Teman perawat dimanapun berada, kali ini kami ingin berbagi laporan pendahuluan thalasemia pada anak, yaitu suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defisiensi produksi rantai globin dan hemoglobin.
Bertujuan membantu teman-teman perawat dalam pembuatan tugas askep, makalah ataupun LP thalasemia, baik teman sejawat yang masih dalam pendidikan ataupun yang sudah kerja. Disini kami sediakan laporan pendahuluan thalasemia selengkap mungkin, agar teman sekalian tinggal sedikit mengedit saja, dan tentu saja LP ini sangat bisa digunakan sebagai bahan referensi dalam pembuatan tugas lainnya.
Pada postingan kali ini telah kami sediakan file yang dapat anda download meliputi LP thalasemia pdf dan doc, fathway dalam bentuk ms.word, dan juga Format checklist pengkajian sistem hemotologi pada pasien thlasemia.
Untuk mendownload file laporan pendahuluan thalasemia pdf dan doc telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel.
Laporan Pendahuluan Thalasemia.
Pengertian
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan yang ditandai oleh defisiensi produksi rantai globin pada hemoglobin.
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif. Ditandai oleh defisiensi produksi globin pada hemoglobin. dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari) (Yuwono, 2012).
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defisiensi produksi rantai globin pada hemoglobin (Suryadi dan rita, 2001).
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif (Arif Manjoer, 2000).
Thalasemia kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang ditandai oleh penurunan kecepatan sintesis satu rantai polipeptida hemoglobin atau lebih diklasifikasikan menurut rantai yang terkena (alfa, beta, gamma) ; dua kategori mayor adalah alfa-dan beta-thalasemia, alfa-t, thalasemia yang disebabkan oleh penurunan kecepatan sintesis rantai alfa hemoglobin (Kamus Dorlan,2000).
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 120 hari). Penyebab kerusakan tersebut adalah Hb yang tidak normal sebagai akibat dari gangguan dalam pembentukan jumlah rantai globin atau struktur Hb (Nursalam,2005).
Thalasemia merupakan keadaan yang diwarisi, yaitu diwariskan dari keluarga kepada anak. Kecacatan gen menyebabkan haemoglobin dalam sel darah merah menjadi tidak normal. Mereka yang mempunyai penyakit Thalasemia tidak dapat menghasilkan haemoglobin yang mencukupi dalam darah mereka. Haemoglobin adalah bahagian sel darah merah yang mengangkut oksigen daripada paru-paru keseluruh tubuh. Semua tisu tubuh manusia memerlukan oksigen. Akibat kekurangan sel darah merah yang normal akan menyebabkan pesakit kelihatan pucat kerana paras hemoglobin (Hb) yang rendah (anemia).
Macam – macam Thalasemia :
1. Thalasemia beta
Merupakan anemia yang sering dijumpai yang diakibatkan oleh defek yang diturunkan dalam sintesis rantai beta hemoglobin.
Thalasemia beta meliputi:
a. Thalasemia beta mayor
Bentuk homozigot merupakan anemia hipokrom mikrositik yang berat dengan hemolisis di dalam sumsum tulang dimulai pada tahun pertama kehidupan. Kedua orang tua merupakan pembawa “ciri”. Gejala – gejala bersifat sekunder akibat anemia dan meliputi pucat, wajah yang karakteristik akibat pelebaran tulang tabular pada tabular pada kranium, ikterus dengan derajat yang bervariasi, dan hepatosplenomegali.
b. Thalasemia Intermedia dan minor
Pada bentuk heterozigot, dapat dijumpai tanda – tanda anemia ringan dan splenomegali. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan kadar Hb bervariasi, normal agak rendah atau meningkat (polisitemia). Bilirubin dalam serum meningkat, kadar bilirubin sedikit meningkat.
2. Thalasemia alpa
Merupakan thalasemia dengan defisiensi pada rantai a
Etiologi
Adapun etiologi dari thalasemia adalah faktor genetik (herediter). Faktor genetik yaitu perkawinan antara 2 heterozigot (carier) yang menghasilkan keturunan Thalasemia (homozigot).
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari). Kerusakan tersebut terjadi karena gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal) dan atau gangguan jumlah (salah satu/beberapa) rantai globin.
