Info Populer 2022

Laporan Pendahuluan Cholesistitis (Radang Kandung empedu) Lengkap, Download Format Pdf dan Doc

Laporan Pendahuluan Cholesistitis (Radang Kandung empedu) Lengkap, Download Format Pdf dan Doc
Laporan Pendahuluan Cholesistitis (Radang Kandung empedu) Lengkap, Download Format Pdf dan Doc
Kami bagikan laporan pendahuluan cholesistitis (radang kandung empedu) lengkap, format pdf dan doc.

Teman sejawat sekalian, tak henti-hentinya kami berusaha menyajikan laporan pendahuluan, informasi dan ilmu keperawatan. Pada kesempatan kali ini kami mencoba share laporan pendahuluan radang kandung empedu atau cholesistitis lengkap, mulai dari tinjauan teori hingga konsep asuhan keperawatan.

Laporan pendahuluan cholesistitis ini kami susun berdasarkan beberapa sumber referensi yang kami rasa sudah cukup lengkap dari segi kelengkapan format LP.

Laporan pendahuluan cholesistitis ini kami sediakan dalam dua format penulisan yaitu pdf dan doc, dengan tujuan dapat mempermudah teman-teman perawat dalam pembuatan tugas askep, makalah ataupun laporan pendahuluan itu sendiri.

Diakhir artikel ini telah kami sediakan link unduhan yang dapat teman-teman perawat gunakan untuk mendownload LP cholesistitis ini, dan juga link unduhan dibawah gambar fathway untuk mendownload fathway cholesistitis format doc.

Laporan Pendahuluan Cholesistitis


Pengertian
Cholesistitis adalah suatu inflamasi pada kandung empedu secara akut atau kronik dan biasa terjaddi akibat penggendapan batu empedu (Mosby;1991, 1363).
Cholesistitis adalah inflamasi kandung empedu (Suzanne C. smeltzer dan Brenda G. bare. 2001 : 2004).
Cholesistitis adalah inflamasi dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan (prof. dr. H.M. Sjaifoellah Noer: 1996)
Cholesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu disertai keluhan nyeri keluhan perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan ( www.google.com)


Etiologi
Diperkirakan bahwa adanya sumbatan yang dikombinasi dengan infeksi bakterial merupakan salah satu penyebab dari adanya cholesistitis akut. Sumbatan tersebut terjadi karena adanya batu empedu yang terbentuk akibat perubahan komposisi empedu.
Batu-batu empedu tersebut bisa tedapat di duktus koledukus, duktus hepatikus, dan duktus pankreas. Sumbatan batu empedu dapat mengakibatkan distensi kandung empedu serta gangguan aliran darah dan limfe dan bakteri komensal kemudian berkembang biak. Adapun jenis-jenis batu dapat diklasifikasikan  berdasarkann substansi yang membentuknya yaitu batu yang berasal dari bilirubin dan yang berasal dari kolesterol. 

Tabel jenis batu empedu


Batu pigmen
Batu kolesterol
Penampilan
Warna
Pembentukan
Pasca kolesistektomi
Penyakit  yang berkaitan
Tepi bergerigi
Cokelat kemerahan tua
Intraduktus
Dapat kambuh
Keadaan hemolitik sirosis investasi parasit
Permukaan halus
Bening
Di dalam vesika felea
Jarang kambuh
Kolesterol berlebihan



Patofisiologi
Ada beberapa faktor spesifik yang mendukung terbentuknya batu empedu yaitu; faktor metabolis, stasis dan peradangan.

1. Faktor metabolis.

Peningkatan salah satu dari tiga komponen utama empedu (asam empedu, bilirubin dan kolesterol) dapat mendukung terbentuknya batu. Metabolisme kolesterol yang tidak sempurna sering dijumpai pada orang dengan obesitas, grafida, diabetes dan hypotiroidisme.

2. Statis.

Penimbunan bilirubin dalam kandung empedu akann mengakibatkan penyerapan air yang berkelebihan dan darah empedu akan membantu mempercepat proses terbentuknya batu.

3. Peradangan.

Mukosa kandung empedu yang sebenarnya tidak permiabel akan menjadi permiabel dan asam empedu yang membantu melarutkan kolesterol diserap sehingga kolesterol gagal dilarutkan.
Setelah batu terbentuk, maka akan menimbulkan nekrosis, tekanan dan infeksi pada dinding saluran empedu. Akibanya akan terjadi kejang dan nyeri akibat peradangan. Cholesistitis kronik merupakan perpanjangan cholesistitis akut. Namun cholesistitis kronik lebih banyak disebabkan oleh mekanikal dan injuri bahan kimia olehh batu empedu, akibat scar dan ulcer pada dinding saluran empedu. Pada cholesisttitis kronik dapat terjadi infeksi bakteri, dan pada saluran empedu akan terlihat putih mutiara dan cairan empedu menjadi keruh.
Perdangan pada cholesistitis akut dan kronik akan merangsang respon tubuh. Nyeri dapat terjadi akibat hambatan aliran empedu. Selain menimbulkan nyeri, peradangan juga dapat mengakibatkan tendernes ( lunak ) pada saluran kanan atas. Pada cholesistitis kronis dapat terjadi abstraksi dalam jangka waktu yang lama dan mengakibatkan gangguan fungsi gastrointestinal dan joundice.

