Info Populer 2022

Laporan Pendahuluan / Lp Intoksikasi Insektisida Fosfat Organik (IFO), Download Doc dan Pdf

Laporan Pendahuluan / Lp Intoksikasi Insektisida Fosfat Organik (IFO), Download Doc dan Pdf
Laporan Pendahuluan / Lp Intoksikasi Insektisida Fosfat Organik (IFO), Download Doc dan Pdf
Berbagi laporan pendahuluan / LP intoksikasi insektisida fosfat organik (IFO) doc dan pdf.

Tak henti-hentinya kami bagikan laporan pendahuluan / LP dengan berbagai judul, termasuk potingan kali ini. Masih tentang laporan pendahuluan, kali ini kami coba posting laporan pendahuluan / LP dengan tema keracunan / intoksikasi, lebih spesifiknya keracunanan insektisida atau racun serangga.

Laporan pendahuluan / LP intoksikasi insektisida fosfat organik (IFO) ini telah kami susun dengan selengkap-lengkapnya, berdasarkan beberapa reffernsi terpercaya yang telah kami tuliskan dalam daftar pustaka.

Bertujuan membantu teman-teman sekalian laporan pendahuluan / LP intoksikasi insektisida fosfat organik (IFO) ini kami sediakan dalam bentuk dua format yaitu doc dan pdf sehingga memudahkan teman perawat sekalian, tinggal download dan edit sesuai kebutuhan masing-masing.

Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP intoksikasi insektisida fosfat organik (IFO) doc dan pdf silahkan gunakan link unduhan yang telah kami sematkan diakhir artikel ini.

Laporan pendahuluan intoksikasi insektisida fosfat organik (IFO)

Pengertian

Intoksikasi (keracunan) adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.

Istilah peptisida pada umumnya dipakai untuk semua bahan yang dipakai manusia untuk membasmi hama yang merugikan manusia. Termasuk peptisida ini adalah insektisida. 


Jenis - jenis Insektisida

Ada dua macam insektisida  yang paling banyak digunakan dalam pertanian adalah :
  1. insektisida hidrokarbo khlorin (IHK = chlorinated hydrocarbon)
  2. insektisida fosfat organic (IFO = organo phosphate insecticide).
Yang  paling sering digunakan adalah IFO yang pemakaiannya terus menerus meningkat. Sifat  - sifat dari IFO adalah insektisida poten  yang paling banyak digunakan dalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Salah satu derivatnya adalah Tabun dan Sarin. Bahan ini menembus kulit yang normal (intact), juga dapat diserap di paru dan saluran makanan, namun tidak berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti halnya golongan IHK.

IFO sebenarnya dibagi 2 macam yaitu IFO murni dan golongan carbamate. Salah satu contoh golongan carbamate adalah baygon.


Sifat-sifat IFO

Insektisida penghambat kholin esterase (cholinesterase inhibitor insecticide) merupakan insektisida poten yang paling banyak digunakan dalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Dapat menembus kulit yang normal, dapat diserap lewat paru dan saluran makanan, tidak berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti halnya golongan IHK.


Jenis-jenis IFO

1. Insektisida untuk dipakai  dalam pertanian :
  • Tolly (Malathion)
  • Parathion
  • Basudin
  • Diazinon
  • Phosdrin
  • Systox
2. Insektisida untuk keperluan rumah tangga
  • Mafu (DDVP = Dichiorvos)
  • Baygon (DDVP + Propoxur)
  • Raid (DDVP + Propoxur)
  • Startox (DDVP + Allethrin)
  • Shelltox (DDVP + Pyrethroid)

Patogenesis

IFO bekerja dengan cara menghambat (inaktivasi) enzim asetilkolinesterase tubuh (KhE). Dalam  keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis Akh dengan jalan mengadakan ikatan Akh- KhE yang bersifat inaktif. Bila konsentrasi racun lebih tinggi ikatan IFO – KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan AKh di tempat – tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala rangsangan AKh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik dan SSP (menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP). 

Pada keracunan IFO, ikatan IFO –KhE bersifat menetap (irreversible), sedangkan pada keracunan carbamate ikatan ini bersifat sementara (reversible). 

