Info Populer 2022

Askep Pada Pasien Dengan Kasus KPD Lengkap, Download Pdf Dan Doc

Askep Pada Pasien Dengan Kasus KPD Lengkap, Download Pdf Dan Doc
Askep Pada Pasien Dengan Kasus KPD Lengkap, Download Pdf Dan Doc
Teman - teman sejawat sekalian, tak henti-hentinya kami selalu setia membantu meringankan tugas para teman-teman perawat sekalian, dengan menyediakan askep lengkap dengan laporan pendahuluan. Agar supaya teman sekalian dapat cepat menyelesaikan tugas yang diberikan pada saat akademik maupun profesi. Termasuk kali ini, kami bagikan askep ketuban pecah dini (KPD) yang merupakan sebuah tugas keperawatan tentang suatu keadaan pada ibu hamil dimana ketuban pecah sebelum proses persalinan berlangsung.

askep KPD yang kami bagikan ini sangat lengkap mulai dari laporan pendahuluan hingga asuhan pada pasien dengan contoh kasus ketuban pecah dini, yang bisa didownload dalam bentuk makalah format pdf dan doc. Tak hanya itu kami juga sediakan pathway dalam format doc yang bisa diedit sehingga memudahkan untuk diedit sesuai dengan diagnosa keperawatan yang akan ditarik. askep ini juga kami susun berdasarkan refferensi terpercaya yang kami sertakan juga pada daftar pustaka.

Askep Pada Pasien Dengan Kasus KPD 

Laporan Pendahuluan


Pengertian


Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan nmembran atau meningkatnya tekanan intra uteri atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks. (Sarwono Prawiro, 2002)

Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalina, waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontrasi rahim disebut kejadian ketuban pecah dini (periode laten ). (Ida Bagus Manuaba EGC, 1998)

Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric terkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinata, dan menyebabkan infeksi ibu. (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2001)

Ketuban pecah dini atau sponkaneous/early/premature rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum partus yaitu bila pembukaan pada premi dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Rustam Mochtar, 1998)


Etiologi

Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
  • Serviks inkompeten.
  • Ketegangan rahim berlebihan: kehamilan ganda, hidramnion.
  • Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang, letak lintang.
  • Kemungkinan kesempitan panggul: bagian terendah belum masuk PAP.
  • Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proleolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah.

Patofisiologi

Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium . Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktivitas monosit/makrofag , yaitu sitokrin, interleukin 1 , factor nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal janinyang ditemukan dalam cairan amnion , secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.

Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban . Banyak flora servikoginal komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III papa manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.

Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase yang dihasilkan netrofil dan makrofag , nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi plasmin , potensial , potensial menjasi penyebab ketuban pecah dini.
  • Terjadi penbukaan premature serviks.
  • Membrane terkait dengan pembukaan terjadi: selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
  • Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
  • Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim: enzim proteolitik dan enzim kolagenase.

Pathway KPD

Untuk mendownload pathway KPD Doc DISINI


Manifestasi klinis
  • Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedikit-sedikit atau skaligus banyak.
  • Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
  • Janin mudah diraba.
  • Pada pemeriksaan dalam, selaput dalam sudah tidak ada air ketuban, sudah kering.
  • Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.
Komplikasi ketuban pecah dini
  • Infeksi intrapartum (korioamnionitis)
  • Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm
  • Prolaps tali pusat
  • Oligohidamnion

Pemeriksaan diagnostic
  1. Ultrasonografi : ultrasonografi dapat mengidentifikasikan kehamilan ganda, anomaly janin, atau melokalisai kantong amnion pada amniosintesis. 
  2. Amniosintesis : cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.
  3. Pemantauan janin : membantu dalam mengevaluasi janin.
  4. Protein C-reaktif : peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peningkatan korioamnionitis.
  5. Histopatologi : cairan ditampung dalam tabung reaksi kemudian dibakar sampai tertinggal endapan tersebut dilihat dibawah mikroskop dan bila air ketuban mengalami kelainan maka akan terlihat seperti daun pakis.
  6. Kertas lakmus : bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang bersifat asam, bila biru menunjukkan cairan mengandung air ketuban yang bersifat basa.