Fathway Cholesistitis

Untuk mendownload Fathway Cholesistitis format doc, DISINI



Manifestasi klinik dan komplikasi

1. Cholesistitis akut
  • Nyeri hebat pada epigastrium kanan atas secara mendadak, lalu akan     menyebar  ke punggung dan bahu kanan.
  • Penderita berkeringat banyak dan gelisah.
  • Nausea dann vomiting.
  • Nyeri dapat berlangsung lama dan dapat kambuh lagi.
  • Bila sakit mereda, maka nyeri dapat terjadi di atas kandung empedu,    gejala nyeri akan bertambah bila makan banyak lemak.
  • Demam dan ikterus (bila terdapat batu di duktus koledokus dan sistikus).

2. Cholesistitis kronis

Manifestasi klinis cholesistitis kronik hampir sama dengan cholesistitis akut tetapi beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik tak kelihatan. Komplikasi yang biasa terjadi adalah adanya infeksi kandung empedu serta obstruksi pada duktus sistikus atau duktus koledokus.

Pemeriksaan Diagnostik

1. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan adanya leukositosis, hiperbilirubinemia, dan peninggian alkali – fosfatase.

2. Pemeriksaan radiologi :
  • Ultrasound : menyatakan kalkuli, distensi kandung empedu/duktus empedu.
  • Cholesistogram (untuk cholesistitis kronik) menyatakan adanya batu pada kandung empedu.
  • CT Scan : menyatakan kista kandung empedu, dilaktasi duktus empedu dan membedakan antara ikterik obstraksi/non obstraksi
  • Foto abdomen (multi posisi) : menyatakan gambaran radiology (klasifikasi) batu empedu, klasifikasi dinding  atau pembesaran kandung empedu.

Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan pendukung dan diet
  • Istirahat yang cukup
  • Intervensi bedah harus ditunda sampai gejala akut mereda.
  • Berikan diet makanan cair rendah lemak dan karbohidrat
  • Pemberian buah yang masak, nasi / ketela, daging tanpa lemak, kentang yang dilumatkan, sayuran yang tidak membentuk gas, roti,kopi atau teh.
  • Hindari telur, krim, daging babi, gorengan, keju dan bubu-bumbu berlemak.
2.      Farmakoterapi
  • Diberikan asam ursodeoksikolat (uradafalk) dan kerodeoksikolat (chenodical, chenofalk digunakan untuk melarutkan batu empedu radiolusen yang berukuran kecil terutama terbentuk dari kolesterol
  • Mekanisme kerja ursodeoksikolat dan konodeoksikolat adalah menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga terjadi desaturasi getah empedu
  • Diperlukan terapi selama 6 hingga 12 bulan untuk melarutkan batu empedu dan selama terapi keadaan pasien dipantau terus.
  • Dosis yang efektif bergantung pada berat pasien, cara terapi ini umumnya dilakukan pada pasien yang menolak pembedahan atau yang dianggap terlalu beresiko untuk menjalani pembedahan.
  • Obat-obatan tertentu lainnya seperti estrogen, kontrasepsi oral, klofibrat dan kolesterol makanan dapat menimbulkan pengaruh merugikan terhadap cara terapi ini.

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Data subjekif
  • Adanya gangguan rasa nyaman/nyeri : lokasi, lama, beratnya, aktor pencetus.
  • Pada gastrointestinal : nausea, vomiting, anorexia, eruction, tidak toleransi pada makanan berlemak, perubahan warna urine dan faeces.
  • Riwayat demam dan menggigil, serangan jaundice.
  • Masalah pengetahuan tentang pengobatan dan harapan akan pengobatan.

2. Data objektif
  • Tanda vital : TD, nadi, pernapasan dan suhu meningkat.
  • Status cairan : BB, turgor kulit, mukosa membran lembab, intake dan out put.
  • Adanya jaundice.
  • Distensi abdomen, tendernes pada kuadran kanan atas.
  • Wajah menahan nyeri, perilaku berhati-hati dan gelisah.