Secara farmakologis efek AKh dapat dibagi dalan 3 bagian, yaitu :
  1. Muskarini, terutama pada saluran pencernaan, kelenjar ludah dan keringat, pupil, bronkus dan jantung.
  2. Nikotinik, terutama pada otot – otot skeletal, bola mata, lidah, kelopak mata dan otot pernapasan.
  3. SSP, menimbulkan nyeri kepala, perubahan emosi, kejang – kejang (konvulsi) sampai koma.

Patofisiologi

Insektisida bekerja dengan menghambat dan menginaktifasikan enzim asetilkolin nesterase.Enzim ini secara normal menghancurkan asetilkolin yang dilepaskan oleh susunan syaraf pusat, ganglion autonom, ujung-ujung syaraf parasimpatis dan ujung-ujung syaraf motorik.Hambatan asetilkolin nesterase menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin pada tempat-tempat tersebut.

Pathway
Manifestasi klinik

Yang palig menonjol adalah  hiperaktivitas kelenjar-kelenjar ludah/air mata/keringat/urine/saluran pencernaan makanan (disngkat dengan SLUD = Salivasi, Lakrimasi, Urinasi dan diare), kelainan visus dan kesukaran bernapas.

a. Keracunan ringan
  • Anoriksia
  • Nyeri kepala
  • Rasa lemah
  • Rasa takut
  • Tremor lidah
  • Tremor kelopak mata
  • Pupil miosis
b. Keracunan sedang
  • Nausea
  • Muntah-muntah
  • Kejang/keram perut.
  • Hipersalivasi
  • Hiperhidrosis
  • Fasikulasi otot
  • Bradikardi
c. Keracunan berat
  • Diare
  • Pupil “pin-Point”
  • Reaksi cahaya (-)
  • Sesak napas
  • Sianosos
  • Edema paru
  • Inkonteinensia urine
  • Inkotinensia feses
  • Konvulsi
  • Koma
  • Blokade jantung
  • Akhirnya meninggal

Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan rutin tidak banyak menolong

b. Pemeriksaan khusus : pengukuran kadar kHE dalam sel darahmerah dan plasma, penting untuk memastikan diagnosis keracunan akut maupun kronik (menurun sekian % dari harga normal)

Keracunan akut :
  • ringan  40 – 70 % N
  • Sedang 20 % N
  • Berat < 20 % N
Keracunan kronik : bila kadar KhE menurun sampai 25 – 50 %, setiap individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus segera disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kembali bila kadar KhE telah meningkat > 75 % N.

c. Pemeriksaan PA

Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas, sering hanya ditemukan adanya edema paru, dilatasi kapiler dan hiperemi paru, otak dan organ-organ lain.


Penatalaksanaan

1. Resusitasi

Setelah jalan napas dibebaskan dan dibersihkan, periksa pernapasan dan nadi. Infus dextrose 5 % kecepatan 15 – 20 tts/mnt, napas buatan + oksigen, hisap lendir dalam saluran napas, hindari obat – obat depresan saluran napas, kalau perlu respirator pada kegagalan napas berat. Hindar pernapasan buatan dari mulut ke mulut sebab racun organofosfat  akan meracuni  lewat mulut penolong. Pernapasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.

2. Eliminasi
  • Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan pemberian sirup ipecac 15 –30 ml. Dapat diulan setelah 20 menit bila tidak berhasil.
  • Katarsis (intestinal lavage), dengan pemberian laksans bila diduga racun telah sampai di usus halus dan tebal. 
  • Kumbah lambung (KL atau gastric lavage), pada penderita yang kesadaran yang menurun,  atau pada mereka yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila KL dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
  • Keramas rambut dan mandikan seluruh tubuh dengan sabun. 
Emesis, katarsis dan KL sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang daari 4 – 6 jam. Pada koma derajat sedang hingga berat  tindakan KL sebaiknya  dikerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon, untuk mencegah aspirasi pneumonia.   

3. Antidotum

Atropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat efek akumulasi AKh pada tempat penumpukan. 
  • Mula –mula diberikan bolus iv 1 – 2,5 mg
  • Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 – 10 – 15 menit sampai timbul gejala – gejala atropinisasi (muka merah, mulut kering, takikardi, midriasis, febris, dan psikosis).
  • Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 – 60 menit, selanjutnya setiap 2 – 4 – 6 – 8  dan 12 jam
  • Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 X 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernapasan akut yang sering fatal. 

