Info Populer 2022

Keraton Kasunanan Surakarta yang Bersejarah

Keraton Kasunanan Surakarta yang Bersejarah
Keraton Kasunanan Surakarta yang Bersejarah
Keraton Kasunanan Surakarta yang Bersejarah, - Mungkin sudah banyak yang tahu bahwa di Solo Jawa Tengah ada dua buah keraton yang sampai sekarang masih berdiri tegak. Kedua keraton itu adalah Mangkunegaran dan Kasunanan Surakarta. Kasunanan Surakarta adalah yang berlokasi satu kawasan dengan Alun-alun utara, PGS, dan Pasar Klewer. Kasunanan Surakarta merupakan pewaris Kerajaan Mataram Islam yang pernah berkuasa di Pulau Jawa. Akibat campur tangan dari VOC, Kerajaan Mataram waktu itu yang dipimpin oleh Pakubuwana III dipecah menjadi 2 bagian yang ditandai dengan adanya Perjanjian Giyanti. Kedua wilayah itu adalah Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Itulah sedikit sejarah berdirinya keraton surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Saat ini Keraton Surakarta ini masih ada dan dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata pilihan di Kota Solo. ( Baca : Tempat Wisata di Kota Solo Jawa Tengah )

Wisata Keraton Kasunanan Surakarta di Solo

Keraton Kasunanan Surakarta yang Bersejarah Keraton Kasunanan Surakarta yang Bersejarah



Kawasan Keraton Kasunanan Surakarta

Dalam kawasan Keraton Kasunanan Surakarta tidak hanya berdiri keraton saja namun juga berbagai bangunan yang bersejarah lainnya. Dari arah utara anda akan menjumpai gapura masuk Keraton Kasunanan Surakarta kemudian ada Alun-alun Utara. Di Alun-alun utara ini anda dapat menjumpai berbagai kios cinderamata khas Solo, seperti batik, keris, batu akik, kacamata, mainan tradisional dan kerajinan tangan lainnya. Tempat ini sangat cocok untuk berburu oleh-oleh khas Kota Solo. Setelah alun-alun utara kemudian terdapat Keraton Surakarta. Di dalam Keraton Surakarta tentunya ada berbagai macam ruangan tempat aktifitas kerajaan. Sebagian boleh dimasuki pengunjung namun sebagian lainnya tidak boleh karena berhubungan dengan keluarga kerajaan. Setelah itu ada gapura lagi yang menghubungkan kerajaan dan Alun- alun Selatan. Di Alun-alun selatan terdapat kubangan tempat Kebo Bule Kyai Slamet dan keluarganya berkubang. Pada saat tertentu anda dapat melihat kumpulan kebo ini berkubang, namun saat tertentu tidak ada. Kebo Bule ini bagi masyarakat Solo merupakan hewan yang dikeramatkan sehingga apabila Kerbau ini sedang jalan-jalan, maka tidak ada yang berani mengganggu, bahkan apabila meminta makanan, warga Kota Solo akan dengan senang hati memberikan makanan buat Kyai Selamet. Selain keraton, di kawasan Keraton Kasunanan Surakarta juga terdapat bangunan lain seperti Pusat Grosir Solo atau PGS, Beteng Trade Centre atau BTC, Pasar Klewer dll.( Baca Juga : di Jawa Tengah )

Museum Keraton Surakarta

Museum Keraton Surakarta terdapat di dalam kawasan Keraton Surakarta. didalamnya terdapat berbagai macam koleksi benda yang bersejarah, benda seni dan budaya yang berhubungan dengan Keraton Surakarta. Ada 13 ruangan dalam Keraton Kasunanan Surakarta yang memamerkan koleksi yang beraneka macam. Koleksi bersejarah ini diantaranya : Foto Raja di Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Arca Perunggu, Patung Kuda Pasukan Kerajaan, alat upacara adat, alat angkut kerajaan Surakarta, Kereta Kuda pusaka kerajaan dll.

Tiket Masuk Keraton Surakarta

Museum Keraton Surakarta buka dari Hari Senin sampai Hari Kamis jam 9.00 WIB-14.00 WIB, sementara Hari Sabtu dan Minggu jam 9.00 WIB-15.00 WIB. Tiket masuk ke museum ini sebesar Rp10.000 pada hari biasa dan Rp15.000 pada akhir pekan

Silsilah Keraton Surakarta

Berikut kami sampaikan Silsilah Raja-raja yang pernah memerintah di Keraton Surakarta dari tahun 1745 - 2004 :

1.    Sri Susuhunan Pakubuwono II (1745-1749), bernama asli Raden Mas Prabasuyasa, lahir pada tanggal 8 Desember 1711, naik tahta pada tanggal 15 Agustus 1726, dan wafat pada tanggal 20 Desember 1749. Beliau adalah raja Kasunanan Kartasura Hadiningrat terakhir yang kemudian memindahkan pusat kerajaan dari Kartasura ke Solo dan mendirikan Kasunanan Surakarta Hadiningrat sejak tahun 1745.