Diagnosa Keperawatan
  1. Potensial kekurangan volume cairan tubuh b/d Nausea, vomiting, penurunan intake,demam.
  2. Potensial terjadi injuri dan pendarahan b/d gangguan obstruksi vitamin K.
  3. Nyeri  b/d  agen cedera biologis : obstruksi/spasemen duktus, proses inflamasi,   iskemia jaringan/nekrosis.
  4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  b/d  mual/muntah dyspepsia dan gangguan pencernaan lemak sehubungan dengan obstruksi aliran empedu.
  5. Kurang pengetahuan  b/d  kurang terpapan informasi

Intervensi keperawatan


Diagnosa keperawatan. 1. 

Potensial kekurangan volume cairan tubuh b/d Nausea, vomiting, penurunan intake,demam.

Tujuan : pasien   akan mempertahankan  keseimbangan cairan yang adekuat  selama  perawatan.

Kriteria Hasil : 
  • Dalam  jangka  waktu  24  jam  mukosa  mulut  lembab, turgor kulit normal dan TTV  dalam  batas  normal.
  • Dalam  jangka  waktu 2 – 3  Jam  pasien  tidak  menunjukkkan gejala mual muntah.
Intervensi
  • kaji membran mukosa/kulit, nadi perifer dan pengirian kapiler.
  • awasi tanda/gejalah peningkatan/berlanjutnya mual muntah, kram abdomen, kejang, kecepatan jantung, pernapasan dan bising usus.
  • ciptakan lingkungan yang nyaman (bebas dari bau).
  • bantu pasien membersihkan oral dengan pencuci mulut (minyak).
  • kaji perdarahan yang tidak biasanya terjadi.
  • Kolaborasi dengan dokter untuk memasang selang NGT, pemberian anti emetik dan memberikan IV, elektrolit serta Vitamin K.
  • kaji kembali pemeriksaan laboratorium.

Diagnosa Keperawatan .2

Potensial terjadi injuri dan pendarahan b/d gangguan obstruksi vitamin K.

Tujuan : pasien akan mempertahankan keutuhan / integritas kulit selama dalam  perawatan.
Kriteria Hasil   : pasien tidak akan menunjukkan tanda-tanda pendarahan dan kerusakan integritas kulit.

Intervensi
  • lakukan tekanan yang lebih lama pada area bekas injeksi dan untuk menyuntik menggunakan arum yang terkecil.
  • gunakan sikat gigi lembut dan kain penyeka, membantu pasien beraktvitas, mengajurkan pasien menggunakan sandal/sepatu.
  • Kolabrasi untuk memberikan vitamn K sesuai aturan.

Diagnosa. 3

Nyeri  b/d  agen cedera biologis : obstruksi/spasemen duktus, proses inflamasi,   iskemia jaringan/nekrosis.

Tujuan : pasien akan menunjukkan perasaam nyaman selama perawatan.

Kriteria Hasil  : dalam jangka waktu 1 – 2 Jam pasien akan menunjukkan perasaan nyaman dan perilaku nyeri hilang.

Intervensi
  • observasi dan mencatat lokasi nyeri, berat (skala 0-10) dan karakter nyeri.
  • Ajarkan pasien melakukan posisi yang nyaman dan meningkatkan tirah baring.
  • Mempertahankan status puasan, masukan/mempertahankan pengisapan NG sesuai indikasi.
  • Kolaborasi untuk memberikan obat sesuai indikasi.
  • pasang sprei halus/katun, melakukan kompres dingin/lembab dan memberikan cairan kalamin.

Diagnosa Keperawatan. 4

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  b/d  mual/muntah dyspepsia dan gangguan pencernaan lemak sehubungan dengan obstruksi aliran empedu.

Tujuan: pasien akan pertahankan pola nutrisi yang adekuat selama perawatan.

Kriteria Hasil   : 
  • Dalam jangka waktu 1 – 2 Jam mual / muntah akan berhasil
  • Pasien akan menghabiskan  porsi makan yang diberikan setiap  kali makan.
Intervensi
  • kaji distensi abdomen, pemasukan kalori dan respon (berhati-hati, menolak) serta BB.
  • ciptakan suasana nyaman yaitu kebersihan oral sebelum makan, menghilangkan rangsangan berbau.
  • tingkatkan aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi tindakan kolaborasi.
  • lakukan kolaborasi dengan ahli diet/tim pendukung nutrisi.
  • berikan diet cair rendah lemak setelah selang NG dilepas dan memberikan garam empedu.
  • kaji kembali pemeriksaan laboratorium.

Diagnosa Keperawatan. 5.

Kurang pengetahuan  b/d  kurang terpapan informasi

Tujuan : pasien akan memahami tentang penyakit dan berpartisipasi dalam    program pengobatan selama pengobatan.

Kriteria hasil  : dalam jangka waktu 30 menit setelah penjelasann pasien dapat   menjelaskan gambaran penyakit secara umum.