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

a. Tanda-tanda vital
  • Distress pernapasan
  • Sianosis
  • Takipnoe
b. Neurologi

IFO menyebabkan tingkat toksisitas SSP lebih tinggi, efek-efeknya termasuk letargi, peka rangsangan, pusing, stupor & koma.

c. GI Tract

Iritasi mulut, rasa terbakar pada selaput mukosa mulut dan esofagus, mual dan muntah.

d. Kardiovaskuler

Disritmia.

e. Dermal

Iritasi kulit

f. Okuler

Luka bakar kurnea

g. Laboratorium
  • Eritrosit menurun
  • Proteinuria
  • Hematuria
  • Hipoplasi sumsum tulang
h. Diagnostik
  • Radiografi dada dasar/foto polos dada
  • Analisa gas darah, GDA, EKG

Diagnosa Keperawatan 
  1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh secara tidak normal
  2. Resiko pola napas tidak efektif  berhubungan dengan efek langsung toksisitas IFO, proses inflamasi
  3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi, kesulitan dalam keterampilan koping menangani masalah pribadi
  4. Koping keluarga tidak efektif (tidak mampu) berhubungan dengan kerentanan pribadi anggota keluarga, krisis situasi, sosial.
  5. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis,kebutuhan pengobatan dan efek samping penggunaan obat zat insektisida berhubungan dengan kurangnya informasi.
  6. Resiko tinggi terhadap tindak kekerasan  pada diri sendiri (berulang) berhubungan dengan  perpanjangan depresi/tingkah laku ingin bunuh diri.

Intervensi keperawatan

Diagnosa Keperawatan. 1 :

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh secara tidak normal

Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan

Kriteria evaluasi :
  • Keseimbangan cairan adekuat
  • Tanda-tanda vital stabil
  • Turgor kulit stabil
  • Membran mukosa lembab
  • Pengeluaran urine normal 1 – 2 cc/kg BB/jam
Intervensi :
  • Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasional :  Dokumentasi yang akurat dapat membantu dalam mengidentifikasi pengeluran dan penggantian cairan.
  • Monitor suhu kulit, palpasi denyut perifer. Rasional : Kulit dingain dan lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk pengantian cairan tambahan.
  • Catat adanya mual, muntah, perdarahan. Rasional : Mual, muntah dan perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada hipordemia.
  • Pantau tanda-tanda vital. Rasional : Hipotensi, takikardia, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan cairan (dehindrasi/hipovolemia).
  • Berikan cairan parinteral dengan kolaborasi dengan tim medis. Rasional : Cairan parenteral dibutuhkan untuk mendukung volume cairan /mencegah hipotensi.
  • Kolaborasi dalam pemberian antiemetik. Rasional : Antiemetik dapat menghilangkan mual/muntah yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan  pemasukan.
  • Berikan kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur. Rasional : Pemasukan peroral bergantung kepada pengembalian fungsi gastrointestinal.
  • Pantau studi laboratorium (Hb, Ht). Rasional : Sebagai indikator/volume sirkulasi dengan kehilanan cairan.
Diagnosa keperawatan. 2 :

Resiko pola napas tidak efektif  berhubungan dengan efek langsung toksisitas IFO, proses inflamasi.

Tujuan : Pola napas efektif

Kriteria Evaluasi :
  • RR normal : 14 – 20 x/menit
  • jalan napas bersih, sputum tidak ada
Intervensi :
  • Pantau tingkat, irama pernapasan & suara napas serta pola pernapasan. Rasional : Efek IFO mendepresi SSP yang mungkin dapat mengakibatkan hilangnya kepatenan aliran udara atau depresi pernapasan, pengkajian yang berulang kali sangat penting karena kadar toksisitas mungkin  berubah-ubah secara drastis.
  • Tinggikan kepala  tempat tidur. Rasional : Menurunkan kemungkinan aspirasi, diagfragma bagian bawah untuk  untuk menigkatkan inflasi paru.
  • Dorong untuk batuk/ nafas dalam. Rasional : Memudahkan ekspansi paru & mobilisasi sekresi untuk mengurangi resiko atelektasis/pneumonia.
  • Auskultasi suara napas. Rasional : Pasien beresiko atelektasis dihubungkan dengan hipoventilasi & pneumonia.
  • Berikan O2 jika dibutuhkan. Rasional : Hipoksia mungkin terjadi akibat depresi pernapasan
  • Kolaborasi untuk  sinar X dada, GDA. Rasional : Memantau kemungkinan munculnya komplikasi sekunder seperti atelektasis/pneumonia, evaluasi kefektifan dari usaha pernapasan.
Diagnosa keperawatan. 3 :

Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi, kesulitan dalam keterampilan koping menangani masalah pribadi.