Patofisiologi
Hemoglobin paska kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai alpa dan beta polipeptide. Dalam beta thalasemia ada penurunan sebagian atau keseluruhan dalam proses sintesis molekul hemoglobin rantai beta. Konsekuensinya adanya peningkatan compensatori dalam proses pensintesisan rantai alpa dan produksi rantai gamma tetap aktif, dan menyebabkan ketidaksempurnaan formasi hemoglobin. Polipeptid yang tidak seimbang ini sangat tidak stabil, mudah terpisah dan merusak sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia yang parah. Untuk menanggulangi proses hemolitik, sel darah merah dibentuk dalam jumlah yang banyak, atau setidaknya bone marrow ditekan dengan terapi transfusi. Kelebihan fe dari penambahan RBCs dalam transfusi serta kerusakan yang cepat dari sel defectif, disimpan dalam berbagai organ (hemosiderosis).
Fathway Thalasemia
Untuk download Fathway Thalasemia format doc, DISINI
Manifestasi Klinik
Bayi baru lahir dengan thalasemia beta mayor tidak anemis. Gejala awal pucat mulanya tidak jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama kehidupan dan pada kasus yang berat terjadi beberapa minggu pada setelah lahir. Bila penyakit ini tidak ditangani dengan baik, tumbuh kembang masa kehidupan anak akan terhambat. Anak tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemak tubuh dan dapat disertai demam berulang akibat infeksi. Anemia berat dan lama biasanya menyebabkan pembesaran jantung.
Terdapat hepatosplenomegali. Ikterus ringan mungkin ada. Terjadi perubahan pada tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk muka mongoloid akibat system eritropoesis yang hiperaktif. Adanya penipisan korteks tulang panjang, tangan dan kaki dapat menimbulkan fraktur patologis. Penyimpangan pertumbuhan akibat anemia dan kekurangan gizi menyebabkan perawakan pendek. Kadang-kadang ditemukan epistaksis, pigmentasi kulit, koreng pada tungkai, dan batu empedu. Pasien menjadi peka terhadap infeksi terutama bila limpanya telah diangkat sebelum usia 5 tahun dan mudah mengalami septisemia yang dapat mengakibatkan kematian. Dapat timbul pensitopenia akibat hipersplenisme.
Hemosiderosis terjadi pada kelenjar endokrin (keterlambatan dan gangguan perkembangan sifat seks sekunder), pancreas (diabetes), hati (sirosis), otot jantung (aritmia, gangguan hantaran, gagal jantung), dan pericardium (perikerditis).
Secara umum, tanda dan gejala yang dapat dilihat antara lain:
- Letargi
- Pucat
- Kelemahan
- Anoreksia
- Sesak nafas
- Tebalnya tulang kranial
- Pembesaran limpa
- Menipisnya tulang kartilago
Pemeriksaan Penunjang
- Studi hematologi : terdapat perubahan – perubahan pada sel darah merah, yaitu mikrositosis, hipokromia, anosositosis, poikilositosis, sel target, eritrosit yang immature, penurunan hemoglobin dan hematrokrit.
- Elektroforesis hemoglobin : peningkatan hemoglobin
- Pada thalasemia beta mayor ditemukan sumsum tulang hiperaktif terutama seri eritrosit. Hasil foto rontgen meliputi perubahan pada tulang akibat hiperplasia sumsum yang berlebihan. Perubahan meliputi pelebaran medulla, penipisan korteks, dan trabekulasi yang lebih kasar.
- Analisis DNA, DNA probing, gone blotting dan pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan jenis pemeriksaan yang lebih maju.
Penatalaksanaan
- Transfusi sel darah merah (SDM) sampai kadar Hb sekitar 11 g/dl. Pemberian sel darah merah sebaiknya 10 – 20 ml/kg berat badan.
- Pemberian chelating agents (Desferal) secara intravena atau subkutan. Desferiprone merupakan sediaan dalam bentuk peroral. Namun manfaatnya lebih rendah dari desferal dan memberikan bahaya fibrosis hati.
- Tindakan splenektomi perlu dipertimbangkan terutama bila ada tanda – tanda hipersplenisme atau kebutuhan transfusi meningkat atau karena sangat besarnya limpa.
- Transplantasi sumsum tulang biasa dilakukan pada thalasemia beta mayor.
Konsep Asuhan Keperawatan Thalasemia
Pengkajian
1. Pengkajian Fisik
- Melakukan pemeriksaan fisik.
- Kaji riwayat kesehatan, terutama yang berkaitan dengan anemia dan riwayat penyakit tersebut dalam keluarga.
- Observasi gejala penyakit anemia.
2. Pengkajian Umum
- Pertumbuhan yang terhambat
- Anemia kronik.
- Kematangan seksual yang tertunda.
3. Krisis Vaso-Occlusive
- Sakit yang dirasakan
- Gejala yang berkaitan dengan ischemia dan daerah yang berhubungan.
