat selalu menjaga kebersihan tubuhnya dan latihan otot tangan dan kaki untuk mencegah kecacatan lebih lanjut.
  • Anjurkan klien agar lebih mendekatkan pada Tuhan YME.

Diagnosa Keperawatan 2


Gangguan rasa nyaman : nyeriberhubungan dengan luka amputasi

Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi dan nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan, 

kriteria hasil :

  • Klien merasakan nyeri berkurang di daerah operasi
  • Klien tenang
  • Pola istirahat-tidur normal, 7-8 jam sehari

Intervensi :

  • Kaji skala nyeri klien
  • Alihkan perhatian klien terhadap nyeri
  • Monitor keadaan umum dan tanda-tanda vital
  • Awasi keadaan luka operasi
  • Ajarkan cara nafas dalam & massage untuk mengurangi nyeri
  • Kolaborasi untuk pemberian obat antibiotik dan analgetik.


Diagnosa Keperawatan 3

Perubahan pola aktivitas berhubungan dengan post amputasi

Tujuan : Klien dapat beraktivitas mandiri sesuai keadaan sekarang setelah dilakukan tindakan keperaatan.

kriteria hasil :

  • Klien dapat beraktivitas mandiri
  • Klien tidak diam di tempat tidur terus

Intervensi :

  • Motivasi klien untuk bisa beraktivitas sendiri
  • mengajarkan Range of  Motion : terapi latihan post amputasi
  • Motivasi klien untuk dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.


Daftar Pustaka

  • Sjamsoe – Daili, Emmi S. 2003. Kusta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
  • Standar asuhan keperawatan RSUD Tugurejo Semarang. 2002. Ruang Kusta. Propinsi Jawa Tangah
  • Sjamsuhidajat. R dan Jong, Wimde. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. EGC : Jakarta.
Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP kusta lengkap hingga konsep asuhan keperawatan pdf dan doc, dibawah :
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan / LP kusta lengkap hingga konsep askep, download pdf dan doc, semoga bisa dijadikan referensi dalam menyelesaikan tugas akademik teman sejawat sekalian, terima kasih.
Advertisement

Iklan Sidebar