Tujuan : Koping individu efektif, tidak terjadi kerusakan  perilaku adaptif dalam pemecahan masalah.

Kriteria Evaluasi : 
  • Klien mampu mengungkapkan kesadaran tentang penyalahgunaan bahan insektisida.
  • Mampu menggunakan keterampilan koping dalam pemecahan masalah 
  • Mampu melakukan hubungan /interaksi sosial.
Intervensi :
  • Pastikan dengan apa pasien ingin disebut/dipanggil. Rasional : Menunjukkan penghargaan dan hormat
  • Tentukan pemahaman situasi saat ini & metode koping sebelumnya terhadap masalah kehidupan. Rasional : Memberi informasi tentang derajar menyangkal, mengidentifikasi koping yang digunakan pada rencana perawatan saat ini
  • Tetap tidak bersikap tidak menghakimi. Rasional : Konfrontasi menyebabkan peningkatan agitasi yang menurunkan keamanan pasien.
  • Berikan umpan balik positif. Rasional : Umpan balik yang positif perlu untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan kesadaran diri dalam perilaku
  • Pertahankan harapan pasti bahwa pasien  ikut serta dalam terapi. Rasional : Keikut sertaan dihubungkan degan penerimaan kebutuhan terhadap bantuan, untuk bekerja.
  • Gunakan dukungan keluarga/teman sebaya untuk mendapatkan cara-cara koping. Rasional : Dengnan pemahaman dan dukungan  dari keluarga /teman sebaya dapat membantu menngkatkan kesadaran.
  • Berikan informasi tentang efek meneguk insektisida. Rasional : Agar klien mengetahui efek samping yang berakibat fatal pada organ-organ vital bila menelan insektisida (baygon)
  • Bantu pasien untuk menggunakan keterampilan relaksasi. Rasional : Relaksasi adalah pengembangan cara baru menghadapi stress.
Diagnosa Keperawatan. 4 

Koping keluarga tidak efektif (tidak mampu) berhubungan dengan kerentanan pribadi anggota keluarga, krisis situasi, sosial.

Tujuan : Koping keluarga efektif.

Kriteria Evaluasi :
  • Mengungkapkan pengertian dinamika saling tergantung dan partisipasi dalam program individu dan keluarga.
  • Mampu mengidentifikasi perilaku koping tidak efektif.
  • Melakukan perubahan perilaku.
  • Mendukung terhadap program pengobatan & perawatan keluarga.
Intervensi :
  • Kaji riwayat keluarga, gali masing-masing peran anggota keluarga. Rasional : Menentukan area untuk fokus, potensial perubahan.
  • Tentukan pemahaman situasi saat ini dan metode sebelumnya dari koping dengan masalah kehidupan. Rasional : Memberikan dasar informasi sebagai dasar perencanaan saat ini
  • Kaji tingkat situasi/fungsi saat ini dari anggota keluarga. Rasional : Mempengaruhi kemampuan individu untuk mengatasi situasi.
  • Tentukan luasnya perilaku mampu yang dibuktikan oleh anggota keluarga gali dengan individu dan pasien. Rasional : Mampu adalah melakukan untuk pasien apa yang perlu untuk dirinya sendiri, individu ditolong dan tidak ingin  merasa tidak tidak berdaya untuk menolong orang lain & megeluh perilaku yang sangat destruktif.
  • Berikan informasi faktual pada pasien dan keluarga tentang efek perilaku penalahgunaan zat pada keluarga dan apa yang diharapkan setelah pulang. Rasional : Banyak orang atau pasien yang tidak sadar tentang sifat bahan insektisida.
  • Dorong orang terdekat menyadari perasaan mereka sendiri dengan melihat situasi dengan perspektif dan objektivitas. Rasional : Bila anggota keluarga yang tergantung manjadi sadar  tentang tindakan mereka sendiri yang secara terus-menerus ada masalah, mereka perlu untuk memutuskan untuk mengubah diri mereka. Bila meeka berubah pasien dapat menghadapi konsekuensi tindakan pasien sendiri dan dapat memilih untuk mendapatkan yang baik.
  • Kaji perasaan yang menimbulkan konflik individu. Rasional : Bermanfaat dalam membuat kebutuhan terapi untuk individu yang tergantung. 
Diagnosa keperawatan. 5 :

Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis,kebutuhan pengobatan dan efek samping penggunaan obat zat insektisida berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pasien mempunyai pengathuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan dan efek samping penggunaan zat insektisida.