Penatalaksanaan

a. Penanganan umum:
  • Konfirmasi usia kehamilan,kalau ada dengan USG
  • Lakikan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan urin. Dengan pemeriksaan tes lakmus,bila kertas lakmus biru menunjukkan air ketuban (basa), dan bila kertas lakmus merah menunjukkan cairan urine (asam)
  • Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 32 minggu), jangan melakukan menit pemeriksaan dalam secara digital
  • Tentukan ada tidaknya infeksi
  • Tentukan tanda-tanda inpartus
b. Penanganan khusus:

Konfirmasi diagnosis:
  • Bau cairan ketuban yang khas
  • Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian
  • Dengan speculum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior. (Prawirohardjo, 2002)
c. Penanganan konservatif:
  • Rawat di rumah sakit
  • Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau erittromisin bila tidak tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
  • Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
  • Jika usia kehamilan 32 -37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,tes busa negative; beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kkesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu
  • Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu,tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam
  • Jika usia kehamilan 32 -37minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi
  • Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intra uterin). Klien dianjurkan pada posisi trendelenburg untuk menghindari prolap tali pusat.
d. Penanganan aktif:
  • Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprotal 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali
  • Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri:
  • Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks kemudian induksi, jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
  • Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam. (prawirohardjo, 2002)

Asuhan Keperawatan 

Kasus

Ny. M 26 tahun GI Po Ao usia gestasi 40 minggu. Masuk RS 27 juni 2018 jam 09:45 WIB. Dan anda melakukan pengkajian pada jam 10:00 WIB. Dx medis PROM dari pemeriksan lab darah positif terdapat gambaran seperti pakis dari cairan yang diambil pervaginam. Pemeriksaan VT pembukaan I ketuban telah pecah warna jernih. Blood slym (negatif) kien mengeluh mulas-mulas sejak tadi malam setelah sholat magrib. Klien mengaku cemas dengan keaadaannya. Klien menyatakan agar bayinya dapat lahir dengan selamat. His 1X10 menit durasi 20 menit. TD 100/70 mmHg. Nadi kuat teratur 80x/menit.T 37,0 oC. Tampak klien berkeringat banyak, baju klien basah dan lembab.


Pengkajian


1. Identitas pasien
  • Nama   : Ny. M
  • Umur   : 26 tahun
2. Keluhan utama
  • Ny.M mengeluh mulas-mulas sejak tadi malam setelah solat maghrib 
  • Ny.Y mengeluh c emas dengan keadaannya
  • Ny.Y menanyakan apakah bayinya dapat lahir dengan selamat.
3. Riwayat obstetric

a. Riwayat haid
  • Menarche :  16 tahun
  • Siklus       :   28 hari
  • Durasi       : 1 minggu
b. Riwayat kehamilan sekarang

c. Kehamilan ke : I

d. HPHT            : 11 September 2017

e. HPL               :26 Juni 2018

4. Pemeriksaan umum:
  • tinggi badan : 160
  • berat badan  : 56
  • TTV :-TD :100/70 mmHg, N :  80x/mnt, RR : 20x/mnt dan T :  37,0 c
5. Pemerisaan penunjang :
  • leukosit : 13 ribu mm3 (13.30)
  • pemeriksaan air ketuban : tampak gambaran seperti pakis dari cairan ketuban

Analisa Data :


No.
Data yang di dapat
Masalah keperawatan
1.
Ds :- klien memengaku cemas dengan keadaannya
-          klien menyatakan agar bayinya dapat lahir dengan selamat.
Do ; -
 cemas
2.
Ds : -
Do :-klien tampak berkeringat banyak
       -baju klien basah dan lembab
Kekurangan volume cairan
3.
Ds: klien mengeluh mulas-mulas sejak tadi malem setelah sholat magrib.
Do: pemeriksaan VT pembukaan 1, ketuban telah pecah, warna jernih

nyeri


Diagnosa Keperawatan:
  1. Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang kehamilan
  2. Resti infeksi berhubungan dengan peningkatan pemajanan mikroorganisme
  3. Kekurangn volume cairan berhubungan dengan diaforesis meningkat

Intervensi Keperawatan

NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/ criteria hasil
Intervensi
Rasional
1
Cemas b/d kurangnya informasi tentang kehamilannya.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x30 menit klien mampu menunjukkan berkurangnya rasa cemas dan mampu mengatasi koping dengan criteria hasil:
Ø  Menggunakan teknik pernafasan dan relaksasi dengan efektif
Ø  Mengungkapkan pemahaman situasi individu dan kemungkinan hasil lahir
Ø  Tampak rileks; TTV ibu dalam batas normal:
TD:120/90mmHg
Nadi: 70-100x/menit
RR: 20x/menit

1.      Jelaskan prosedur intervensi keperawatan dan tindakan.pertahankan komunikasi terbuk;diskusikan dengn klien kemungkinan efek samping dan hasil pertahankan sikap optimistic
2.      Orientasikan klien dengan pasangan pada lingkungan persalinan
3.      Anjurkan teknik relaksasi







4.      Anjurkan pengungkapan rasa takut atau masalah


5.      Pantau tanda vital ibu dan janin
1.     Pengetahuan tentang alas an untuk aktifitas ini dapat menurunkan rasa takut dari ketidaktahuan