2.    Sri Susuhunan Pakubuwono III (1749-1788), bernama asli Raden Mas Suryadi, lahir di Kartasura pada tahun 1732, dinobatkan menjadi raja pada tanggal 15 Desember 1749, dan meninggal dunia pada tanggal 26 September 1788. Beliau adalah raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat pertama yang diangkat oleh Belanda.

3.    Sri Susuhunan Pakubuwono IV (1788-1820), bernama asli Raden Mas Subadya dan mendapat julukan Sunan Bagus karena wajah beliau yang rupawan ketika dinobatkan menjadi raja dalam usia muda. Beliau dilahirkan pada tanggal 2 September 1768, naik tahta pada tanggal 29 September 1788, dan wafat pada tanggal 2 Oktober 1820. Beliau dikenal piawai dalam bidang sastra, terutama yang bersifat rohani. Salah satu karya sastra beliau adalah Serat Wulangreh.

4.    Sri Susuhunan Pakubuwono V (1820-1823), bernama asli Raden Mas Sugandi dan mendapat panggilan dengan nama Sunan Sugih karena kekayaan lahir dan batin yang beliau miliki. Beliau lahir pada tahun 1785, naik tahta pada tanggal 10 Februari 1820, dan meninggal dunia pada tanggal 5 September 1823. Seperti ayahandanya, beliau juga dikenal sebagai sastrawan dan seniman, salah satu karya sastra ciptaan beliau yang paling terkenal adalah Serat Centhini.

5.    Sri Susuhunan Pakubuwono VI (1823-1830), bernama asli Raden Mas Sapardan, dikenal juga dengan sebutan Sinuhun Bangun Tapa karena beliau sering melakukan meditasi atau tapa brata. Beliau lahir di Surakarta pada tanggal 26 April 1807, naik tahta pada tanggal 15 September 1823, dan wafat di Ambon pada tanggal 2 Juni 1849. Oleh pemerintah Republik Indonesia, Sri Susuhunan Pakubuwono VI ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

6.    Sri Susuhunan Pakubuwono VII (1830-1858), bernama asli Raden Mas Malikis Solikin, lahir pada tanggal 28 Juli 1796, naik tahta pada tanggal 14 Juni 1830 menggantikan keponakannya, Pakubuwono VI yang dibuang ke Ambon oleh Belanda, dan wafat pada tanggal 28 Juli 1858.

7.    Sri Susuhunan Pakubuwono VIII (1859-1861), bernama asli Raden Mas Kusen, lahir pada tanggal 20 April 1789, naik tahta pada tanggal 17 Agustus 1858 dalam usia 69 tahun untuk menggantikan saudara tirinya (saudara sebapak namun lain ibu) yaitu Pakubuwono VII, dan meninggal dunia pada tanggal 28 Desember 1861.

8.    Sri Susuhunan Pakubuwono IX (1861-1893), bernama asli Raden Mas Duksino, lahir pada tanggal 22 Desember 1830, ditabalkan sebagai Raja Surakarta pada tanggal 30 Desember 1861, dan wafat pada tanggal 16 Maret 1893. Pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Pakubuwono IX inilah yang oleh pujangga besar Ranggawarsita disebut sebagai zaman edan.

9.    Sri Susuhunan Pakubuwono X (1893-1939), bernama asli Raden Mas Malikul Kusno, lahir pada tanggal 29 November 1866, naik tahta pada tanggal 30 Maret 1893, dan wafat pada tanggal 1 Februari 1939. Beliau adalah sosok yang nasionalis dan sangat mendukung pergerakan nasional dengan ikut serta aktif dalam organisasi pergerakan, yaitu Sarekat Islam cabang Solo. Oleh rakyat Surakarta di masa beliau memerintah, Sri Susuhunan Pakubuwono X mendapat gelar kehormatan sebagai Sunan Panutup, atau Raja Besar Surakarta yang terakhir.

10.    Sri Susuhunan Pakubuwono XI (1939-1944), bernama asli Raden Mas Antasena, lahir pada tanggal 1 Februari 1886, dinobatkan sebagai Raja Surakarta pada tanggal 26 April 1939, dan meninggal dunia pada tahun 1945, beberapa bulan sebelum Indonesia merdeka. Masa pemerintahan Sri Susuhunan Pakubuwono XI berlangsung ketika Perang Dunia II meletus, dan era kepemimpinan beliau mengalami pergantian pemerintahan kolonial, dari Hindia Belanda kepada tentara pendudukan Jepang sejak tahun 1942.

11.    Sri Susuhunan Pakubuwono XII (1945-2004), bernama asli Raden Mas Suryaguritna, dilahirkan pada tanggal 14 April 1925, naik tahta pada tanggal 11 Juni 1945, dan wafat pada tanggal 11 Juni 2004. Pada pemerintahan beliau, Indonesia menyatakan kemerdekaannya sebagai negara yang berdaulat. Sri Susuhunan Pakubuwono XII adalah raja terlama yang pernah memimpin Kasunanan Surakarta Hadiningrat, yaitu selama 59 tahun, dari tahun 1945 sampai dengan tahun 2004.
(Keterangan : Sumber silsilah Raja dari kerajaannusantara.com )
Advertisement

Iklan Sidebar