Kriteria Evaluasi :
  • Dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya sendiri dan rencana pengobatan.
  • Berpartisipasi dalam program pengoabatan.
  • Perubahan perilaku untuk tidak melakukannya lagi.
Intervensi :
  • Sadari dan hadapi ansietas pasien dan anggota keluarga. Rasional : Ansietas dapat mempengaruhi kemampuan mendegar dan mengasimilasi informasi.
  • Berikan peran aktif untuk pasien dalam proses belajar. Rasional : Belajar dapat ditingkatkan bila individu secara aktif terlibat.
  • Berikan informasi tertulis dan  verbal untuk indikasi. Rasional : Membantu pasien membuat pilihan berdasarkan informasi tentang masa depan yang bermanfaat untuk pendekatan terapi lain. 
  • Kaji pengetahuan pasien tangtang situasi sendiri misalnya penyakit, perubahan kebutuhan dalam gaya hidup. Rasional : Membantu dalam merencanakan perubahan jangka panjang yang perlu untuk mempertahankan status pantanan.
  • Pantau ulang kondisi & prognosis/ harapan masa depan.Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
  • Diskusikan efek zat yang digunakan. Rasional : Informasi akan membentu pasien memahami  kemungkinan efek jangka panjang dari penggunaan zat.
Diagnosa keperawatan. 6 

Resiko tinggi terhadap tindak kekerasan  pada diri sendiri (berulang) berhubungan dengan  perpanjangan depresi/tingkah laku ingin bunuh diri.

Tujuan : Tidak terjadi tindakan ulang kekerasan pada diri sendiri

Kriteria Evaluasi :
  • Mengutarakan pemehaman tingkah laku & faktor-faktor yang mempengaruhi.
  • Mencapai tahap hilangnya  rasa takut & realitas situasi.
  • Menunjukkan kontrol diri.
Intervensi :
  • Kurangi ransangan, berikan ruangan yang tenang atau tempatkan pada ruangan yang stimulasinya dikurangi dibawah pengawasan. Rasional : Menurunkan kreativitas dan menngkatkan rasa tenang.
  • Izinkan orang-orang yang penting bagi pasien untuk tetap tinggal di dalam ruangan selama prosedur dilakukan jika dimungkinkan. Rasional : Dapat memberikan efek ketenangan  jika melihat seseorang yang dikenal oleh pasien dan memberikan penenangan.
  • Pindahkan barang-barang yang berpotensi membahayakan pasien dari lingkungannya. Rasional : Menurunkan kemungkin pasien mencelakai orang lain atau melakukan ide bunuh diri.
  • Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan agresif secara verbal. Rasional :  Memberikan jalan yang baru dalam mengekspresikan perasaan akan membentuk pasien belajar mengembangkan kemampuan  memecahkan masalah yang baik.
  • Bantu pasien mengidentifikasi apa yang dapat menyebabkan pasien menjadi marah. Rasional : Kesadaran akan reaksi merupakan  tahap pertama dari belajar untuk  berubah
  • Berikan jalan keluar untuk mengekspresikan diri meliputi aktiivitas fisik. Rasional : Dengan mengaktifkan fisik didalam menciptakan lingkungan yang aman dapat menurunkan dorongan untuk melakukan tindakan agresif.


Daftar Pustaka
  • Arief, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran ed. 3, jilid 2, Medika Aesculapius, Jakarta.
  • Hudak & Gallo (1996), Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta.
  • Marylin. D (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC Jakarta.
  • SMF Lab Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya (1997), Prosedur Tetap SMF Penyakit Dalam, RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Untuk mendownload laporan pendahuluan / LP intoksikasi insektisida fosfat organic (IFO) doc dan pdf dibawah
  • Laporan pendahuluan insektisida fosfat organic doc, (Ambil File)
  • Laporan pendahuluan insektisida fosfat organis pdf, (Ambil File)
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan / lp intoksikasi insektisida fosfat organik (IFO), download doc dan pdf kami bagikan, semoga bisa menjadi refferensi teman-teman sekalian dalam pembuatan tugas-tugas keperawatan seperti makalah, askep ataupun LP itu sendiri.
Advertisement

Iklan Sidebar