- Ekstremitas: kulit tangan dan kaki yang mengelupas disertai rasa sakit yang menjalar.
- Abdomen : sakit yang sangat sehingga dapat dilakukan tindakan pembedahan
- Cerebrum : stroke, gangguan penglihatan.
- Pinggang : gejalanya seperti pada penyakit paru-paru basah.
- Liver : obstruksi jaundise, koma hepatikum.
- Ginjal : hematuria.
Efek dari krisis vaso-occclusive kronis adalah:
- Hati: cardiomegali, murmur sistolik
- Paru-paru: gangguan fungsi paru-paru, mudah terinfeksi.
- Ginjal: ketidakmampuan memecah senyawa urin, gagal ginjal.
- Genital: terasa sakit, tegang.
- Liver: hepatomegali, sirosis.
- Mata: ketidaknormalan lensa yang mengakibatkan gangguan penglihatan, kadang menyebabkan terganggunya lapisan retina dan dapat menyebabkan kebutaan.
- Ekstremitas: perubahan tulang-tulang terutama bisa membuat bungkuk, mudah terjangkit virus salmonela osteomyelitis.
Diagnosa Keperawatan
- Resiko tinggi injuri berhubungan dengan hemoglobin abnormal, penurunan kadar oksigen , dehidrasi.
- Nyeri berhubungan dengan anoxia membran (vaso occlusive krisis)
- Perubahan proses dalam keluarga berhubungan dengan dampak penyakit anak pada fungsi keluarga; resiko penyembuhan yang lama pada anak.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa. 1
Resiko tinggi injuri berhubungan dengan ketidaknormalan hemoglobin, penurunan oksigen, dehidrasi.
Tujuan:
a. Jaga agar pasien mendapat oksigen yang cukup
Intervensi keperawatan:
- Ukur tekanan untuk meminimalkan komplikasi berkaitan dengan eksersi fisik dan stres emosional. Rasional: menghindari penambahan oksigen yang dibutuhkan
- Jangan sampai terjadi infeksi
- Jauhkan dari lingkungan yang beroksigen rendah.
Hasil yang diharapkan: Hindarkan anak dari situasi yang dapat menyebabkan kekurangan oksigen dalam otak.
b. Jaga agar anak tidak mengalami dehidasi
Intervensi keperawatan.
- Observasi cairan infus sesuai anjuran (150ml/kg) dan kebutuhan minimum cairan anak; infus. Rasional: agar kebutuhan cairan ank dapat terpenuhi.
- Meningkatkan jumlah cairan infus diatas kebutuhan minimum ketika ada latihan fisik atau stress dan selam krisis. Rasional: agar tercukupi kebutuhan cairan melalui infus.
- Beri inforamasi tertulis pada orang tua berkaitan dengan kebutuhan cairan yang spesifik. Rasional: untuk mendorong complience.
- Dorong anak untuk banyak minum. Rasional: untuk mendorong complience.
- Beri informasi pada keluarga tentang tanda – tanda dehidrasi. Rasional: untuk menghindari penundaan terapi pemberian cairan.
- Pentingnya penekanan akan pentingnnya menghindari panas. Rasional: menghindari penyebab kehilangan cairan.
Hasil yang diharapkan: Anak banyak minum dan jumlah cairan terpenuhi sehingga tidak terjadi dehidarsi.
c. Bebas dari infeksi
Intervensi keperawatan
- Tekankan pentingnya pemberian nutrisi; imunisasi yang rutin, termasuk vaksin pneumococal dan meningococal; perlindungan dari sumber – sumber infeksi yang diketahui; pengawasan kesehatan secara berkala.
- Laporkan setiap tanda infeksi pada yang bertanggung jawab dengan segera. Rasional: agar tidak terjadi keterlambatan dalam penanganan.
- Beri terapi antibiotika. Rasional: untuk mencegah dan merawat infeksi.
Hasil yang diharapkan: Anak terbebas dari infeksi.
d. Menurunnya resiko yang berhubungan dengan efek pembedahan.
Intervensi keperawatan
- Jelaskan pentingnya transfusi darah. Rasional: untuk meningkatkan konsentrasi Hb A
- Jaga anak agar tidak dehidrasi
- Bujuk anak agar tidak tegang. Rasional: Kecemasan dapat meningkatkan kebutuhan oksigen.
- Beri anlgesik. Rasional: agar anak merasa nyaman dan menurunkan respon cemas.
- Mencegah kegiatan yang tidak perlu. Rasional: untuk mencegah penambahan kebutuhan oksigen.