2.     Membantu klien dan orang terdekat merasa mudah dan lebih nyaman disekitar kita
3.     Memungkinkan klien mendapatkan kemungkinan maksimum dari periode istirahat: mencegah kelelahan otot dan memperbaiki aliran uterus
4.     Dapat membantu menurunkan ansietas dan merangsang identifikasi perilaku koping
5.     Tanda vital klien dan janin dapat berubah karena ansietas. Stabilisasi dapat menunjukkan penurunan tingkat ansietas/
2
Resti infeksi b/d peningkatan pemajanan mikro organisme
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x 30 menit diharapkan klien dapat terbebas dari infeksi dengan criteria hasil:
·   suhu tubuh normal: 370 C
·   jumlah leukosit normal (5000-10000/mm3)
·   cairan amniotic jernih, hampir tidak berwarna dan berbau
1.      Lakukan pemeriksaan vagina awal: ulangi bila kontraksi atau perilaku klien menandakan kemajuan persalinan bermakna
2.      Tekankan pentingnya cuci tangan yang baik dan tepat
3.      Gunakan teknik aseptic selama pemeriksaan vagina



4.      Pantau suhu, nadi, pernafasan. SDP sesuai indikasi






5.      Pantau dan gambarkan karakter cairan amniotik
1.      Pengulangan pemeriksaan vagina berperan dalam insisen infeksi asenden





2.      Menurunkan resiko yang memerlukan atau menyebar agen
3.      Membantu mencegah pertummbuhan bakteri: membatasi kontaminasi dari pencapaian kevagina
4.      Dalam 4 jam membrane rupture, insiden karioamnionitis meningkat secara progresif, ditunjukkan dengan meningkatkan TTV dan SDP
5.      Pada infeksi cairan amniotic menjadi lebih kental dan kuning pekat dan bau kuat dan dapat dideteksi


Implementasi Keperawatan

NO Dx
Tanggal jam
Implementasi
Respon
Ttd
1
26 juni 2018
jam 13.30 wib
1.   Ajarkan pada klien tentang pentingnya personal hygiene

2.   Berikan anti biotik dan anti infektikum
3.   Kaji pada daerah vagina
1.   Klien mengerti dan mampu melakukan personal hygiene dengan baik
2.   Klien mampu di ajak bekerja sama
3.   Klien bebas dari infeksi

2
26 juni 2018
jam 13.30 wib
1.   Mengukur tingkat kecemasan denagn melihat tanda fisik pada ibu serta mengukur TTV
2.   Memberikan suport yang adekuat dengan cara meminta pasangan berada disamping ibu selama pemeriksaan
3.   Mengajarkan teknik nafas dalam dan teknik relaksasi


4.   Mengurangi kecemasan ibu dengan memberi informasi yang adekuat tentang proses persalinan yang dihadapi
5.   Mengurangi kecemasan ibu ndengan memberikan informasai tentang prosedur  penatalaksanaan selama persalinan
1.   Klien tampak tenang dalam pemeriksaan


2.   Pasangan (suami) mendampingi klien saat pemeriksaan dan ibu tampak lebih nyaman

3.   Klien mampu menggunakan teknik nafas dalam sehingga cemas dapat diminimalkan
4.   Psikologis ibu tampak kembali lebih normal dan ibu tampak lebih tenang


5.   Klien mengatakan merasa tenang setelah mendapatkan informasi yang telah diberikan

3
26 juni 2018
jam 13.30 wib
1.   Mengukur intake dan output cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh
2.   Menimbang BB
3.   Mengukur tingkay pengetahuan ibu tentang pentingnya cairan tubuh dalam persalinan
                   
1.      Kebutuhan cairan pada klien tampak terpenuhi

2.      Klien mau bekerjasama
3.      Klien mampu mengungkapkan kebutuhan cairan bagi dirinya sendiri



Evaluasi

Langkah terakhir dari proses keperawatan adalah mengadakan evaluasi atau tindakan yang telah dilakukan berikut ini hasil evaluasi untuk masing-masing diagnosa

1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini
  • Evaluasi : Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus

Evaluasi :
  • Klien mengatakan tidak nyeri lagi
  • Klien tampak lebih nyaman
3. Intoleran aktifitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik
  • Evaluasi : Klien dapat melakukan aktifitas

Daftar Pustaka
  • Doengoes, M. 1996. Rencana Asuhan perawatan maternal bayi. Jakarta: EGC
  • Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandun gan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC
  • Mochtar, R, 1998. sinopsis obstetric, jilid I. Jakarta: EGC
  • Prawirohardjo, S. 2002. buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Jakarta: Bina Pustaka FKUI
  • Prawirohardjo, S, 2002. buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI
  • Taber, M.D, 1994, Kedaruratan obstetric dan ginekologi. Jakarta: EGC
Untuk download askep KPD format doc dan pdf silahkan dibawah.
Demikian Askep pada pasien dengan kasus KPD lengkap,  download pdf dan doc kami bagikan, semoga bisa menjadi refferensi teman-teman sekalian dalam pembuatan askep ataupun laporan pendahuluan. Terima kasih.
Advertisement

Iklan Sidebar