Intervensi
  • jelaskan alas an tes persiapannya.
  • diskusikan penurunan BB bila diindikasikan serta perawatan dan pengobatan.
  • kaji ulang proses penyakit/prognosis.
  • anjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman tinggi lemak.
  • anjurkan agar pasien beristirahat pada posisi semi-fowler setelah makan.

Implementasi

Diagnosa I :
  • Mengkaji membran mukosa/kulit, nadi perifer dan pengirian kapiler.
  • Mengawasi tanda/gejalah peningkatan/berlanjutnya mual muntah, kram abdomen, kejang, kecepatan jantung, pernapasan dan bising usus.
  • Menciptakan lingkungan yang nyaman (bebas dari bau).
  • Membnatu pasien membersihkan oral dengan pencuci mulut (minyak).
  • Mengkaji perdarahan yang tidak biasanya terjadi.
  • Kolaborasi dengan dokter untuk memasang selang NG, pemberian anti emetik dan memberikan IV, elektrolit serta Vitamin K.
  • Mengkaji kembali pemeriksaan laboratorium.

Diagnosa II :
  • Melakukan tekanan yang lebih lama pada area bekas injeksi dan untuk menyuntik menggunakan arum yang terkecil.
  • Menggunakan sikat gigi lembut dan kain penyeka, membantu pasien beraktvitas, mengajurkan pasien menggunakan sandal/sepatu.
  • Kolabrasi untuk memberikan vitamn K sesuai aturan.

Diagnosa III :
  • Mengobservasi dan mencatat lokasi nyeri, berat (skala 0-10) dan karakter nyeri.
  • Membiarkan pasien melakukan posisi yang nyaman dan meningkatkan tirah baring.
  • Memasang sprei halus/katun, melakukan kompres dingin/lembab dan memberikan cairan kalamin.
  • Kolaborasi untuk memberikan obat sesuai indikasi.
  • Mempertahankan status puasan, masukan/mempertahankan pengisapan NG sesuai indikasi.

Diagnosa IV :
  • Menkaji distensi abdomen, pemasukan kalori dan respon (berhati-hati, menolak) serta BB.
  • Menciptakan suasana nyaman yaitu kebersihan oral sebelum makan, menghilangkan rangsangan berbau.
  • Meningkatkan aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi tindakan kolaborasi.
  • Melakukan kolaborasi dengan ahli diet/tim pendukung nutrisi.
  • Memberikan diet cair rendah lemak setelah selang NG dilepas dan memberikan garam empedu.
  • Mengkaji kembali pemeriksaan laboratorium.

Diagnosa V :
  • Menjelaskan alas an tes persiapannya.
  • Mendiskusikan penurunan BB bila diindikasikan serta perawatan dan pengobatan.
  • Mengkaji ulang proses penyakit/prognosis.
  • Menganjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman tinggi lemak.
  • Menganjurkan agar pasien beristirahat pada posisi semi-fowler setelah makan.


Kesimpulan
Cholesistitis merupakan suatu inflamasi pada kandung empedu yang merupakan diagnosa penyerta dari cholelitiasis. Cholesistitis dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu metabolik, stasis dan peradangan.

Cholesistitis dapat terjadi secara akut dan kronik pada penderita cholesistitis biasanya akan menimbulkan gejala nyeri hebat pada epigastrium kanan, berkeringat dan gelisah, mual/muntah, dan tanda-tanda vital meningkat.

Studi diagnosa yang dapat dilakukan pada penderita cholesistitis antara lain : ultra sound, kolesistogram, CT skan, dan foto abdomen. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium akan ditemukan adanya leukositosis, hiperbilirubin,dan alkali-fosfatase yang meningkat.


Daftar Pustaka
  • Doenges, Marilyn. E, 1999, “Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien”, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.
  • Ganong William. F, 1998, “Buku Ajaran Fisiologi Kedokteran”, Edisi 17, Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.
  • Junaidi. P, dkk, 1982, “Kapitsa Selekta Kedokteran”, Media Aesculapius ; Jakarta.
  • Long. P and Cassmeyer. W, 1991, “Medical-Surgical Nursing Concepts and Clinical Practice”, Fourth Edition, Mosby Year Book.
  • Sodeman. A dan Sodeman. Thomas, 1995, “Sodeman Patofisiologi”, Edisi 7 Jilid II, Hipokrates ; Jakarta.
Untuk mendownload laporan pendahuluan cholesistitis dalam bentuk file pdf dan doc, dibawah :
Link Alternatif
Demikian Laporan pendahuluan cholesistitis (radang kandung empedu) lengkap kami bagikan, semoga bisa membantu teman-teman sejawat dalam menyelesaikan tugas askep, makalah ataupun LP, terima kasih.
Advertisement

Iklan Sidebar