- Jaga bersihan jalan nafas postoperasi. Rasional: untuk mencegah infeksi
- Lakukan latihan ROM pasif. Rasional: untuk memacu sirkulasi.
- Kolaborasi untuk pemberian oksigen. Rasional: untuk menambah kadar hemoglobin.
- Obsevasi tanda – tanda infeksi. Rasional: agar dapat cepat ditangani.
Hasil yang diharapkan: Ketika anak dioperasi tidak mengalami krisis.
Diagnosa. 2.
Nyeri berhubungan dengan anoksia membran (krisis vaso-occlusive)
Tujuan: Agar terhindar dari rasa sakit atau setidaknya rasa sakit tidak terlalu menyakitkan bagi si anak.
Intervensi keperawatan:
- Jadwalkan medikasi untuk pencegahan secara terus – menerus meskipun tidak dibutuhkan. Rasional: untuk mencegah sakit.
- Kenali macam – macam analgetik termasuk opioid dan jadwal medikasi mungkin diperlukan. Rasional: untuk mengetahui sejauh mana rasa sakit dapat diterima.
- Yakinkan si anak dan keluarga bahwa analgetik termasuk opioid, secara medis diperlukan dan mungkin dibutuhkan dalam dosis yang tinggi. Rasional: karena rasa sakit yang berlebihan bisa saja terjadi karena sugesti mereka.
- Beri stimulus panas pada area yang dimaksud karena area yang sakit
- Hindari pengompresan dengan air dingin. Rasional: karena dapat meningkatkan vasokonstriksi
Hasil yang diharapkan: Agar terhindar dari rasa sakit atau setidaknya rasa sakit tidak terlalu menyakitkan bagi si anak.
Diagnoa. 3.
Perubahan proses dalam keluarga berhubungan dengan dampak penyakit anak terhadap fungsi keluarga; resiko penyembuhan yang lama pada anak.
Tujuan: Agar mendapatkan pemahaman tentang penyakit tersebut
Intervensi keperawatan:
- Ajari keluarga dan anak yang lebih tua tentang karakteristik dari pengukuran – pengukuran. Rasional: untuk meminimalkan komplikasi.
- Tekankan akan pentingnya menginformasikan perkembangan kesehatan, penyakit si anak. Rasional: untuk mendapatkan hasil kemajuan dari perawatan yang tepat.
- Jelaskan tanda – tanda adanya peningkatan krisis terutama demam, pucat dan gangguan pernafasan. Rasional: untuk menghindari keterlambatan perawatan.
- Berikan gambaran tentang penyakit keturunan dan berikan pendidikan kesehatan pada keluargatentang genetik keluarga mereka. Rasional: agar keluarga tahu apa yang harus dilakukan.
- Tempatkan orang tua sebagai pengawas untuk anak mereka. Rasional: agar mendapatkan perawatan yang terbaik.
Hasil yang diharapkan:
- Anak dan keluarga dapat benar – benar mengetahui tentang penyakit si anak secara etiologi dan terapi – terapinya.
- Agar menerima dorongan yang cukup.
Intervensi keperawatan:
- Mengacu pada organisasi yang terpercaya. Rasional: Untuk mendukung proses perawatan.
- Daftarkan anak pada klinik anemia. Rasional: untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
- Selalu waspada terhadap suatu keluarga bila 2 atau lebih anggota keluarganya terjangkit penyakit ini.
Hasil yang diharapkan: Keluarga dapat mengambil manfaat dari layanan tersebut dan abnak dapat menerima perawatan dari fasilitas yang tepat.
Daftar Pustaka
- Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius, 2000
- Sacharin, Rossa M. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 1. Alih Bahasa R.F. Maulany. Jakarta : EGC, 1996.
- Suriadi, Rita Yuliani. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1. Jakarta, 2001.
- Wong, Donna L, Christina Algiere Kasparisin, Caryn Stoer mer Hess. Clinical Manual Pediatric Nursing. Fourth edition. St. Louis : Mosby Year Book, 1996.
- Wong, Donna L, Shannon E. Perry, Marilyn J. Hockenberry. Maternal Child Nursing Care. St. Louis : Mosby Company, 2002.
Download Laporan pendahuluan thalasemia pdf dan doc, dibawah :
- Laporan pendahuluan thalasemia doc, (Ambil File)
- Laporan pendahuluan thalasemia pdf, (Ambil File)
Link Alternatif
Download Format Pengkajian sistem hematologi pasien dengan thalasemia disini
Demikian laporan pendahuluan thalasemia pdf dan doc kami bagikan, semoga dapat membantu teman sejawat sekalian.
Senang bisa berbagi, terima kasih
Advertisement