Generasi milenial ditandai oleh orang-orang yang lahir pada rentang waktu tahun 1983 – 2001. Generasi ini tumbuh besar dengan teknologi. Generasi ini memasuki dunia kerja dengan banyak harapan dan semangat pembaruan. Merekalah generasi pengubah dunia kerja.
Generasi yang lebih tua sering menemukan kesulitan menjalin hubungan dan komunikasi dengan generasi milenial. Menurut buku Millennials @ Work yang ditulis Chip Espinoza, Ph.D, dkk. Generasi milenial sering mendapat stereotip terobsesi dengan diri sendiri, sombong dan tidak fokus hanya karena sebenarnya mereka ingin dihargai dan mampu melakukan multitasking.
Generasi milenial menguasai teknologi. Kalaupun tidak, mereka akan belajar melalui berbagai informasi agar bisa mahir menggunakannya. Generasi milenial punya daya imajinasi dan kreatif serta terampil memecahkan masalah. Generasi ini dibesarkan dengan kalimat-kalimat semacam “You can do anything” dan “Nothing is imposible” karena itu mereka cenderung punya daya saing yang tinggi dan percaya diri yang juga tinggi
Generasi milenial selalu terhubung dengan orang-orang di angkatannya melalui banyak cara, salah satunya melalui media sosial. Mereka terbiasa bekerja sama dengan orang-orang dari latar belakang berbeda. Pikiran mereka tidak terbelenggu stereotip.
Ada banyak perbedaan pandangan antara generasi millennial dengan generasi sebelumnya. Generasi sebelumnya memandang pekerjaan adalah hal yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup, mendapatkan gaji, rasa nyaman dan aman, serta kesejahteraan masa tua. Generasi milenial memandang pekerjaan sebagai ajang aktulisasi diri, berkontribusi pada perubahan dunia dan menciptakan dunia yang lebih baik untuk generasi setelahnya.
Menurut survei dari Virtuali, sebuah perusahaan pelatihan kepemimpinan di New York dan WorkplaceTrends.com, ketika generasi milenial menjadi pemimpin, mereka cenderung ingin menginspirasi dan membuat perbedaan di dunia. 47 % dari 412 milenial yang disurvei mengatakan mereka termotivasi untuk menjadi pemimpin karena mereka ingin memberdayakan orang lain. Hanya 5 % yang mengatakan mengejar posisi pemimpin untuk mendapatkan uang.
Ketika bicara mengenai kepemimpinan, 63 % dari mereka ingin menjadi pemimpin transformasional dan demokratis. Hanya 1 % yang ingin menjadi pemimpin otokratik yang kaku dan ketat terhadap prosedur. Generasi milenial punya passion tinggi atas apa yang dilakukannya. Dari data yang ada di DigitalistMag.com, generasi ini juga kerap mengedepankan fleksibilitas, transparansi dan relevansi dalam karakter mereka ketika menjadi pemimpin.
Generasi yang lebih tua sering menemukan kesulitan menjalin hubungan dan komunikasi dengan generasi milenial. Menurut buku Millennials @ Work yang ditulis Chip Espinoza, Ph.D, dkk. Generasi milenial sering mendapat stereotip terobsesi dengan diri sendiri, sombong dan tidak fokus hanya karena sebenarnya mereka ingin dihargai dan mampu melakukan multitasking.
Berpikiran Terbuka dan Memaksimalkan Teknologi
Generasi milenial menguasai teknologi. Kalaupun tidak, mereka akan belajar melalui berbagai informasi agar bisa mahir menggunakannya. Generasi milenial punya daya imajinasi dan kreatif serta terampil memecahkan masalah. Generasi ini dibesarkan dengan kalimat-kalimat semacam “You can do anything” dan “Nothing is imposible” karena itu mereka cenderung punya daya saing yang tinggi dan percaya diri yang juga tinggi
Generasi milenial selalu terhubung dengan orang-orang di angkatannya melalui banyak cara, salah satunya melalui media sosial. Mereka terbiasa bekerja sama dengan orang-orang dari latar belakang berbeda. Pikiran mereka tidak terbelenggu stereotip.
Ada banyak perbedaan pandangan antara generasi millennial dengan generasi sebelumnya. Generasi sebelumnya memandang pekerjaan adalah hal yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup, mendapatkan gaji, rasa nyaman dan aman, serta kesejahteraan masa tua. Generasi milenial memandang pekerjaan sebagai ajang aktulisasi diri, berkontribusi pada perubahan dunia dan menciptakan dunia yang lebih baik untuk generasi setelahnya.
Ketika Generasi Milenial Menjadi Pemimpin
Menurut survei dari Virtuali, sebuah perusahaan pelatihan kepemimpinan di New York dan WorkplaceTrends.com, ketika generasi milenial menjadi pemimpin, mereka cenderung ingin menginspirasi dan membuat perbedaan di dunia. 47 % dari 412 milenial yang disurvei mengatakan mereka termotivasi untuk menjadi pemimpin karena mereka ingin memberdayakan orang lain. Hanya 5 % yang mengatakan mengejar posisi pemimpin untuk mendapatkan uang.
Ketika bicara mengenai kepemimpinan, 63 % dari mereka ingin menjadi pemimpin transformasional dan demokratis. Hanya 1 % yang ingin menjadi pemimpin otokratik yang kaku dan ketat terhadap prosedur. Generasi milenial punya passion tinggi atas apa yang dilakukannya. Dari data yang ada di DigitalistMag.com, generasi ini juga kerap mengedepankan fleksibilitas, transparansi dan relevansi dalam karakter mereka ketika menjadi pemimpin.
Advertisement